Mengenal Kesenian Gejog Lesung di Festival Krajan Keker Sangiran

Seni
Kesenian Gejog Lesung di Festival Krajan Keker Sangiran

Festival Seni Budaya Krajan Keker Sangiran merupakan program tahunan yang diselenggarakan oleh BSMP Sangiran dan Brayat Karjan Sangiran dengan dukungan dari Kemendikbud serta Institut Seni Indonesia Surakarta pada tanggal 4-21 November 2022 di Desa Manyarejo, Kecamatan Plupuh, Sragen, Jawa Tengah.

“Kegiatan in konsepnya seperti Festival Pasar Budaya, workshop, dan dimeriahkan oleh berbagai kesenian budaya, salah satunya kesenian Gejog Lesong ini,” kata Kariady sebagai pelaku seni.

Gejog Lesung merupakan kesenian musik tradisional yang bersumber dari suara lesung yang dipukul menggunakan alat penumbuk padi tradisional, sehingga menghasilkan instrumen musik perkusi. Kesenian ini berkembang di pedesaan khususnya masyarakat agraris.

Bacaan Lainnya
DONASI

Baca Juga: BPSMP Sangiran dan Brayat Krajan Sangiran Gandeng ISI Surakarta untuk Melestarikan Budaya Lokal

Pada awalnya permainan Gejog Lesung ini sebagai alat untuk memisahkan padi dari tangkai kulitnya dan sebagai pengisi waktu luang atau hiburan tersendiri untuk para petani setelah seharian bekerja menumbuk padi.

Pada akhirnya tercipta kesenian Gejog Lesung yang kita kenal sampai saat ini dan konon kabarnya, permainan Gejog Lesong berasal dari Kota DIY Yogyakarta.

Selain itu, Gejog Lesung juga dipentaskan ketika gerhana. Sebagian besar masyarakat Jawa pada zaman dahulu mempercayai bahwa pada saat gerhana matahari atau bulan terjadi dikarenakan ada raksasa Batara Kala yang memakan matahari atau bulan.

Orang-orang harus memukuli setiap benda yang ada termasuk lesung agar raksasa tersebut memuntahkan lagi matahari atau bulan tersebut.

Gejog Lesung pada umumnya dimainkan dengan empat sampai enam orang lebih secara bergantian memukuli lesung menggunakan alu (kayu penumbuk) pada bagian atas, samping, tengah, atau tepat pada bagian cekungan sehingga menimbulkan suara “thok thek thok” bersahut-sahutan yang berirama cukup unik.

Adapun kelompok yang lain berperan menyanyikan tembang Jawa yang bernuansa agraris sambil menari, di antaranya Ayam Ngelik, Wulung Kelalang, dan Caping Gunung.

“Jadi musik yaang dimainkan itu selalu musik yang gembira dan semua masyarakat agraris itu pasti punya lesung akan tetapi ada satu pengecualian, lesung yang diganjal dengan ban seperti gambar di atas itu hanya lesung karya dari dosen-dosen ISI Surakarta yang menunjukan bahwa setiap kita melihat ada lesung yang diganjal dengan ban, berarti sudah ada sentuhan dari dosen-dosen ISI Surakarta,” kata Wahyu Widiyanta, S.S. sebagai pamong budaya.

Baca Juga: Harmoni Keragaman Budaya dalam Pagelaran Etnis Nusantara

Seiring berkembangnya zaman modernisasi pertanian atau terciptanya mesin penggiling padi “selep”, masyarakat agraris tidak lagi melakukan kegiatan penumbukan padi dengan lesung.

Sehingga akan berdampak pada kebiasaan petani yang memainkan Gejog Lesung ketika panen perlahan akan berpotensi untuk ditinggalkan.

Pada tahun 2018 “Gejog Lesung Yogyakarta” telah ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda Indonesia oleh Drijen Kebudayaan Republik Indonesia dengan nomor registrasi 201800705.

Untuk itu upaya pelestarian yang bisa kita lakukan salah satunya dengan mengadakan kegiatan Festival Gejog Lesung atau festival kebudayaan yang menampilkan pertunjukan Gejog Lesung seperti dalam Festival Krajan Keker ini.

Hery Irawan selaku ketua panitia menyatakan bahwa kegiatan tersebut bertujuan biar dunia mengenal budaya desa di situs Sangiran yang geliat warga gotong royongnya masih sangat kental dan supaya ada perhatian dari pihak pemerintahan juga.

“Harapanya dengan adanya Festival Krajan Keker ini masyarakat dapat mengingat budaya-budaya nenek moyang serta melestarikannya dan juga diharapkan masyarakat dapat kuat secara persaudaraan, ekonomi, budaya, pendidikan, dan kuat secara agama,” kata Wahyu Widiyanta, S.S. sebagai pamong budaya.

Penulis: Ahmat Putra
Mahasiswa Film dan Televisi ISI Surakarta

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI