Darurat TBC
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang umumnya menyerang paru-paru, meskipun bisa juga mempengaruhi organ tubuh lainnya. Penyebab utama penyakit ini adalah infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyebar melalui udara ketika penderita batuk atau bersin.
Meskipun TB dapat disembuhkan dengan pengobatan yang tepat, penanganan yang terlambat atau tidak tuntas dapat menyebabkan komplikasi serius dan penularan lebih lanjut (Adigun & Singh, 2024). Tuberkulosis (TB) tetap menjadi salah satu ancaman kesehatan global yang mematikan, bahkan setelah HIV/AIDS, dengan dampak signifikan terhadap populasi manusia. Penyakit ini terutama menyerang kelompok masyarakat dengan kondisi sosial-ekonomi rendah, serta mereka yang hidup dalam marginalisasi atau keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan. Faktor-faktor tersebut meningkatkan kerentanannya terhadap infeksi TB, memperburuk penyebaran penyakit, dan menghambat upaya pengendalian yang efektif (Natarajan et al., 2020).
Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan beban tuberkulosis (TB) tertinggi di dunia, menempati posisi kedua setelah India, menurut laporan Global TB Report 2023 (World Health Organization, 2023). WHO memperkirakan ada sekitar 969.000 kasus TB di Indonesia, dengan 717.941 di antaranya tercatat dalam sistem notifikasi. Angka kejadian TB diperkirakan mencapai 354 kasus per 100.000 penduduk, sementara 22.000 di antaranya adalah kasus TB-HIV. Kematian akibat TB diprediksi mencapai 144.000 orang, dengan 6.500 di antaranya meninggal karena TB-HIV (Kementerian Kesehatan RI, 2023). Di Papua Barat, khususnya Kabupaten Teluk Bintuni, tercatat sekitar 501 kasus TB pada 2023, dengan total insiden TB di provinsi ini mencapai 3.258 kasus.
Kejadian TBC dikarenakan oleh patuh tidaknya pasien melakukan pengobatan yang ditetapkan dalam program penyembuhan TB. Pasien akan diberikan program lengkap yang harus diikuti dan dijalani oleh pasien. Namun ketidakpatuhan terhadap pengobatan tuberkulosis (TB) sering kali dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah peran keluarga sebagai sistem pendukung utama yang kurang optimal. Untuk itu, penting untuk meningkatkan pemahaman keluarga tentang penyakit TB dan pengobatan yang diperlukan agar mereka dapat memberikan dukungan yang lebih efektif. Selain itu, faktor jarak dari fasilitas layanan kesehatan juga menjadi hambatan, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah terpencil, yang memerlukan upaya untuk mempermudah akses ke pengobatan, seperti penguatan peran Pengawas Minum Obat (PMO). Terakhir, pemahaman yang lebih baik mengenai efek samping obat dan cara menghadapinya dapat membantu pasien untuk lebih percaya diri dalam menjalani pengobatan jangka panjang, mengurangi kekhawatiran, dan meningkatkan tingkat kepatuhan pengobatan.
Baca Juga:Â Panduan Lengkap Pengobatan Penyakit TBC untuk Pemulihan Optimal
Keluarga sebagai Sistem Pendukung Utama
Dukungan keluarga terbukti memainkan peran penting dalam memastikan kepatuhan pengobatan pada pasien tuberkulosis (TB). Pasien yang memiliki anggota keluarga yang terlibat aktif dalam pemantauan pengobatan cenderung lebih patuh dibandingkan dengan mereka yang tidak mendapatkan dukungan serupa. Selain itu, sikap positif keluarga terhadap pengobatan juga berpengaruh besar, di mana pasien yang dikelilingi oleh keluarga yang mendukung dan memahami pentingnya pengobatan TB memiliki risiko ketidakpatuhan yang lebih rendah. Sebaliknya, sikap negatif atau apatis dari keluarga dapat memperburuk kepatuhan pasien, karena kurangnya motivasi dan pemahaman yang diberikan kepada pasien. Oleh karena itu, upaya untuk melibatkan keluarga dalam proses pengobatan, termasuk memberikan edukasi yang tepat, sangat penting untuk meningkatkan keberhasilan terapi TB (Adhanty & Syarif, 2023). Keluarga memegang peran krusial dalam keberhasilan pengobatan tuberkulosis (TB), karena dukungan yang mereka berikan dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien. Anggota keluarga harus aktif memberikan perhatian, memantau konsumsi obat, dan memastikan pasien menjalani pengobatan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Dengan memberikan dukungan emosional dan praktis, keluarga tidak hanya membantu pasien dalam mengatasi tantangan pengobatan, tetapi juga berkontribusi pada upaya penanggulangan penyebaran TB di masyarakat.
Pahami dan Tingkatkan Pengetahuan
Pengetahuan yang memadai tentang tuberkulosis (TB) sangat berpengaruh terhadap kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan. Pasien yang memiliki pemahaman yang baik mengenai penyakit ini, termasuk penyebab, gejala, serta cara pengobatan yang tepat, lebih cenderung untuk mengikuti instruksi medis dengan disiplin. Pengetahuan ini memberi mereka pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya menyelesaikan pengobatan, yang tidak hanya untuk kesembuhan diri sendiri, tetapi juga untuk mencegah penularan kepada orang lain. Sebaliknya, kurangnya pengetahuan dapat menyebabkan pasien merasa ragu atau tidak yakin tentang manfaat pengobatan, yang berisiko menyebabkan mereka menghentikan terapi sebelum waktunya. Dalam hal ini, edukasi yang menyeluruh mengenai TB menjadi kunci dalam mendukung kepatuhan pengobatan, serta mencegah komplikasi atau resistensi obat yang dapat memperburuk kondisi pasien. Oleh karena itu, peningkatan pengetahuan bagi pasien tentang penyakit ini sangat penting dalam upaya penanggulangan TB yang efektif (Perwitasari et al., 2022).
Sebagai tenaga medis, penting untuk tidak hanya memberikan informasi secara verbal, tetapi juga memanfaatkan berbagai media edukasi untuk meningkatkan pemahaman pasien tentang tuberkulosis (TB). Penggunaan berbagai format, seperti brosur, video, aplikasi digital, dan poster, dapat membantu menyampaikan informasi dengan cara yang lebih menarik dan mudah dipahami oleh pasien dari berbagai latar belakang. Dengan pendekatan yang bervariasi ini, pasien akan lebih mudah mengingat dan memahami pentingnya menjalani pengobatan dengan disiplin. Selain itu, media yang berbeda memungkinkan tenaga medis untuk menjangkau pasien dengan cara yang lebih efektif, memperkuat pesan edukasi, dan akhirnya meningkatkan kepatuhan pengobatan mereka, yang pada gilirannya akan berkontribusi pada keberhasilan pengobatan dan pengendalian penyakit TB.
Baca Juga:Â Sosialisasi Penyuluhan Penyakit Tuberkulosis (TBC)
Analisa Jarak Fasilitas Layanan Kesehatan
Jarak yang jauh antara tempat tinggal pasien dan fasilitas kesehatan menjadi salah satu hambatan utama dalam mengakses pengobatan tuberkulosis (TB) secara tepat waktu. Kepatuhan pengobatan sering kali terpengaruh oleh perjalanan yang memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit, sehingga pasien mungkin kesulitan untuk menjalani pemeriksaan rutin atau melanjutkan terapi yang diperlukan (Zegeye et al., 2019). Di wilayah seperti Teluk Bintuni, Papua, akses ke layanan kesehatan yang terbatas dan jauh dari pemukiman memerlukan perhatian khusus, karena hal ini dapat menghambat upaya pengendalian penyakit TB. Untuk mengatasi masalah ini, perlu ada pendekatan yang lebih fleksibel, seperti penyediaan layanan kesehatan keliling atau penggunaan teknologi telemedicine untuk memfasilitasi komunikasi dan konsultasi jarak jauh. Selain itu, penting untuk melakukan pemantauan dan follow-up secara berkala untuk memastikan pasien tetap patuh menjalani pengobatan meski menghadapi kendala jarak. Jika tidak ada upaya yang lebih intensif dalam mengatasi tantangan ini, kemungkinan besar pengobatan TB akan terhambat, yang dapat berisiko memperburuk kondisi pasien dan meningkatkan penyebaran penyaki.
Tingkatkan Peran Pengawas Minum Obat (PMO)
Jika Anda sebagai Pengawas Minum Obat (PMO), Anda memiliki peran yang sangat penting dalam memastikan pasien TB menjalani pengobatan dengan disiplin, yang langsung berpengaruh pada kesembuhan mereka. Dengan memberikan dukungan emosional, mengingatkan jadwal pengobatan, dan memantau perkembangan kesehatan pasien, Anda dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan motivasi mereka untuk tetap mengikuti terapi. Peran Anda bukan hanya untuk memastikan pasien menelan obat dengan benar, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan penuh perhatian, yang pada akhirnya akan meningkatkan kepatuhan dan keberhasilan pengobatan mereka. Peran Pengawas Minum Obat (PMO) sangat penting dalam memastikan pasien tuberkulosis (TB) menjalani pengobatan dengan disiplin dan maksimal. PMO bertanggung jawab untuk memberikan motivasi dan dukungan kepada pasien, memastikan mereka tidak melewatkan jadwal pengobatan, serta mengingatkan mereka untuk mengambil obat di fasilitas kesehatan. Selain itu, PMO juga berperan dalam memantau perkembangan kondisi pasien, termasuk melakukan pemeriksaan ulang dahak dan mengawasi kemunculan gejala samping obat. Keberadaan PMO membantu mengidentifikasi masalah atau keluhan sejak dini, yang dapat mengurangi risiko kegagalan pengobatan, baik dari sisi pengobatan yang tidak tuntas maupun pengobatan yang terhenti karena efek samping. Dukungan dari PMO memberikan rasa aman bagi pasien, karena mereka merasa didampingi selama proses pengobatan yang panjang. Tanpa pengawasan yang ketat dan konsisten, pengobatan TB berisiko gagal, yang dapat menyebabkan penyakit kambuh atau bahkan resistensi obat. Oleh karena itu, peran PMO sangat krusial dalam mencapai kesuksesan pengobatan TB dan mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut (Sondang et al., 2021).
Baca Juga:Â Solusi Alami yang Efektif untuk Pengobatan Herbal Penyakit Paru-Paru
Pahami dan Adaptasi Efek Samping Obat
Pengobatan tuberkulosis (TB) sering kali melibatkan obat-obatan yang memiliki efek samping yang tidak nyaman, yang dapat menjadi tantangan besar bagi pasien. Efek samping ini, seperti mual, muntah, dan rasa lemas, dapat membuat pasien merasa enggan untuk melanjutkan pengobatan, bahkan menyebabkan mereka berhenti meminum obat. Padahal, ketidakpatuhan terhadap pengobatan TB dapat berisiko memperburuk kondisi pasien, memicu kekambuhan penyakit, atau bahkan menyebabkan resistensi terhadap obat. Sebagai pasien, penting untuk memahami bahwa efek samping adalah bagian dari proses penyembuhan, dan meskipun tidak nyaman, mereka harus tetap melanjutkan pengobatan sesuai petunjuk dokter. Adaptasi terhadap efek samping ini dapat dilakukan dengan pendekatan yang tepat, seperti mengonsumsi obat dengan makanan atau mengikuti saran medis lainnya untuk mengurangi gejala tersebut. Selain itu, dukungan dari tenaga medis dan keluarga sangat diperlukan untuk menjaga semangat pasien agar tetap patuh dalam menjalani pengobatan. Dengan komitmen dan ketekunan, pasien dapat mengatasi tantangan ini dan mencapai kesembuhan yang optimal (Katende et al., 2022).
Penulis:
1. Irwan, S.Kep., Ns.
2. Dr. Lisa Musharyanti, S.Kep., Ns., M.Med.Ed.
Mahasiswa Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Editor:Â Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News
Daftar Referensi
Adhanty, S., & Syarif, S. (2023). Kepatuhan Pengobatan pada Pasien Tuberkulosis dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya: Tinjauan Sistematis. Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia, 7(1), 7. https://doi.org/10.7454/epidkes.v7i1.6571
Adigun, R., & Singh, R. (2024). Tuberculosis.
Katende, K. K., Amiyo, M. R., Nabukeera, S., Mugisa, I., Kaggwa, P., Namatovu, S., Atwiine, S. P., & Kasasa, S. (2022). Design, development, and testing of a voice-text mobile health application to support Tuberculosis medication adherence in Uganda. PloS One, 17(9), e0274112. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0274112
Kementerian Kesehatan RI. (2023). Laporan Program Penanggulangan Tuberkulosis Tahun 2022. Kemenkes RI, 1–156. https://tbindonesia.or.id/pustaka_tbc/laporan-tahunan-program-tbc-2021/
Natarajan, A., Beena, P. M., Devnikar, A. V, & Mali, S. (2020). A systemic review on tuberculosis. The Indian Journal of Tuberculosis, 67(3), 295–311. https://doi.org/10.1016/j.ijtb.2020.02.005
Perwitasari, D. A., Setiawan, D., Nguyen, T., Pratiwi, A., Rahma Fauziah, L., Saebrinah, E., Safaria, T., Nurulita, N. A., & Arfianti Wiraagni, I. (2022). Investigating the Relationship between Knowledge and Hepatotoxic Effects with Medication Adherence of TB Patients in Banyumas Regency, Indonesia. International Journal of Clinical Practice, 2022, 4044530. https://doi.org/10.1155/2022/4044530
Sondang, B., Asrifuddin, A., & Kaunang, W. P. J. (2021). Analisis Peran Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kepatuhan Menelan Obat Anti Tuberkulosis pada Penderita Tuberkulosis Paru di Puskesmas Kauditan Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal KESMAS, 10(4), 7–15.
World Health Organization. (2023). Global Tuberculosis Report. In January (Issue November). https://www.who.int/publications/i/item/9789240083851
Zegeye, A., Dessie, G., Wagnew, F., Gebrie, A., Islam, S. M. S., Tesfaye, B., & Kiross, D. (2019). Prevalence and determinants of anti-tuberculosis treatment non-adherence in Ethiopia: A systematic review and meta-analysis. PloS One, 14(1), e0210422. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0210422