Quarter Life Crisis adalah sebuah istilah dalam bidang ilmu psikologi yang berkaitan dengan kondisi mental yang tidak stabil. Krisis tersebut terjadi pada usia 20-30an.
Individu yang sedang berada di Quarter Life Crisis sering kali mengalami permasalah emosional seperti perasaan cemas dengan masa depan, bimbang dalam menentukan pilihan, merasa tidak yakin dengan diri sendiri, suka membandingkan diri dengan oranglain, merasa tertekan karena tuntutan yang diberikan oleh lingkungan sekitar dan masyarakat, bahkan seringkali terlibat dalam permasalahan dalam pertemanan, finansial, pekerjaan, dan permasalahan seputar hubungan lawan jenis atau percintaan.
Quarter Life Crisis terjadi pada kaum milenial yang ditandai oleh perasaan belum memahami diri sendiri, merasa terjebak di lingkungan yang tidak tepat, juga merasa bimbang dan gamang pada pilihan yang dijalani saat ini sudah benar atau belum, sering kali membandingkan pencapaian diri sendiri dengan orang lain, serta permasalahan terkait pertemanan, finansial, akademik dan lain-lain.
Baca Juga: Overthinking Sumber Keresahan Diri Sendiri
Salah satu penyebab krisis yang mucul pada milenial ini adalah kemudahan teknologi yang membuat kemudahan pula dalam mengakses kehidupan dan informasi seseorang di sosial media, hal ini yang menyebabkan individu sering tidak percaya diri dan cenderung membandingkan dirinya dengan apa yang dilihat di sosial media.
Faktor yang mempengaruhi timbulnya Quarter Life Crisis pada milenial dapat ditemukan dalam beberapa hal, yaitu: (1) Pengaruh sosial media; (2) Latar belakang pendidikan; (3) Pekerjaan yang saat ini ditekuni; (4) Dukungan keluarga; (5) Tuntutan lingkungan; dan (6) Keselarasan antara keinginan pribadi dengan tuntutan lingkungan.
Sebagai seorang muslim, tentunya kita perlu memiliki pedoman dalam menghadapi persoalan dalam kehidupan sehari-hari termasuk fenomena Quarter Life Crisis ini dengan berpegang pada Al-Qur’an. Jika kita lihat sisi positif dalam Quarter Life Crisis hakikatnya tidak boleh dihilangkan, mengapa?
Karena jika dihilangkan secara total maka dapat mengakibatkan ketiadaan dalam kehati-hatian, sehingga menghasilkan kecerobohan. Yang perlu untuk dilakukan adalah tidak perlu membesar-besarkan rasa kekhawatiran atau ketakukan.
Sejatinya, Al-Qur’an telah menawarkan segala solusi bagi umat muslim, termasuk menghadapi Quarter Life Crisis. Sebagai seorang muslim hal yang bisa kita peroleh dalam Al-Qur’an untuk menghadapi ataupun melawan fenomena QLC ini adalah:
Baca Juga: Remaja Indonesia Takut Tambah Dewasa?
Pertama, Al-Qur’an mengajarkan manusia untuk senantiasa berikhtiar dalam keadaan apapun. Salah satunya ketidakpuasan atas pencapaian pribadi yang tidak membanggakan. Fokuslah kepada hal-hal yang menjadi prioritas kehidupan kita dan mintalah bantuan dengan Allah SWT.
Allah SWT menjelaskan dalam firman-Nya, “Mintalah bantuan (kepada Allah) melalui ketabahan dan doa.” (QS. Al-Baqarah: 45). Dengan berikhtiar juga, “Allah akan memberi bantuan kepada seseorang selama dia memberi bantuan kepada sesamanya”.
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11). Merujuk pada ayat tersebut, dalam menjalani kehidupan kita harus berikhtiar atau berusaha untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi.
Berikhtiar adalah wajib bagi setiap manusia dalam upaya untuk mencapai segala yang diinginkannya. Kedua, Al-Qur’an mengajarkan sikap optimisme, dilanjutkan dengan doa. Dalam al-Qur’an, Allah berfirman, “Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal pada-Nya.” (QS. Ali Imran: 159).
Ketiga, jangan membandingkan hidup dengan orang lain. Hal inilah yang sering terjadi sehingga membuat diri kita menjadi seorang yang pesimis hingga memperkuat Quarter Life Crisis. Dalam hal ini, janganlah kita membandingkan diri kita dengan orang lain.
Karena jalan kesuksesan hidup orang itu berbeda-beda. Bersabar, Bersyukur, dan Ikhlas. Nabi Muhammad SAW bersabda yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim, “Hakikat kesabaran (kesempurnaan) dinilai pada saat-saat pertama dari kedatangan malapetaka (bukan setelah berlalu sekian waktu).”
Itulah yang bisa kita ambil dalam Al- Qur’an sebagai bekal kita untuk menghadapi fenomena Quarter Life Crisis ini.
Penulis: Khoyri Auliya N.H.
Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah STEI SEBI
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi