Tingginya tuntutan ekonomi ibukota mendorong masyarakat lokal maupun non lokal ibukota untuk bersaing dari segi kualitas. Dengan adanya berbagai potensi tuntutan tersebut, banyak sekali masyarakat yang membutuhkan sarana untuk menghadapi potensi tuntutan tersebut.
Dengan hal ini maka diperlukan peran dari berbagai pihak di dalamnya untuk ikut berpartisipasi dalam memantau kualitas SDM yang ada, mulai dari pihak skala menengah sampai terbesar.
Selain itu, harus diiringi pula dengan berbagai upaya strategis untuk mendorong peningkatan adaptasi SDM di Ibukota Nusantara. Saat ini, Sumber Daya Manusia menjadi salah satu aspek yang paling penting dalam dunia perekonomian.
Hampir sebagian besar SDM menjadi asal bagaimana ekonomi menjadi maju di Nusantara. Dalam hal ini, aktivitas ekonomi juga menjadi alasan bagaimana SDM mampu beradaptasi di dalamnya. Ibukota Negara merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari padatnya penduduk.
Menurut data BPS pada tahun 2020, total penduduk di Jakarta adalah 10,56 juta jiwa. Hal ini merupakan jumlah yang tidak sedikit dan harus diimbangi dengan sumber daya yang berpotensial untuk mengembangkan berbagai sektor di dalamnya (Agni et al., 2021).
Berdasarkan data BPS tahun 2022, ekonomi Jakarta tumbuh 5,25% menguat dibandingkan tahun lalu yang berpresentase sebesar 3,56%.
Pertumbuhan tertinggi berhasil dicapai oleh ekspor dan Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profut (PKLNPRT) dan produksi lapangan usaha, diikuti beserta penyediaan akomodasi makanan dan minuman, jasa kesehatan, serta kegiatan sosial di dalamnya (Perkembangan, no date).
Adaptasi SDM merupakan salah satu hal yang menjadi bagian penting dari aktivitas ekonomi Ibukota Nusantara. Proyeksi yang tinggi dari aktivitas ekonomi ibukota menuntut SDM harus dalam skala yang tinggi (Herdiana, 2022).
Berbagai aktivitas ekonomi di Ibukota Nusantara yang dari zaman dahulu mulai dibangun, di antaranya: Kegiatan Pertokoan yang kian hari menjadi pusat perhatian manusia, dengan demikian peran SDM harus berkualitas untuk bisa menguasai pasar dan berbaur dengan masyarakat perkotaan yang saat ini diibaratkan sebagai masyarakat hedonism.
Selain itu, SDM yang tinggi akan mempercepat laju perkembangan ekonomi ibukota untuk kedepannya. Peningkatan SDM menjadi bagian penting dalam meningkatkan adaptasi. Peningkatan SDM yang ada harus didukung dari berbagai sumber dan peran masing-masing pihak di dalamnya, yakni Pemerintah, Dunia Usaha, dan Serikat Pekerja.
Waktu yang tepat untuk melakukan adaptasi SDM adalah sebelum dimulainya seseorang yang akan terjun langsung dalam aktivitas ekonomi. Saat seseorang akan berkecimpung dengan dunia ibukota, maka orang tersebut harus mengetahui seluk-beluk mengenai padatnya aktivitas ibukota.
Keberhasilan yang ada dalam seorang pelaku ekonomi menjadi tuntutan penting dan menjadi buah dari ketepatan waktu yang dilakukan ketika melakukan tuntutan sosial yang bersangkutan dalam hal ekonomi. Dalam permulaan ini, adaptasi SDM dilakukan dengan tahap awal melakukan personal branding.
Konsep personal branding ini digunakan sebagai alat untuk memenangkan persaingan dan tuntutan ekonomi. Personal branding ini digunakan sebagai tahap adaptasi awal untuk membuat individu menjadi unik dan bukan saja menjadi yang terbaik saja.
Dengan melakukan personal branding ini, maka dibutuhkan proses untuk belajar dan membentuk personal branding selanjutnya yang lebih kuat (Khedher, 2014).
Tahap selanjutnya adalah melakukan pemantauan dan proses. Kekuatan diri yang sudah dibangun sealnjutnya akan dilakukan pemantauan gambaran aktivitas ekonomi dan proses adaptasi yang ada dengan berbagai cara yang dimiliki oleh setiap individu itu sendiri.
Hal ini dilakukan sembari memperhatikan imbal balik misalnya upah atau gaji dan dampak lainnya yang dibutuhkan individu dalam membangun SDM-nya selama berada di Ibukota Nusantara.
Peningkatan adaptasi SDM perlu didorong secara internal maupun eksternal. Berikut gabungan faktor-faktor pendorong peningkatan SDM dalam aktivitas ekonomi, di antaranya: Yang pertama, melakukan pendekatan emosional antara orang satu dengan orang yang lain dengan konsep proporsional akan membuat seorang individu merasa lebih berperan penting dalam menjadi bagian saat berinteraksi (‘Perilaku Organisasi Revisi Final’, no date).
Kenyamanan tersebut akan menumbuhkan hubungan yang solid, dan hubungan baik tersebut bisa menumbuhkan rasa cinta terhadap lingkungannya saat ini.
Kedua, membangun motivasi yang kuat apabila seorang yang menjadi contoh yang baik memiliki hal yang memang pantas untuk ditularkan kepada para SDM, meliputi karyawan atau pihak yang lainnya (Werdhiastutie, Suhariadi and Partiwi, 2020), dengan melakukan motivasi tersebut, maka tidak akan muncul sebuah ketakutan dalam melakukan adaptasi.
Ketiga, pelatihan SDM, tujuan diadakan pelatihan yang diselenggarakan organisasi/ perusahaan di ibukota terhadap SDM adalah adanya keinginan untuk melakukan perubahan dalam prestasi kerja SDM sehingga dapat sesuai dengan tujuan perusahaan atau pihak institusi ekonomi (Amini, no date).
Keempat, kondisi kerja, yakni salah satu faktor yang dapat mempengaruhi motivasi karyawan, dengan motivasi yang tinggi maka kinerja suatu perusahaan dapat meningkat bahkan produktivitas pun akan meningkat sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
Dan yang terakhir, SDM yang ada harus diperhatikan dengan baik, sehingga nantinya individu tidak merasa terbebani. Dengan merasa dihargai dan diperhatikan, maka individu akan merasa memiliki pendampingan khusus selama menjalankan perannya dalam lingkungan ekonomi saat beraktivitas di Ibukota Nusantara.
Adaptasi sumber daya manusia menjadi hal yang penting dalam menjaga kelangsungan aktivitas ekonomi di ibu kota negara, terutama dalam menghadapi dinamika ekonomi dan perkembangan teknologi.
Dengan melakukan adaptasi, SDM dapat terus meningkatkan kualitas dan produktivitasnya, sehingga mampu bersaing di pasar global dan membantu mendorong pertumbuhan ekonomi.
Meningkatkan kemampuan dan keterampilan SDM melalui pelatihan dan pendidikan yang terus-menerus, membangun kerjasama antar lembaga dan dunia usaha untuk memberikan kesempatan kerja yang lebih baik, serta memperkuat sistem pemerintahan yang mendukung aktivitas ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Setidaknya tiap-tiap individu mampu untuk: (1) Memahami lebih lanjut mengenai adaptasi SDM dan aktivitas ekonomi ibukota; (2) Menjelaskan pihak yang berperan dalam peningkatan adaptasi SDM dalam aktivitas ekonomi ibukota; (3) Mengetahui waktu yang tepat dalam melakukan adaptasi SDM yang dilakukan di ibukota; (4) Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan SDM dalam aktivitas ekonomi di ibukota; (5) menjelaskan strategi dalam meningkatan adaptasi SDM dalam aktivitas ekonomi di Ibukota Nusantara.
Penulis:Â
Bagas Susilo Putra
Mahasiswa Manajemen Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo
Editor: Ika Ayuni Lestari    Â
Bahasa: Rahmat Al Kafi