Pemerintahan Kabupaten Cianjur tengah merumuskan cara untuk meningkatkan mutu pendidikan. Di Cianjur, tak sedikit warga yang tidak melanjutkan sekolahnya atau putus sekolah di tengah jalan.
Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan tergiur dengan lahan pekerjaan yang mengiming-iming mendapat upah yang besar dan terbawa pergaulan bebas serta kurangnya fasilitas di sekolah-sekolah.
Bupati Cianjur Herman Suherman pada saat masih menjabat sebagai bupati mengatakan upaya meningkatkan mutu pendidikan dilakukan selaras untuk membangun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) “makanya kita sedang fokus menggenjot IPM dan RLS dengan berbagai program”, kata Herman di Cianjur, Selasa (10/09/2024).
Sebab IPM Cianjur 65,56, Namun pada saat bulan Desember 2024 IPM Cianjur berada di angka 68,18 sedikit meningkatkan dari yang dikatakan Herman.
Pendidikan, sebagai pilar utama pembangunan suatu bangsa, seharusnya menjadi ruang bagi setiap individu untuk berkembang secara optimal (Ardiansyah, 2020). Namun, realitas yang terjadi saat ini menunjukkan adanya permasalahan serius terkait kualitas siswa dalam mengekspresikan diri sebagai pelajar.
Fenomena ini seolah menempatkan pendidikan di ujung tanduk, di mana potensi siswa seakan terkekang dan tidak dapat berkembang secara maksimal.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan rendahnya kualitas siswa dalam mengekspresikan diri adalah sistem pendidikan yang terlalu terpusat dan kurang fleksibel. Kurikulum yang kaku dan cenderung menghafal membuat siswa kesulitan untuk berpikir kritis dan kreatif.
Akibatnya, siswa lebih terbiasa menerima informasi tanpa mempertanyakannya, sehingga kemampuan analisis dan sintesis mereka menjadi terbatas. Selain itu, penilaian yang terlalu berorientasi pada hasil akhir juga membuat siswa merasa tertekan dan takut untuk mengambil risiko.
Faktor lain yang turut memperparah masalah ini adalah kurangnya fasilitas dan sumber daya yang memadai di sekolah. Laboratorium, perpustakaan, dan sarana pembelajaran lainnya yang kurang lengkap membuat siswa sulit untuk melakukan eksplorasi dan mengembangkan minat mereka.
Selain itu, jumlah guru yang terbatas dan kurangnya pelatihan yang berkelanjutan juga menjadi kendala dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Peran keluarga dalam mendukung perkembangan anak juga tidak dapat diabaikan. Gaya pengasuhan yang otoriter dan terlalu menuntut seringkali membuat anak merasa terbebani dan kesulitan untuk mengekspresikan diri. Selain itu, kurangnya perhatian orang tua terhadap minat dan bakat anak juga dapat menghambat pertumbuhan potensi mereka.
Dampak dari rendahnya kualitas siswa dalam mengekspresikan diri sangatlah luas. Selain berdampak pada prestasi akademik, hal ini juga dapat menghambat perkembangan sosial dan emosional siswa.
Siswa yang kesulitan untuk mengekspresikan diri cenderung merasa tidak percaya diri, kurang mampu beradaptasi dengan lingkungan sosial, dan memiliki kesulitan dalam menjalin hubungan interpersonal.
Baca Juga: Pendidikan Karakter: Kunci untuk Membangun Generasi yang Berkualitas
Maka dari itu, solusi untuk permasalahan-permasalahan di atas dapat dilakukan dengan beberapa cara (Ning et al., n.d.), diantaranya:
Melakukan Pemerataan Pendidikan
Untuk mengatasi berbagai masalah pemerataan pendidikan, pemerintah harus melakukan upaya pemerataan pendidikan, terutama di daerah-daerah terpencil. Seperti, meningkatkan akses dan pemerataan infrastruktur pendidikan
Meningkatkan Kesejahteraan Guru
Salah satu bentuk peningkatan kesejahteraan guru adalah berupa tunjangan profesi yang besarnya setara dengan satu kali gaji pokok bagi guru yang memiliki sertifikat pendidik dan memenuhi persyaratan lainnya.
Meningkatkan Mutu Pendidikan
Ada beberapa faktor dalam mutu pendidikan, salah satunya adalah kebijakan. Kebijakan merupakan hal yang sangat penting, terutama kebijakan yang berlaku secara nasional, seperti kurikulum dan ujian nasional, termasuk kebijakan distribusi dan rekrutmen guru.
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Upaya dalam meningkatkan prestasi belajar ini dapat dilakukan oleh semua kalangan mulai dari pemerintah, guru, siswa, dan seluruh orang yang terlibat.
Misalnya pemerintah memiliki peran dalam membuat sarana dan prasarana yang baik agar siswa dapat belajar dengan nyaman dan aman, seorang guru memiliki peran untuk membuat suasana pembelajaran yang kondusif dan efektif bagi siswanya agar siswa dapat berkonsentrasi dan memahami materi yang disampaikan, lalu siswa sebagai penerima fasilitas juga berperan penting dalam peningkatan prestasi belajar, siswa diwajibkan untuk memahami materi yang disampaikan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari hari sehingga tercipta lingkungan pendidikan yang baik.
Penulis: Ivy Septiyani
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Suryakancana
Editor: I. Khairunnisa
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Daftar Pustaka
Ardiansyah, J. (2020). Pengaruh Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kabupaten Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu. Skripsi, 1. repository.upi.edu
Ikbal Selamet.(2024). Banyak Warga Cianjur Putus Sekola, Peran PKBM Dioptimalkan. https://www.detik.com/jabar/berita/d-7534423/banyak-warga-cianjur-putus-sekolah-peran-pkbm-dioptimalkan
Ning, N. R., Wahyu, R., Adinda, S., Muthia, S., Pengampu, D., Muhammad, P., & Si, M. (n.d.). Solusi Inovatif Terhadap Permasalahan Pendidikan.
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News