Pendahuluan
Islam telah menjadi bagian integral dari budaya Nusantara sejak abad ke-13, ketika ajaran agama ini mulai menyebar melalui perdagangan, dakwah para ulama, serta interaksi budaya dengan dunia Arab, Persia, dan India. Salah satu bentuk peninggalan Islam di Nusantara yang masih bisa kita pelajari hingga kini adalah manuskrip-manuskrip kuno yang ditulis dengan aksara Pegon.
Salah satu manuskrip menarik yang membahas doa dan shalawat ditemukan di Bandung, Jawa Barat. Manuskrip ini kini telah terdigitalisasi dan dapat diakses melalui website DREAMSEA, sebuah proyek yang berfokus pada digitalisasi naskah-naskah Islam di Asia Tenggara.
Pegon adalah sistem tulisan yang menggunakan huruf Arab tetapi digunakan untuk menuliskan bahasa Jawa, Sunda, dan Madura. Dalam manuskrip-manuskrip ini, ditemukan berbagai teks keislaman yang mencakup tafsir, fiqih, tasawuf, serta doa-doa dan shalawat yang memperkuat spiritualitas masyarakat Muslim pada masa itu.
Salah satu contoh shalawat yang ditemukan dalam manuskrip Pegon berbunyi:
“Allāhumma ṣalli ‘alā Sayyidinā Muḥammad al-sābiqi lil-khalqi nūruhu, wa raḥmatan lil-‘ālamīna ẓuhūruhu, ‘adada man maḍā min khalqika wa man baqiya, wa man su’ida minhum wa man shaqiya.”
Shalawat ini tidak hanya menjadi bagian dari ritual ibadah, tetapi juga mencerminkan bagaimana Islam tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Nusantara. Artikel ini akan mengupas lebih dalam tentang makna shalawat dalam manuskrip Pegon Arab serta bagaimana warisan doa ini tetap hidup dalam tradisi Islam Nusantara.
Asal-usul Manuskrip Pegon dari Bandung, Jawa Barat
Manuskrip yang menjadi fokus dalam artikel ini berasal dari Bandung, Jawa Barat. Berdasarkan katalog dan penelitian filologi, manuskrip ini ditulis dalam aksara Pegon menggunakan bahasa Arab dan Sunda, yang menunjukkan pengaruh kuat Islam dalam budaya setempat.
Manuskrip ini kini telah didigitalisasi dan tersedia untuk diakses secara online melalui DREAMSEA (Digital Repository of Endangered and Affected Manuscripts in Southeast Asia). Digitalisasi ini bertujuan untuk melindungi dan melestarikan manuskrip agar tetap dapat diakses oleh generasi mendatang.
Baca Juga: Kisah Perang Khaybar dalam Manuskrip Kuno
Untuk melihat manuskrip ini dalam versi digital, kalian bisa mengaksesnya melalui situs web DREAMSEA di tautan berikut:
🔗 https://www.hmmlcloud.org/dreamsea/detail.php?msid=
Pegon dan Peranannya dalam Islam Nusantara
Aksara Pegon berkembang seiring dengan penyebaran Islam di Nusantara. Berbeda dengan aksara Arab standar, Pegon dirancang untuk menyesuaikan bunyi bahasa daerah seperti Jawa dan Sunda. Hal ini memungkinkan para ulama untuk mengajarkan Islam kepada masyarakat lokal tanpa harus menggunakan bahasa Arab secara keseluruhan.
Manuskrip Pegon memainkan peran penting dalam pendidikan Islam, terutama di lingkungan pesantren yang menjadi pusat keilmuan Islam di Indonesia. Dalam manuskrip-manuskrip ini, banyak ditemukan teks berisi doa-doa, wirid, serta shalawat yang diajarkan kepada para santri sebagai bagian dari tradisi keislaman.
Manuskrip Pegon juga berfungsi sebagai sarana dakwah, karena teks-teks di dalamnya sering kali memuat ajaran tasawuf yang memperdalam pemahaman spiritual Islam. Salah satu yang paling sering ditemukan adalah berbagai shalawat yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW. sebagai bentuk penghormatan dan permohonan syafaat.
Baca Juga: Manuskrip Kuno: Bab Al-Aql Kepada Segala Orang-Orang Besar
Makna dan Fungsi Shalawat dalam Manuskrip Pegon
Shalawat memiliki kedudukan istimewa dalam Islam. Dalam banyak hadis, Rasulullah SAW. menegaskan bahwa bershalawat kepada beliau dapat mendatangkan keberkahan dan menjadi sarana untuk mendapatkan pertolongan di akhirat.
Jika diterjemahkan, shalawat dalam manuskrip Pegon ini memiliki makna sebagai berikut:
“Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami, Nabi Muhammad, yang cahayanya mendahului seluruh makhluk, dan kehadirannya menjadi rahmat bagi seluruh alam, sebanyak jumlah makhluk-Mu yang telah berlalu dan yang masih tersisa, serta mereka yang bahagia dan mereka yang celaka.”
Shalawat seperti ini sering kali ditemukan dalam berbagai manuskrip Pegon dan memiliki beberapa fungsi utama:
- Sebagai Bentuk Penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW;
- Sebagai Sarana Memohon Keberkahan dan Syafaat;
- Sebagai Sarana Pendidikan dan Dakwah.
Tradisi Shalawat dalam Budaya Islam Nusantara
Shalawat dalam manuskrip Pegon tidak hanya tertulis, tetapi juga dihidupkan dalam berbagai tradisi keagamaan di Nusantara. Beberapa tradisi yang masih berlangsung hingga saat ini meliputi:
- Maulid Nabi – Pembacaan shalawat saat perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW.
- Pengajian di Pesantren – Santri diajarkan shalawat dari kitab-kitab Pegon.
- Tahlilan dan Yasinan – Shalawat menjadi bagian dari dzikir dalam doa bersama.
Tradisi ini menunjukkan bahwa shalawat bukan hanya sekadar tulisan dalam manuskrip, tetapi juga menjadi bagian hidup dalam masyarakat Muslim Nusantara.
Pentingnya Melestarikan Manuskrip Pegon
Sayangnya, banyak manuskrip Pegon yang saat ini dalam kondisi rusak atau bahkan telah hilang. Oleh karena itu, langkah-langkah berikut perlu dilakukan:
✅ Digitalisasi Manuskrip – Melalui proyek seperti DREAMSEA, manuskrip bisa tetap terjaga.
✅ Penelitian Akademik – Kajian terhadap manuskrip Pegon perlu terus dilakukan agar sejarahnya tidak hilang.
✅ Edukasi Masyarakat – Generasi muda harus dikenalkan dengan aksara Pegon agar mereka memahami warisan budaya Islam ini.
Baca Juga: Manuskrip Bilangan Tanah Jawa: Histori Keluarga Kerajaan Nusantara
Kesimpulan
Manuskrip Pegon dari Bandung, Jawa Barat, merupakan salah satu bukti nyata bagaimana Islam berkembang di Nusantara melalui tradisi tulis.
Keberadaan shalawat dalam manuskrip ini tidak hanya menunjukkan kecintaan umat Islam kepada Nabi Muhammad SAW, tetapi juga mencerminkan bagaimana ajaran Islam disebarluaskan dalam bahasa dan aksara yang lebih dekat dengan masyarakat lokal.
Tradisi shalawat dalam manuskrip Pegon terus hidup dalam berbagai ritual keagamaan di Indonesia, seperti pembacaan shalawat dalam acara Maulid Nabi, pengajian pesantren, dan tahlilan. Ini membuktikan bahwa Islam di Nusantara tidak hanya berkembang dalam aspek ibadah, tetapi juga dalam tradisi budaya dan sastra yang khas.
Namun, tantangan besar dalam melestarikan manuskrip Pegon tetap ada, seperti kerusakan fisik, minimnya penelitian, dan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya warisan ini.
Oleh karena itu, upaya digitalisasi seperti yang dilakukan oleh DREAMSEA menjadi langkah penting agar manuskrip-manuskrip berharga ini tetap bisa diakses oleh generasi mendatang.
Melestarikan manuskrip Pegon bukan hanya tentang menjaga sejarah, tetapi juga mempertahankan identitas dan tradisi Islam Nusantara yang telah diwariskan oleh para ulama terdahulu.
Dengan terus mengkaji, mengajarkan, dan menyebarluaskan shalawat serta teks-teks dalam manuskrip Pegon, kita ikut berkontribusi dalam menjaga warisan spiritual yang telah menjadi bagian dari kehidupan umat Islam di Indonesia.
Penulis: Muhammad Naqi Tawaqal dan Dr. Iin Suryaningsih, S.S., M.A.
Mahasiswa Prodi Bahasa dan Kebudayaan Arab Universitas Al Azhar Indonesia
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Daftar Pustaka
- Jahuri, J., & Fauji, S. (2022). Arab Pegon dalam Khazanah Manuskrip Islam di Jawa. Jurnal Penelitian Agama, 23(1), 61–80. Retrieved from https://ejournal.uinsaizu.ac.id/index.php/jpa/article/view/6548 15.
- Umam, D. (2011). Kedatangan Islam di Indonesia. Dalam Sejarah Masuknya Islam di Indonesia. 24.
- Historia. (n.d.). Naskah Pegon Tertua di Jawa. Retrieved from https://historia.id/kuno/articles/naskah-pegon-tertua-di-jawa-DrR7x 3.
- Pustaka Compass. (2022). Wajah Islam Nusantara: Jejak Tradisi Santri, Aksara Pegon, dan Keberislaman dalam Manuskrip Kuno. 7.
- Indonesia Investments. (n.d.). Perkembangan Agama Islam di Nusantara. Retrieved from https://www.indonesia-investments.com/id/budaya/agama/islam/item248 6.
Ikuti berita terbaru di Google News