Mengenal Sedekah Bumi: Tradisi Rasa Syukur yang Menjaga Warisan Budaya dan Alam

Tradisi
Persiapan kirab gunungan yang dilakukan oleh bapak-bapak di Desa Medalem, Kabupaten Blora, pada Jumat (5/72024).

Gemah ripah loh jinawi merupakan kalimat yang cocok untuk menggambarkan kondisi Blora yang sangat subur dan makmur wilayahnya, serta semangat masyarakat untuk mencapai ketentraman, kesuburan, keadilan, dan kemakmuran yang berkelanjutan, serta tata raharja yang mulia dan abadi.

Di tengah gemerlapnya hasil produksi yang melimpah, tradisi sedekah bumi menghadirkan sebuah nilai yang tak ternilai bagi masyarakat Indonesia.

Sedekah bumi merupakan salah satu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia, sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil bumi yang melimpah. Tradisi ini biasanya melibatkan berbagai rangkaian, seperti doa bersama, selamatan, dan pemberian persembahan kepada alam.

Bacaan Lainnya

Bukan sekadar ritual, sedekah bumi juga mengandung filosofi mendalam tentang hubungan manusia dengan alam dan Tuhan. Filosofi utama dari sedekah bumi adalah rasa syukur dan penghormatan, di mana manusia menyadari bahwa hasil bumi yang mereka nikmati tidak lepas dari campur tangan kekuatan yang lebih besar.

Tradisi ini juga mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem dan hidup berdampingan dengan alam secara harmonis. Dari berbagai tempat yang ada di Indonesia, Desa Medalem yang terletak di Kabupaten Blora merupakan salah satu daerah yang masih melaksanakan tradisi sedekah bumi.

Sedekah bumi sebenarnya adalah budaya masyarakat Jawa kuno sebelum mengenal agama Islam, masyarakat Jawa zaman dahulu menyebutnya dengan sesaji bumi. Dalam upacara sesaji bumi, masyarakat menyiapkan sesaji yang dipersembahkan untuk para dewa dan roh-roh yang diletakkan di tempat-tempat tertentu seperti pohon-pohon besar dan tempat yang dianggap wingit.

Ada pula tradisi menyembelih kerbau kemudian kepala kerbau tersebut dikubur sebagai bentuk terima kasih atas hasil bumi yang melimpah. Walisongo dalam menyebarkan agama Islam di Nusantara melihat hal tersebut sebagai peluang yang dapat digunakan sebagai sarana menyebarkan agama Islam.

Walisongo tidak menghapus kegiatan sesaji bumi, tetapi melakukan sedikit penyesuaian dengan ajaran Islam menjadikan sedekah bumi yang dilakukan masyarakat saat ini sudah disesuaikan dengan ajaran Islam.

Baca Juga: Museum Keris Brojobuwono: Mengenal secara Utuh Pusaka Tradisi Jawa yang Berkesan

Pada tahun ini, Desa Medalem telah mengadakan kegiatan sedekah bumi di dua dusun yang berbeda, yakni Dusun Medalem dan Dusun Sunggun. Kegiatan ini sudah berjalan setiap tahun pasca COVID. Berbagai rangkaian kegiatan dilaksanakan untuk memeriahkan acara sedekah bumi, mulai dari ziarah petilasan leluhur, kirab gunungan, khotmil quran, dan pentas seni barongan. Dusun Medalem melaksanakan ziarah petilasan di makam mbok rondo jambi sedangkan Dusun Sunggun melaksanakan ziarah di Sendang yang merupakan cikal bakal dari Desa Medalem. Kirab gunungan dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen bumi masyarakat Desa Medalem yang nantinya akan dibagikan kepada masyarakat yang hadir. Pentas seni barongan yang dilaksanakan pada malam hari menjadi penutup rangkaian acara sedekah bumi.

Sedekah bumi dilakukan sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT atas rezeki berupa hasil bumi yang melimpah serta merupakan tradisi yang mengandung nilai-nilai sosial yang mendalam.

Dahulu, ketika banyak yang mengalami kelaparan, sedekah bumi menjadi sarana masyarakat untuk menyedekahkan hasil bumi kepada fakir dan miskin, menciptakan nilai kemanusiaan, sosial, dan rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah.

Rangkaian acara sedekah bumi di Desa Medalem tidak hanya merupakan ritual semata, tetapi juga merupakan wujud dari apresiasi terhadap kelimpahan hasil bumi dan peringatan akan pentingnya menjaga kelestarian alam. Lebih dari itu, acara ini menjadi momen penting untuk mempererat tali persaudaraan di antara masyarakat.

Di era modern seperti saat ini, tradisi sedekah bumi perlu terus dilestarikan. Nilai-nilai budaya luhur yang terkandung di dalamnya, seperti rasa syukur, kepedulian terhadap alam, dan semangat gotong royong menjadi landasan penting untuk membangun masyarakat yang sejahtera dan berkelanjutan.

Sedekah bumi juga menjadi wadah untuk memperkuat rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kita diajak untuk merenungi bagaimana karunia bumi telah menopang kehidupan, menyediakan pangan, dan menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang.

Baca Juga: Kearifan Lokal Hajat Laut: Tradisi Masyarakat Pesisir Pangandaran sebagai Warisan Budaya

Rasa syukur ini memotivasi kita untuk terus berbuat baik dan berkontribusi bagi alam dan sesama. Dengan melestarikan tradisi sedekah bumi, kita lestarikan pula budaya dan kearifan lokal yang telah teruji oleh waktu. Kearifan lokal ini menjadi panduan bagi kita untuk hidup selaras dengan alam dan menjaga keseimbangannya.

Sedekah bumi mengajarkan kita bahwa kelimpahan tidaklah untuk diri sendiri, melainkan untuk dibagikan kepada yang membutuhkan.

Oleh karena itu, mari kita jaga dan tanamkan nilai-nilai luhur serta mempertahankan budaya sedekah bumi dalam kehidupan sehari-hari, sambil menyebarkan semangatnya kepada generasi muda untuk melestarikan warisan budaya yang kaya makna ini demi masa depan yang lebih baik.

Penulis: Team KKN-T Inovasi IPB Kabupaten Blora 05
1. Khairunnisa Suryanto
2. Bani Siti Noor Annisa
3. Zulfa Hafizhoh
4. Syahaban Putra Hajopan
5. Tiara Anisa Fitri
6. Maritza Fatiha
7. Jazzy Audia
8. Ryan Lukita
Mahasiswa Institut Pertanian Bogor

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI