Optimalisasi Edupreneurship di SMK Muhammadiyah Sumowono untuk Pemberdayaan Ekonomi Lokal melalui Teaching Factory dan Business Center

Edupreneurship mengintegrasikan prinsip kewirausahaan dalam pendidikan vokasi untuk menghasilkan lulusan terampil, mendukung pendapatan sekolah, dan memberdayakan ekonomi lokal.

Artikel ini menganalisis peluang edupreneurship di SMK Muhammadiyah Sumowono melalui pengembangan produksi kaos printing, Essemu Boutique, dan penyewaan kostum karnaval.

Dengan memanfaatkan potensi lokal Kecamatan Sumowono, seperti banyaknya sekolah dan destinasi wisata, pendekatan teaching factory dan business center diterapkan untuk menghasilkan produk marketable.

Artikel ini membahas langkah-langkah implementasi, manajemen berbasis Total Quality Management (TQM), prinsip kemitraan, dan manfaat bagi siswa, guru, sekolah, dan masyarakat, dengan rekomendasi untuk keberlanjutan.

Bacaan Lainnya

Baca juga: Diskusi Ekonomi Pancasila: Pengejawantahan Sila 1 (Ekonomi Spiritual) dan Sila 2 (Ekonomi yang Beradab)

Pendahuluan

Edupreneurship adalah pendekatan inovatif yang menggabungkan kewirausahaan dengan pendidikan vokasi untuk menciptakan nilai ekonomi dan sosial, sekaligus meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan industri (Rusnani & Murdiyanto, 2012).

SMK Muhammadiyah Sumowono, dengan jurusan Desain dan Produksi Busana serta Teknik dan Bisnis Sepeda Motor, memiliki status SMK Pusat Keunggulan (2022–2025) yang mendukung implementasi edupreneurship.

Terletak di Kecamatan Sumowono, Jawa Tengah, sekolah ini berada di wilayah dengan banyak sekolah (PAUD, TK, SD, SMP) dan destinasi wisata (Taman Bunga Celosia, Ayana, Candi Gedong Songo), namun minim butik besar dan produsen kaos printing berskala besar.

Tingginya permintaan kostum karnaval, terutama pada bulan Agustus, menambah peluang pasar.

Artikel ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi peluang edupreneurship

2. Menjelaskan implementasi melalui teaching factory dan business center

3. Menguraikan manajemen dan kemitraan, dan (4) menganalisis manfaat bagi warga sekolah dan masyarakat.

Pembahasan

Peluang Edupreneurship

Berdasarkan analisis potensi pasar di Kecamatan Sumowono, tiga peluang edupreneurship utama di SMK Muhammadiyah Sumowono adalah:

1. Produksi Kaos Printing: banyaknya sekolah di Sumowono menciptakan permintaan kaos olahraga, terutama kaos jersey printing untuk ekstrakurikuler dan event.

Dengan mesin digital printing di jurusan Desain dan Produksi Busana, SMK dapat memproduksi kaos berkualitas tinggi dengan desain kustom, mengisi kekosongan pasar lokal yang belum memiliki produsen berskala besar.

Contoh: Memproduksi 500 kaos jersey untuk event olahraga antar sekolah dengan logo sekolah yang dipersonalisasi.

2. Essemu Boutique:  Essemu Boutique menawarkan produk seperti mukena, tas handmade, sajadah, seragam sekolah, toga, selempang, taplak meja, seragam drumband, dan paskibra, serta jasa jahit kostum (busana pesta, kebaya, gamis).

Lokasi sekolah dekat destinasi wisata memungkinkan menarik wisatawan untuk produk handmade, sementara ketiadaan butik besar di Sumowono memberikan peluang dominasi pasar.

Contohnya dengan menjual 200 paket mukena dan sajadah handmade di event wisata Taman Bunga Celosia dengan branding “Produk Siswa SMK Muhammadiyah Sumowono”.

3. Penyewaan Kostum Karnaval: Karnaval rutin di Sumowono (tingkat RT, desa, kecamatan) menciptakan permintaan kostum bertema budaya, modern, atau wisata.

Kostum hasil kolaborasi jurusan Desain dan Produksi Busana serta Teknik dan Sepeda Motor telah disewa hingga luar kabupaten, menunjukkan potensi pasar yang kuat.

Contoh: Menyewakan 100 set kostum bertema budaya Jawa untuk karnaval kecamatan, dengan pendapatan dari jasa desain kustom.

Baca juga: Profil Program Studi Bahasa Inggris untuk Komunikasi Bisnis dan Profesional (BISPRO)

Implementasi Pembelajaran Edupreneurship

Edupreneurship di SMK Muhammadiyah Sumowono diimplementasikan melalui dua pendekatan utama:

1. Teaching Factory: Teaching factory adalah model pembelajaran kontekstual yang mensimulasikan proses industri nyata dengan pendekatan TF-6M: menerima pesanan, menganalisis, menyatakan kesiapan, mengerjakan, quality control, dan menyerahkan pesanan (Dinas Pendidikan Jawa Tengah, 2023).

Siswa memproduksi kaos printing, produk Essemu Boutique, dan kostum menggunakan fasilitas seperti mesin printing dan alat jahit standar industri.

Sebagai Contoh Siswa memproduksi 100 kaos jersey untuk event olahraga, mulai dari desain digital (CorelDraw), printing sublimasi, hingga pengemasan.

2. Business Center: Business center berfungsi sebagai unit produksi, pemasaran, dan penjualan, melatih siswa dalam manajemen bisnis, pemasaran digital (Instagram, TikTok), dan layanan pelanggan.

Produk dipamerkan di ruang display sekolah dan dipasarkan di event wisata lokal. Sebagai contoh siswa mengelola penjualan mukena di business center dan mempromosikan kostum karnaval untuk event kecamatan melalui akun Instagram resmi.

Langkah-Langkah Implementasi Edupreneurship

Untuk mewujudkan edupreneurship, langkah-langkah berikut diterapkan:

1. Penyiapan Kapasitas Guru: Melatih guru menjadi teacherpreneurs dengan keterampilan kepemimpinan, kreativitas, dan wirausaha melalui pelatihan bersama UMKM atau praktisi industri.

2. Pemberdayaan Siswa: Membekali siswa dengan keterampilan teknis (desain, jahit, printing) dan wirausaha (pemasaran, keuangan) untuk siap kerja atau berwirausaha.

3. Kurikulum Berbasis Proyek: Mengintegrasikan proyek kewirausahaan, seperti membuat dan memasarkan kebaya atau kaos jersey, dalam kurikulum.

4. Model Pembelajaran: Menerapkan project-based learning dan teaching factory untuk menghasilkan produk inovatif yang responsif terhadap pasar.

5. Manajemen Edupreneurship: Menyusun struktur organisasi organik, menjamin mutu produk/jasa, dan memasarkan melalui platform daring seperti Shopee atau Instagram.

6. Kemitraan: Berkolaborasi dengan UMKM, sekolah, dan destinasi wisata untuk pasokan bahan baku, pemasaran, dan magang.

7. Sarana dan Prasarana: Membangun ruang display, merancang ulang business center untuk kenyamanan pelanggan, dan mengajukan peralatan tambahan (misalnya, mesin printing) melalui program SMK Pusat Keunggulan.

Manajemen Edupreneurship

Manajemen edupreneurship berfokus pada tiga aspek utama:

1. Struktur Organisasi:  Mengadopsi model organik dengan desentralisasi, fleksibilitas tugas, dan respons cepat terhadap masalah. Satuan tugas meliputi akademik (prestasi siswa), non-akademik (sikap dan kepribadian), dan profit (penggalian dana).

Contoh: Guru jurusan busana mengkoordinasikan produksi kaos, sementara siswa mengelola pemasaran di business center.

2. Penjaminan Mutu: Menerapkan Total Quality Management (TQM) untuk memastikan produk memenuhi standar kenyamanan, keandalan, dan daya tahan.

Jasa jahit kostum diperhatikan dari konsistensi, keramahan, dan ketepatan waktu. TQM melibatkan Quality Control (deteksi cacat) dan Quality Assurance (pencegahan kegagalan).

Contoh: Memeriksa jahitan mukena sebelum dijual dan memastikan ketepatan pengiriman kaos jersey.

3. Strategi Pemasaran yaitu dengan menggunakan pendekatan 7P: (a) Product: Produk inovatif seperti kaos kustom dan tas handmade.  (b) Price: Harga kompetitif sesuai pasar lokal.

(c) Promotion: Pemasaran via media sosial dan event wisata.  (d) Place: Distribusi melalui business center dan platform daring. (e) People: Pelayanan kompeten oleh siswa dan guru.

(f) Process: Proses produksi dan penjualan efisien.  (g) Physical Evidence: Lingkungan business center nyaman. Contohnya yaitu memasarkan kaos jersey via Instagram dengan video produksi siswa.

Kemitraan dalam Edupreneurship

Kemitraan adalah elemen kunci untuk efisiensi dan keberlanjutan. Prinsip kemitraan (Depdiknas, 2007) meliputi:

1. Saling Membutuhkan: SMK menyediakan tenaga kerja atau produk, industri menyediakan bahan baku atau pasar.

2. Saling Mempercayai: Transparansi dalam transaksi dan laporan keuangan.

3. Saling Memperkuat: Kolaborasi untuk bersaing di pasar.

4. Saling Menguntungkan: Industri sebagai tempat magang, SMK memasok produk.

Bentuk Kemitraan antara lain (1) Inti-Plasma: SMK sebagai plasma memproduksi untuk industri inti (contoh: kain untuk UMKM).  (2) Subkontrak: SMK memproduksi bagian produk (contoh: selempang paskibra). (3) Waralaba: Agen travel wisata berbasis SMK. (4) Resource Sharing: Industri menyediakan alat praktik.  (5) Build-Operation-Transfer (BOT): Industri membangun fasilitas, mengoperasikan, lalu menyerahkan ke SMK.

Baca juga: Perang Dagang AS-China: Ancaman atau Peluang bagi Ekonomi Indonesia?

Manfaat Edupreneurship

Siswa mendapatkan keterampilan teknis (desain, printing, jahit), wirausaha (pemasaran, keuangan), pengalaman industri, kesiapan kerja/wirausaha.

Bagi guru dapat meningkatan kompetensi pengajaran, kolaborasi industri. Bagi sekolah bisa menghasilkan pendapatan tambahan serta reputasi sebagai SMK unggul.

Terakhir bagi masyarakat akan mendapatkan produk berkualitas (kaos, seragam, kostum), dukungan ekonomi lokal melalui kemitraan.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Edupreneurship di SMK Muhammadiyah Sumowono menghasilkan produk marketable melalui kaos printing, Essemu Boutique, dan kostum karnaval, melatih siswa, dan mendukung ekonomi lokal.

Pendekatan teaching factory dan business center, didukung TQM dan kemitraan, menjadikan sekolah pusat inovasi vokasi.

Rekomendasi:  Investasi peralatan modern (mesin printing tambahan).  Perluas kemitraan dengan industri nasional.  Integrasikan pelatihan digital marketing intensif.

 

Penulis: Siti Maesaroh

Mahasiswa Jurusan SMK Muhammadiyah Sumowono, Jawa Tengah, Indonesia

Daftar Pustaka

Depdiknas. (2007). Pedoman Pengelolaan Unit Produksi/Jasa. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.

Rusnani & Murdiyanto. (2012). Prinsip Penyelenggaraan Unit Produksi dan Jasa. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kuat, A., et al. (2023). Optimalisasi Teaching Factory dalam Peningkatan Kompetensi Siswa SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, 13(2), 45–56.

Kompas.id. (2022). Kolaborasi SMK dengan UMKM Memperkuat Edupreneurship. Diakses dari kompas.id.

Wikan Sakarinto. (2023). Link and Match SMK dengan Kebutuhan Industri. Diakses dari vokasi.mandikdasmen.go.id.

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah. (2023). Pedoman Teaching Factory SMK. Semarang: Dinas Pendidikan Jawa Tengah.

Editor: Anita Said
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

 

Ikuti berita terbaru di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

1 Komentar