Pendidikan Mengubah Pola Pikir

Khaila Nurul Azizah Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FKIP Universitas Bung Hatta
Khaila Nurul Azizah. Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FKIP Universitas Bung Hatta

Di era zaman sekarang ini, pendidikan merupakan kunci dari kehidupan seseorang karena berfungsi sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan. Bukan itu saja pendidikan juga bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak yang mulia.

Berbicara tentang betapa pentingnya pendidikan, banyak orang zaman sekarang yang mengorbankan pendidikanya demi kebahagiaan dan pertimbangan finansial. Mereka juga keliru bahwa pendidikan itu cuma diajarkan di sekolah padahal itu salah besar karena pendidikan itu bukan sekadar memberikan materi, tetapi pendidikan bisa mengubah pola pikir seseorang.

Banyak faktor yang bisa menjadi jalan seseorang untuk mencapai semua yang diinginkan, salah satu faktor itu iyalah pola pikir atau bagaimana cara seseorang dalam berfikir, maka dengan begitu akan berpengaruh besar karena sudah banyak melakukan sesuatu yang tidak berhasil bisa jadi itu karena gagal atau karena kesalahan dalam cara seseorang berfikir, pola pikir yang besar bisa menjadikan seseorang itu semakin besar dan begitu juga sebaliknya bila pola pikir kecil maka bisa menjadikan seseorang kecil.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Pentingnya Pendidikan ketika Pendidikan Dianggap Tidak Diperlukan Lagi

Untuk bisa menjadikan pola pikir itu positif ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama, memperhatikan lingkungan, lingkungan merupakan hal yang paling mempengaruhi pola pikir seseorang karena seseorang akan selalu dihadapkan dengan pergaulan bisa itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, serta lingkungan masyarakat.

Sangat sulit menghindar dari lingkungan yang terbiasa digauli, ketika seseorang terbiasa bergaul dengan teman-teman di sekolah yang hobinya main game, maka orang tersebut akan terbawa juga seperti mereka, dan orang tersebut tidak akan pernah diberi kesempatan untuk berfikir dan melihat dunia luar, dan itu lah mengapa lingkungan itu sangat penting untuk mengubah pola pikir seseorang.

Jika seseorang ingin mengubah pola pikir maka carilah lingkungan yang positif dan bergaul dengan orang-orang yang lebih rajin belajar, maka pola pikir orang itu akan sama seperti orang-orang tersebut.

Kedua memperhatikan pengalaman yang pernah dialami, seseorang pasti memiliki pengalaman baik ataupun pengalaman buruk semua itu pasti ada hikmah dan manfaatnya sehingga dari sekian banyaknya hal yang pernah dilakukan, setiap orang harus mengambil kebijakan sehingga otak seseorang itu mampu mengolah dan membandingkan asumsi serta pengalaman yang pernah seseorang itu lakukan, itu merupakan bagian dari proses bagaimana pola pikir mencoba menentukan tindakan baik yang harus dilakukan.

Ketiga memperhatikan kebiasaan, jangan pernah meremehkan waktu yang dimiliki setiap hari sebab itu berpengaruh pada pola pikir. Contohnya seseorang setiap hari bermain media sosial hanya untuk scroll Tiktok dan membaca status orang yang tidak penting dan kepo dengan kehidupan seseorang.

Lama-kelamaan pola pikir seseorang itu akan semakin buruk, tidak ada hal positif yang masuk ke dalam diri orang tersebut. Sebenarnya tidak ada yang salah dalam menggunakan media sosial namun gunakanlah ke yang lebih baik seperti menonton inspirasi orang-orang sukses.

Menonton inspirasi itu bisa menjadi sumber untuk mengedukasi pola pikir, maka gunakanlah waktu dengan baik dan bisa menyerap ha-hal yang positif baik itu menonton, mendengar, dan membaca, dengan hal tersebut pola pikir akan berubah ke yang lebih baik.

Pola pikir negatif juga membuat seseorang mempunyai masalah pikiran negatif, contohnya overthinking. Masalah itu terjadi karena misalnya ada seseorang menyapa temannya tetapi temannya itu tidak melihat atau tidak memberikan respon dan besoknya seseorang itu menyapa lagi dan tidak ada juga respon.

Maka seseorang itu akan overthinking, padahal seseorang itu belum bertanya kepada temannya kenapa tidak ada respon saat dipanggil, bisa jadi temannya itu melamun atau tidak fokus. Dari masalah tersebut ada beberapa pola negatif thinking yang harus diketahui.

Baca Juga: Overthinking Sumber Keresahan Diri Sendiri

Pertama, pola pukul rata di mana dalam kondisi ini seseorang akan berfikir bahwa semua kesalahan atau kegagalan seseorang akan membuat seseorang itu tidak akan berhasil, padahal seharusnya merasakan seribu kali gagal dulu, baru mencapai satu kesuksesan, misalnya seseorang pernah mencoba untuk mencapai suatu kesuksesan.

Misalnya seseorang pernah mencoba untuk mengerjakan soal dari dosen tetapi jawaban yang diberikan seseorang itu salah, seseorang itu malah merasa dirinya tidak akan pernah bisa mengerjakan soal itu dan pasti gagal atau salah, itu merupakan contoh pola pikir pukul rata. Cara mengatasinya, seseorang itu harus berusaha dan menghilangkan pola pikir negatif.

Kedua pola menyalahkan, merupakan pola pikir negatif di mana seseorang menyalahkan sesuatu kejadian ke satu pihak saja baik ke diri sendiri atau orang lain, misalnya ada masalah dan seseorang itu langsung menyalahkan dirinya sendiri.

Padahal sebuah masalah itu berasal dari banyak faktor, yang melibatkan hal-hal yang tidak bisa kita kontrol.

Contohnya saja seseorang datang ke acara ulang tahun dan tidak ada orang yang mengajak untuk berbicara, dan seseorang itu langsung menyalahkan dirinya sendiri karena merasa dirinya introvet, padahal seseorang tidak diajak untuk berbicara itu pasti banyak alasannya seperti menyalahkan diri sendiri atau orang lain, lebih baik sadari dulu bahwa mungkin seseorang itu tidak hoki pada saat itu.

Ketiga, yaitu langsung melompat ke kesimpulan. Pola pikir ini biasanya berasal dari mengambil kesimpulan atau membuat asumsi yang negatif tanpa tahu alasan sebenarnya. Misalnya saat menyapa orang, orang itu tidak mendengar, seseorang itu langsung memberi kesimpulan bahwa orang itu benci atau tidak suka. Layaknya  seseorang itu bisa membaca pikiran orang tersebut.

Hal tersebut bisa diatasi dengan seseorang itu harus dapat berfikir atau memberikan konteks ke sebuah kejadian dan bagaimana seseorang itu mempersiapkan sesuatu. Pola pikir negatif merupakan suatu cara pikiran seseorang untuk menyakinkan diri seseorang padahal sebenarnya itu belum tentu benar.

Baca Juga: Menjadi Mahasiswi Tangguh: No Baper Baper!

Seringkali pikiran negatif berkumpul pada diri seseorang, membuat seseorang kebanjiran emosi yang negatif seperti penyesalan, sedih, bahkan benci sampai marah. Seseorang akan sulit merasa bahagia, karena hal negatif lebih mudah menempel di otaknya dan sulit diubah ke hal positif. Seseorang lebih mudah memindahkan cara berfikir positif ke negatif dan sebaliknya.

Pikiran negatif merupakan alarm untuk mengenali bahaya, karena hal itu otak seseorang akan lebih sensitif ke hal yang negatif. Bagian otak untuk menemukan hal yang negatif yaitu amigdala, amigdala berperan memindahkan pengalaman negatif dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang dan distorsi kognitif.

Menurut istilah pisikologi pemicu pada pola pikir dan rasa percaya pada sesuatu yang tidak rasional, tapi tanpa sadar seseorang terus-menerus menerapkan distorsi kognitif ini untuk merespon lingkungan. Seseorang seharusnya bisa meng-handle dirinya sendiri dan menghindari pikiran yang negatif untuk proses mengatasi pikiran negatif, tentunya hal itu tidak mudah dan butuh komitmen yang kuat.

Melawan diri sendiri untuk berpikiran positif itu butuh proses dan wajar jika seseorang suka berpikiran negatif karena memang nyatanya manusia diprogramkan untuk peka pada hal-hal yang negatif, tetapi seseorang harus tetap waspada karena pikiran-pikiran yang negatif ini bisa mengganggu kesehatan mental bahkan membawa seseorang itu sampai depresi, karena itu pikiran yang bersifat negatif harus dilawan.

Seseorang bisa mengembangkan beberapa kebiasaan baru di dalam berfikir untuk melawan pikiran begatif yang hinggap di dalam dirinya. 

Suatu hal yang membuat seseorang itu terbatas pola pikirnya yaitu seseorang yang tidak mau keluar rumah dan tidak mau bergaul dengan teman di kampus, maka dengan hal tersebut bisa membatasi seseorang untuk belajar, berinteraksi dan membatasi seseorang untuk bertoleransi maka itulah yang disebut pola pikir.

Bagi seseorang yang tidak mau membuka hati dan tidak mau untuk membuka diri untuk belajar dari orang lain maka sudah pasti pola pikir seseorang itu akan terbatas maka pendidikan bisa menyelesaikan masalah tersebut karena pendidikan mengajarkan bagaimana seseorang bisa bergaul dengan teman, mengajarkan public speaking yang bagus dan mengajarkan bagaimana cara berfikir positif .

Penulis: Khaila Nurul Azizah
Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FKIP Universitas Bung Hatta

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI