Pasien Positif Corona Bertambah, Berita Hoax Pun Tak Mau Kalah

Saat ini, topik perbincangan mengenai Corona tampaknya menjadi topik yang paling hangat untuk diperbincangkan. Padahal virus Corona ini sudah menjadi trending perbincangan di seluruh dunia sejak awal tahun ini. Sayangnya, kasus ini awalnya hanya dipandang sebelah mata oleh Indonesia, bahkan tak sedikit dari warganet yang menjadikan virus Corona ini sebagai lelucon. Mengingat belum adanya kasus pasien positif Corona di Indonesia saat itu. Asumsi mengenai Indonesia yang kebal terhadap Corona juga muncul saat Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Terawan Agus Putranto, menyampaikan bahwa hingga sampai saat itu belum ditemukan adanya pasien positif Corona. Bahkan, tidak ada satupun dari 238 WNI yang baru saja dipulangkan dari Wuhan terbukti positif Corona (15/2/2020).

Anggapan bahwa Indonesia kebal terhadap Corona juga didukung oleh pernyataan yang disampaikan oleh Ketua Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Doni Monardo pada pembukaan acara seminar nasional bertajuk Penerapan Inovasi Teknologi dan Pendekatan Ekosistem dalam Penanggulangan Bencana Berbasis Kearifan Lokal

“Karena hari ini masyarakat Indonesia dianggap lebih tahan dibandingkan warga negara lainnya dalam mengatasi virus Corona. Apakah mungkin karena kita sering minum jamu? Atau mungkin karena kita sudah kebal dari dulu karena sudah sering kena batuk pilek? Jadi begitu ada virus dikit aja virusnya mental,” kata Doni pada Senin (24/2/2020)

Meskipun dinyatakan kebal Corona, sejak awal virus Corona ini menjadi trending dunia, sebagian masyarakat memang sudah banyak yang memperlihatkan kekhawatirannya akan virus Corona ini. Hal ini bisa kita lihat sejak awal Februari, dimana mulai adanya kelangkaan stok masker, setidaknya di daerah Jakarta. Namun, kepanikan masyarakat mulai meningkat pada Senin, 2 Maret 2020. Saat itu, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo mengumumkan adanya 2 pasien positif Corona pertama di Indonesia. 

Semua candaan mengenai Corona hilang, berganti menjadi ketakutan. Tak sedikit masyarakat yang “panic buying”, sehingga pada hari itu juga peralatan kesehatan seperti masker, hand-sanitizer, dan alkohol ludes dibeli warga. Tidak ketinggalan pula, kebutuhan pokok seperti beras, mie instan, dan lainnya.

Namun, semakin hari penyebaran virus Corona ini semakin meluas. Masyarakat di seluruh Indonesia mulai sadar akan keberadaan virus ini. Sayangnya, kalang kabut dan ketakutan terkadang membuat masyarakat kalut dan tidak dapat berpikir dengan jernih. Setiap ada berita yang menyenggol tentang wabah COVID-19, masyarakat seakan-akan ingin memberitahu sanak saudaranya mengenai berita tersebut secepat mungkin, tanpa mengetahui kebenaran berita terlebih dahulu. Alhasil, kini terdapat banyak berita hoax mengenai COVID-19 yang tersebar di masyarakat. Selain adanya pertambahan jumlah korban positif Corona setiap hari, berita hoax pun juga semakin beragam bentuknya.  

Setidaknya, hingga Senin ini (23/3/2020), Kementerian Komunikasi dan Informatika telah menemukan sekitar 305 berita hoax mengenai COVID-19 ini.

“Hingga hari ini, Senin (23/3/2020), kami telah identifikasi 305 isu hoaks dan disinformasi terkait virus Corona atau COVID-19”, ujar Menkominfo Johnny G Plate kepada awak media, Senin (23/3/2020).

Salah satu berita hoax terbaru yang adalah mengenai adanya broadcast penyemprotan racun guna mengatasi virus Corona COVID-19 ini melalui udara oleh Malaysia dan Singapura. Pesan tersebut tersebar melalui aplikasi pesan WhatsApp group (WAG) dari grup ke grup. 

Berita hoax terbaru lainnya adalah berita mengenai adanya penutupan pasar tradisional yang ada di Jakarta, guna mengurangi aktivitas warga. Namun berita ini ditepis oleh Direktur Utama PD Pasar Jaya, Arief Nasrudin 

“Bukan tutup, tidak benar itu. Maksudnya, ketika aktivitas pasar selesai atau saat tutup dilakukan penyemprotan disinfektan,” tuturnya saat dihubungi, Minggu (22/3/2020).

Selain broadcast-broadcast yang disebar melalui WhatsApp, beberapa berita hoax juga tersebar melalui video atau foto yang dapat ditemui pada beberapa sosial media selain WhatsApp seperti Facebook, Twitter, YouTube, dan juga Instagram

Seperti contohnya postingan seorang Influencer bernama Dinda Shafay. Pada videonya yang berjudul “Begini Cara Bikin Hand Sanitizer sendiri!+ Murah & efektif”, ia mengklaim bahwa cara yang ia berikan sudah sesuai dengan  cara yang dianjurkan oleh WHO (World Health Organization). Pada kolom komentar, banyak komentar tidak menyenangkan, mengingat alat dan bahan yang digunakan Dinda tidak sesuai dengan standar kesehatan yang ada. 

Pada akun instagramnya @dindashafay, ia juga juga sempat menarik perhatian netizen akan sebuah foto dengan caption berisi informasi mengenai pentingnya penggunaan sarung tangan dalam menghindari penyebaran virus Corona ini. Namun sayangnya, informasi tersebut tidak benar dan Dinda pun diminta untuk menghapus postingannya tersebut. Sebelumnya Dinda juga sempat mengunggah sebuah video pada aplikasi TikTok berjudul “Tes kalian terinfeksi virus Corona atau tidak!”, dimana video tersebut berisi tentang cara mengetahui seseorang terkena virus Corona atau tidak dengan menahan nafas selama 10 detik. Cara tersebut tentu keliru karena tes COVID-19 memerlukan beberapa proses seperti pengecekan pada dinding belakang hidung dan dinding belakang rongga mulut.. 

Berita dengan framing yang rancu terkadang juga dapat menyebabkan timbulnya kesalahpahaman pada pembaca, sehingga berita hoax pun tercipta. Satah satunya terdapat pada postingan mantan Panglima TNI, Gatot Nurmantyo pada akun instagramnya berjudul “Untuk Kita Renungi” pada Selasa (17/3/2020). 

(https://www.instagram.com/p/B92j9yfnH5C/)

Postingan ini mendapat tanggapan dari Independent Fact-Checkers yang menyatakan bahwa berita tersebut salah. Tidak ditemukan adanya bukti yang kongkrit mengenai ucapan Gatot pada captionnya tersebut.  

Mantan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia, Manik Marganamahendra

melalui akun instagramnya @manikmarganamahendra juga turut menyampaikan kritiknya pada kolom komentar unggahan Gatot Nurmantyo tersebut. 

“Saya rasa bapaklah yang justru keliru. Menyebutkan klaim masyarakat Cina beramai-ramai ke Masjid tanpa menyertakan sumber. Membuat framing yang aneh di tengah kondisi penyebaran COVID-19 (tanpa embel-embel Cina di belakangnya) yang sangat cepat. Ini virus baru, masih banyak yang belum kita ketahui. Masyarakat seharusnya dihimbau untuk waspada. Wudhu dan shalat berjamaah memang hal yang baik. Tapi menurut saya dalam kondisi seperti ini, bapaklah yang harus merenung. Apakah ini adalah unggahan yang baik untuk disebarkan?”

Peran selebriti, influencer, atau pemangku jabatan ternyata juga ikut andil dalam penyebaran berita mengenai COVID-19 ini. Mereka memiliki power yang besar serta pengikut sosial yang banyak, baik di sosial media maupun dalam berkehidupan sehari-hari. Suara mereka juga lebih didengar oleh banyak orang, sehingga saat mereka menyebarkan berita yang tak benar, kemungkinan orang yang percaya akan lebih banyak. 

Menanggapi maraknya berita hoax ini, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghindari berita hoax

Pertama, pada Jumat (20/3) Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam kerjasamanya dengan WHO  telah merilis akun interaktif pada aplikasi pesan WhatsApp. Aplikasi ini untuk membantu pemerintah menyalurkan berita-berita seputar virus Corona COVID-19. 

Dengan adanya akun interaktif ini, masyarakat diharapkan dapat mengakses berita dari sumbernya langsung sehingga terhindar dari hoax dan kesalahpahaman yang dapat merugikan.

Selanjutnya, pengguna aplikasi sosial media seperti WhatsApp, Instagram, facebook, Twitter, dan aplikasi lainnya diwajibkan untuk mengecek kembali kebenaran sebuah berita sebelum menyebarkan berita tersebut kepada pengguna lainnya. Masyarakat bias mengecek kebenaran berita tersebut dengan melakukan searching di internet atau dengan menggunakan beberapa aplikasi Hoax analyzer yang dapat di akses pada ponsel genggam, seperti contohnya aplikasi: Hoax Buster Tools

Berita hoax memang terkadang tak masuk akal, namun sayangnya masih banyak saja masyarakat Indonesia yang termakan berita hoax-hoax ini. Dengan terhindarnya masyarakat dari berita-berita hoax, diharapkan agar masyarakat tidak akan salah langkah dalam menghadapi adanya COVID-19, sehingga kasus ini bisa segera tuntas.

Ananda Putri Ahwallia
Mahasiswa Sampoerna University

Kirim Artikel

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI