Mood Swing = Bipolar?

mood swing = bipolar

Pernahkah Anda pernah mendengar kata mood swing atau suasana hati yang berganti-ganti? Kata mood swing akhir-akhir ini menjadi sangat naik daun di khalayak milenial juga media sosial. Tidak jarang peristiwa moodswing yang terjadi pada seseorang sering dikaitkan dengan bipolar, namun apakah moodswing sama dengan bipolar? Apa sebenarnya gangguan bipolar itu? Dan bagaimana penanganan bipolar?

Bipolar merupakan permasalahan gangguan kesehatan jiwa yang menyebabkan perubahan signifikan secara tidak wajar pada suasana hati, energy, dan konsentrasi penderitanya.

Penderita bipolar akan memiliki dua episode suasana hati yang berlawanan yaitu episode manic dan episode depresi yang keduanya bisa terjadi dengan jangka waktu berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan 2 tahun, tidak seperti perubahan mood pada orang biasa yang hanya dengan jangka waktu beberapa jam atau beberapa hari.

Bacaan Lainnya

Episode manic akan membuat si penderitanya terasa hiperaktif, berbicara lebih cepat dari biasanya, ingin melakukan banyak hal sekaligus, serta lebih berani mengambil keputusan.

Baca juga: Kaitan Kasus “4 Gadis Bunuh Driver Taksi Online” dengan Psikologi

Episode manic bukanlah episode dengan fase bahagia, melainkan fase dimana penderitanya terlalu hiperaktif sehingga terkadang membuat pekerjaannya tidak ada yang benar-benar selesai karena pikirannya yang terlalu cepat untuk melompat dari satu ide / pekerjaan ke ide / pekerjaan lain.

Sedangkan episode depresi akan membuat si penderita merasa tidak punya semangat, sedikit bicara atau tidak bicara sama sekali, kehilangan motivasi, hingga kesulitan dalam melakukan aktivitas sederhana.

Seseorang juga dapat mengalami gangguan bipolar tanpa adanya gangguan yang jelas serta fase episode yang dialaminya tidak se-intens fase yang dialami gangguan bipolar lainnya.

Gangguan tersebut disebut dengan gelaja hypomania dimana si penderita bipolar gangguan masih mampu menjalani kehidupan sehari-harinya. Beberapa orang bahkan dapat mengalami dua episode dalam waktu yang bersamaan, gejala ini disebut episode campuran.

Gangguan bipolar yang juga dikenal sebagai manic-depresive illness ini mencetak jejak kelam yang tragis dimana adanya percobaan bunuh diri yang cukup tinggi pada populasi bipolar, yaitu 10-15%.

Saat ini prevalensi gangguan bipolar dalam populasi cukup tinggi, mencapai 1,3-3%. Bahkan prevalensi untuk seluruh spektrum bipolar mencapai 2,6-6,5%.

Baca juga: Trauma Berkepanjangan Sampai Takut Menikah Ditinjau dari Kacamata Psikologi Kognitif

Tujuh dari sepuluh pasien pada awalnya misdiagnosis. Prevalensi antara laki-laki dan perempuan sama besarnya terutama pada gangguan bipolar I, sedangkan pada gangguan bipolar II, prevalensi pada perempuan lebih besar.

Dari penjelasan diatas mungkin masih belum jelas apa sebenarnya perbedaan antara bipolar dengan moodswing. berikut penjelasannya.

Gangguan bipolar memiliki tiga tipe, yaitu bipolar tipe 1, bipolar tipe 2, dan sitklotimia. Seseorang yang tidak menderita bipolar atau depresi digambarkan suasana hatinya seperti berikut ini:

Seseorang yang tidak menderita bipolar atau depresi digambarkan suasana hatinya

Naik turunnya suasana hati dapat dijelaskan karena peristiwa-peristiwa tertentu. Sementara itu seseorang dengan depresi akan mengalami episode epresi yang sangat rendah dan bahkan seringkali terjadi tanpa adanya alas an yang melatarbelakanginya, berikut grafik suasana hatinya:

Suasana hati depresi

Beralih ke bipolar tipe 1 mengalami perubahan mood yang sangat kontras dengan episode manic yang berlangsung setidaknya paling sebentar 1 minggu dan episode depresi berlangsung paling sebentar 2 minggu :

Bipolar tipe 1

Bipolar tipe 2 memiliki peribahan mood yang tidak jauh dari bipolar tipe 1, namun terjadi dengan episode hypomania yang menggantikan episode manic yang setidaknya berlangsung selama empat hari:

Terakhir, sitklotimia. Gangguan ini bersifat seperti sebuah siklus dengan episode hypomania dan episode depresi yang meskipun tidak se-intens bipolar tipe 1 atau tipe 2 tapi ia berlangsung jauh lebih lama, yaitu hingga 2 tahun.

Sama seperti gangguan kejiwaan lainnya, penyebab adanya bipolar ini belum diketahui secara pasti. Namun seperti gangguan kejiwaan lainya pula, factor resiko gangguan bipolar adalah genetic.

Risiko keluarga dengan pasien gangguan mood bipolar adalah 25%, dan berulang pasien gangguan depresi adalah 20%.

Selain faktor genetik, beberapa faktor dapat menjadi penyebab seseorang mengidap gangguan bipolar, yaitu faktor biokimia dimana terdapat dua neurotransmiter yang sering terlibat dalam patofisiologi gangguan mood yaitu norepinefrin dan serotonin, faktor neurofisiologi, faktor psikodinamik, dan faktor lingkungan seperti kehamilan dan pasca melahirkan dapat beresiko memicu ketidakseimbangan hormonal sehingga mengakibatkan gangguan manic dan depresi.

Serta kemungkinan dapat terjadi psikosis postpartum. Ketidakseimbangan zat neurokimia pada otak itulah yang juga dapat menyebabkan keseimbangan emosi seseorang terganggu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa gangguan bipolar tidak sama dengan moodswing karena pada bipolar terdapat suatu gangguan suasana perasaan yang tersifat oleh episode berulang.

Pada gambar dibawah, lobus frontal dan korteks memberi kita kemampuan untuk membuat penilaian sosial dan keputusan eksekutif lainnya seperti perencanaan dan pemikiran abstrak. Pada bagian dalam otak, talamus (tidak ditunjukkan) yang berfungsi sebagai stasiun jalan untuk hampir semua informasi yang menuju ke korteks.

Lobes of the cerebrum

Tanpa fungsi lobus temporal yang akurat, interpretasi pola visual yang kompleks, bahasa lisan, dan ingatan jangka panjang dapat terdistorsi. Kelainan pada amigdala sistem limbik mungkin akan menimbulkan emosi berlebihan.

Mereka mungkin juga memicu kenangan atau kesalahan persepsi yang salah dari hipokampus. Hipokampus mungkin juga gagal mengingat ‘lokasi’ yang mengarahkan tempat dan area yang mudah dikenali. Hal yang terjadi inilah dan hubungan otak yang salah lainnya menciptakan perilaku manik atau depresi

Dalam melaksanakan terapi gangguan bipolar khususnya episode manik, seorang klinisi harus memastikan diagnosis dengan melakukan penilaian awal. Pada stadium awal algoritme menggunakan terapi yang sederhana (monoterapi) karena mempertimbangkan keamanan, tolerabilitas, kemudahan dalam penggunaan, dan profil efek samping sedangkan pada stadium akhir menggunakan beberapa obat.

Bagaimanapun, terapi gangguan bipolar efektif jika dilakukan secara komprehensif. Terapi komprehensif meliputi farmakoterapi dan intervensi paikososial. Beberapa intervensi psikososial yang terbukti efektif untuk penderita gangguan bipolar yaitu Cognitive-behavioral therapy, psikoedukasi, family-focused therapy, serta terapi ritme sosial dan interpersonal.

Perawatan dini serta pengobatan sangat penting untuk menekan gejala-gejala seorang penderita bipolar. apabila tidak dirawat dengan baik, imbasnya pada episode manic dan episode depresi penderita bipolar dapat berlangsung selama 6-12 bulan.

Gangguan bipolar merupakan salah satu contoh dari gangguan kejiwaan yang walaupun tidak kasat mata bias berakibat fatal jika diabaikan.

Bagi seseorang yang sehat secara mental, mungkin mudah untuk menyepelekan gangguan kejiwaan. Mengecamnya sebagai kurang ibadah, atau sekedar “lebay” atau “caper”. Namun bagi penderitanya, gangguan kejiwaan mereka sama nyatanya dengan udara yang kita hirup dan tidak bias kita hilangkan dengan begitu saja.

Episode manic dan episode depresi akan tetap dating bagaimanapun juga dan akan tetap menyusahkan hidupnya. Tetapi, dengan adanya lingkungan yang supportive terutama perawatan medis dan pengobatan yang konsisten, semua episode yang akan dihadapinya bias saja dihadapi dengan lebih mudah.

Penulis: Violita Deta Putri Gataris
Mahasiswa Prodi Pendidikan Luar Biasa Universitas Sebelas Maret

Editor: Ika Ayuni Lestari

Sumber:

Youtube Chanel “Neuron”

https://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-psikiatric27896aa80full.pdf

Zarate CA., 2000, Antipsychotic Drug Site Effect Issues in Bipolar Manic Patients, J Clin Psychiatry 2000;61:52-61. Diunduh dari http://altcancerweb.com/bipolar/atypicalantipsychotic/antipsychotic-drug-site-effect-bipolar-mania.pdf

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI