Menuju Kampus Bebas Diskriminasi: Pentingnya Kesetaraan Gender

Kesetaraan Gender
Kegiatan Mahasiswa (Sumber: Dokumentasi Penulis)

Kesetaraan gender merupakan isu global yang terus menjadi perhatian berbagai pihak, baik di tingkat individu, masyarakat, maupun negara. Sebagai konsep yang mengacu pada pemberian hak, tanggung jawab, dan peluang yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam segala aspek kehidupan.

Kesetaraan gender adalah elemen penting dalam mewujudkan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan. Kesetaraan gender juga menjadi isu yang semakin relevan di lingkungan kampus, mengingat kampus adalah tempat di mana generasi muda dibentuk untuk menjadi pemimpin masa depan.

Lingkungan kampus tidak hanya berfungsi sebagai ruang belajar, tetapi juga sebagai miniatur masyarakat yang mencerminkan nilai-nilai keadilan, inklusivitas, dan kesetaraan. Namun, realitas menunjukkan bahwa kesetaraan gender belum sepenuhnya tercapai di lingkungan akademik.

Ketimpangan sering terjadi dalam bentuk representasi yang tidak setara dalam kepemimpinan kampus, akses terhadap peluang akademik, hingga keberadaan kekerasan berbasis gender. Kesetaraan gender di kampus bukan sekadar persoalan hak asasi manusia, tetapi juga berkaitan erat dengan pencapaian kualitas pendidikan yang lebih baik.

Bacaan Lainnya

Lingkungan kampus yang setara memberikan kesempatan yang sama bagi mahasiswa, dosen, dan staf untuk berkembang tanpa memandang jenis kelamin. Kampus memiliki peran strategis dalam mencetak pemimpin masa depan.

Jika kesetaraan gender tidak diterapkan dengan serius, akan ada dampak jangka panjang berupa pelanggengan stereotip gender di berbagai sektor. Misalnya, rendahnya representasi perempuan dalam bidang sains dan teknologi atau stereotip bahwa laki-laki tidak cocok untuk bidang-bidang seperti seni, pendidikan, dan keperawatan.

Oleh karena itu, diperlukan analisis mendalam tentang tantangan dan strategi untuk menciptakan kampus yang lebih setara. Adapun tantangan yang masih di hadapi kampus-kampus saat ini, yaitu :

1. Bias Gender dalam Program Studi

Meskipun era modern telah membawa banyak perubahan, beberapa program studi masih lekat dengan stereotip gender. Bidang STEM (sains, teknologi, teknik, dan matematika) sering dianggap sebagai domain laki-laki, sementara bidang humaniora dan pendidikan cenderung dikaitkan dengan perempuan.

Akibatnya, banyak perempuan merasa ragu untuk terjun ke program-program yang didominasi laki-laki, dan sebaliknya. Tidak jarang pula perempuan yang mengambil studi di bidang sains atau teknik harus berhadapan dengan stigma dan ekspektasi lebih tinggi. Mereka sering kali merasa perlu “membuktikan” diri untuk mendapatkan pengakuan yang setara.

2. Kepemimpinan dan Representasi Gender

Perempuan sering kali kurang terwakili di posisi kepemimpinan kampus, baik sebagai rektor, dekan, maupun kepala program studi. Hal ini bukan semata karena kurangnya kemampuan, melainkan adanya hambatan struktural dan kultural yang menghambat partisipasi perempuan. Anggapan bahwa perempuan tidak cocok untuk peran pemimpin masih kerap dijumpai diberbagai institusi pendidikan tinggi.

3. Pelecehan Seksual dan Ketidakamanan di Kampus

Salah satu isu paling serius yang masih menghantui kampus adalah pelecehan seksual. Banyak kasus pelecehan seksual yang terjadi di lingkungan kampus sering kali tidak dilaporkan karena korban merasa malu atau takut akan dampak sosial yang akan mereka hadapi.

Lebih buruk lagi, beberapa kampus masih belum memiliki mekanisme yang jelas untuk menangani kasus ini. Tanpa lingkungan yang aman, sulit bagi kampus untuk menjadi tempat yang setara dan inklusif.

4. Keterbatasan Ruang Diskusi dan Edukasi tentang Gender

Kesadaran tentang isu gender masih minim di beberapa kampus. Topik-topik seputar kesetaraan gender sering kali dianggap sebagai isu sekunder atau tidak relevan dengan kehidupan mahasiswa. Akibatnya, ruang diskusi mengenai gender menjadi terbatas, sehingga banyak mahasiswa yang tidak memiliki pemahaman kritis terhadap isu ini.

Dari semua tatantangan yang saat ini masih dihadapi oleh kampus-kampus adapun harapan dan solusi dalam mewujudkan kesetaraan gender di kampus, antara lain:

1. Pendidikan dan Literasi Gender

Penting bagi institusi pendidikan untuk memperkenalkan mata kuliah atau program yang membahas kesetaraan gender. Literasi gender perlu ditanamkan sejak dini, termasuk di lingkungan mahasiswa baru. Workshop, seminar, dan diskusi tentang peran gender di masyarakat juga harus diperbanyak untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa dan staf kampus.

2. Kebijakan yang Inklusif dan Berbasis Kesetaraan

Kampus harus menyusun kebijakan yang berpihak pada kesetaraan gender. Salah satunya adalah kebijakan tegas terkait pencegahan pelecehan seksual dan perlindungan korban.

Mekanisme pengaduan yang jelas dan transparan juga harus disediakan agar korban merasa aman dan mendapatkan keadilan. Selain itu, kampus perlu mendorong peningkatan representasi perempuan di posisi kepemimpinan dan pengambilan keputusan.

Proses rekrutmen harus transparan dan bebas dari bias gender agar setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk memimpin.

3. Menghapus Stereotip Gender dalam Akademik

Kampus perlu mendorong mahasiswa untuk menembus batasan stereotip gender dalam memilih program studi. Misalnya, dengan menyelenggarakan kegiatan mentoring yang melibatkan role model dari berbagai bidang untuk menunjukkan bahwa kesuksesan tidak ditentukan oleh gender.

4. Lingkungan Kampus yang Aman dan Inklusif

Upaya menciptakan kampus yang aman dari pelecehan dan diskriminasi gender harus menjadi prioritas. Selain menyediakan layanan pengaduan, kampus juga bisa membentuk satuan tugas khusus untuk menangani isu-isu gender. Lingkungan yang aman akan mendorong seluruh sivitas akademika untuk berpartisipasi aktif tanpa merasa terhambat.

5. Kolaborasi dan Partisipasi Mahasiswa

Mahasiswa sebagai agen perubahan memiliki peran besar dalam mewujudkan kesetaraan gender. Organisasi mahasiswa dapat menjadi wadah untuk menyuarakan isu-isu gender melalui berbagai kegiatan, seperti diskusi publik, kampanye, dan advokasi kebijakan. Semakin banyak mahasiswa yang peduli, semakin cepat kesetaraan gender dapat terwujud di kampus.

 

Penulis: Maulita Intan Aprillia
Mahasiswa Sosiologi, Universitas Muhammadiyah Malang

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses