Pengaruh Gerakan Pembaharuan Islam terhadap Kemerdekaan Indonesia

Pengaruh Gerakan Pembaharuan Islam
Jasa Ulama dan Santri untuk Kemerdekaan RI: Perjuangan Politik (Sumber: Hidayatullah.com)

Kemerdekaan Indonesia yang kita rasakan sampai hari ini merupakan bentuk pengorbanan dan perjuangan yang ditorehkan oleh para pahlawan terdahulu. Terdapat diantara mereka merupakan kalangan dari para ulama-ulama dan tokoh pemikir Islam.

Para ulama-ulama dan tokoh Muslim tersebut sangat menentang penjajahan yang dilakukan oleh pihak Belanda maupun Jepang, karena telah merugikan rakyat pribumi. Hal inilah yang mendorong para ulama-ulama tersebut untuk membantu meraih kemerdekaan.

Latar Belakang

Tidak dapat dipungkiri bahwa Islam merupakan agama mayoritas di Indonesia. Setelah berabad-abad tahun Islam hadir di Nusantara, Islam terus berkembang.

Bacaan Lainnya
DONASI

Hingga bermunculan gerakan pembaharu Islam yang awal mulanya muncul di daerah Timur Tengah dan dunia Muslim, sampai gerakan tersebut masuk dan mempengaruhi wilayah Nusantara.

Gerakan ini muncul bukan tanpa sebab, gerakan ini muncul sebagai respons terhadap krisis yang dihadapi umat Islam sejak kemunduran dari berbagai bidang yang meliputi bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya yang sedang terjadi di dunia Islam akibat dari penjajahan dan imperialisme Barat pada abad ke-18 M.

Gerakan pembaharuan Islam telah muncul di Nusantara sekitar abad ke-18, tetapi ada pula yang berpendapat jika abad ke-20 merupakan awal pembaharuan Islam di Indonesia dengan alasan jika sebelum abad ke-20 Islam di Nusantara di dominasi oleh tasawuf.

Tokoh-tokoh yang melahirkan Ide-ide pembaharuan Islam di Indonesia adalah mereka yang menimba ilmu di Mekkah. Mula-mula mereka melakukan ibadah Haji, lalu mereka bermukim untuk memperdalam ilmu agama disana hingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

Ketika mereka telah kembali ke kampung halaman, mereka lalu mengajarkan ilmu yang telah didapat kepada warga sekitar dan mendirikan pesantren (Ananda & Fata, 2019: 27-28).

Di abad ke-20 ini Islam di Nusantara terus mengalami perkembangan hal tersebut ditandai dengan munculnya gerakan anti-penjajah dan pembaharuan keagamaan.

Sejalan dengan hal itu muncul juga berbagai organisasi-organisasi keagamaan yang bertujuan untuk mengangkat derajat rakyat Indonesia untuk mengusir penjajah dari tanah air.

Para penggagas gerakan Islam di Indonesia berasal dari dua model pendidikan yang berbeda pesantren/madrasah dan pendidikan modern (Belanda), mereka memiliki kesadaran yang sama untuk memperkuat identitas Islam sekaligus membangun bangsa. Hal ini membuat Islam menjadi kekuatan penting dalam perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia.

Terdapat organisasi-organisasi bercorak Islam, yang didirikan pada awal abad ke-20. Diantaranya; Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan oleh H. Samanhudi pada tanggal 16 Oktober 1905, di Solo, organisasi ini lalu diubah oleh H.O.S Tjokroaminoto menjadi Sarekat Islam (SI) organisasi ini lebih menekankan pada bidang politik.

Selanjutnya ada organisasi Muhammadiyah yang didirikan di kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912, oleh K.H. Ahmad Dahlan. Lalu ada organisasi Persatuan Islam yang didirikan oleh K.H. Zamzam ulama dari Palembang, pada tanggal 17 September 1923 di Bandung. Lalu yang terakhir ada organisasi Nahdlatul Ulama yang didirikan oleh K.H. Hasyim Asy’ari di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926.

Lantas bagaimana peran ulama & tokoh Islam dalam Kemerdekaan Indonesia?

Ditinjau dari bagaimana keterkaitan antara kemerdekaan Indonesia dan peran sosok ulama pada saat itu sangatlah besar. Selain menjadi seorang pengajar ilmu agama di pesantren atau madrasah, ulama juga memiliki peran untuk merebut kemerdekaan Indonesia yang saat itu sedang berkecamuk di bumi Nusantara.

Ulama juga pada saat itu berperan sebagai seseorang yang mengatur strategi, sebagai pemimpin masa dan santri, sebagai motivator perlawanan dan sebagai pemobilisasi pergerakan pemberontakan disetiap daerah yang ditinggalinya.

Pada tanggal 22 Oktober 1945 menjadi bukti bahwa ulama dan para santri ikut andil dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Perlawanan yang dilakukan itu bukan tanpa sebab, karena pada saat itu pasukan sekutu yang diboncengi oleh tentara NICA (Netherland Indian Civil Administration) datang untuk melakukan agresi ke daerah Jawa.

Agresi tersebut bertujuan untuk menguasai daerah Jawa Timur dengan Surabaya sebagai sumbunya, hal ini menandai jika perjuangan Indonesia belum mencapai kata selesai. Kemerdekaan yang baru diraih pada 17 Agustus 1945 kembali terancam oleh kedatangan tentara sekutu.

Maka, keberhasilan perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan dengan melumpuhkan kekuatan penjajah kala itu adalah salah satu momen terbaik sejarah Indonesia (Akh. Muzakki, 2015: 03).

Nyatanya sosok dibalik perlawanan tersebut merupakan tokoh pendiri dari organisasi Nahdlatul Ulama, yaitu K.H. Hasyim Asy’ari.

Yang sejak didirikannya organisasi ini dijadikan sebagai wadah perjuangan untuk menentang segala bentuk penjajahan dan merebut kemerdekaan negara Republik Indonesia dari penjajah Belanda maupun Jepang, sekaligus aktif melakukan dakwah-dakwahnya untuk senantiasa menjaga kesatuan negara Republik Indonesia dalam wadah NKRI.

Motif nasionalisme timbul karena NU lahir dengan niatan kuat untuk menyatukan para ulama dan tokoh-tokoh agama dalam melawan penjajahan. Semangat nasionalisme itu pun terlihat juga dari nama Nahdlatul Ulama itu sendiri yakni “Kebangkitan Para Ulama”. NU pimpinan Hadhratus Syaikh K.H. Hasyim Asy’ari sangat nasionalis (Fadli & Hidayat, 2018: 55).

 

Penulis: Muhammad Fauzan Khairullah
Mahasiswa Sejarah Peradaban Islam, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Referensi

Ananda AR, Fata KA. (2019). Sejarah Pembaruan Islam di Indonesia. Jawi. 2(1): 27-28. DOI://dx.doi.org/10.24042/jw.v1i1.4121

Padmo, Soegijanto. (2007). Gerakan Pembaharuan Islam Indonesia Dari Masa Ke Masa: Sebuah Pengantar. Humaniora. 19(2): 155-158.

Muzakki Akh. (2015). Hari Santri Nasional 22 Oktober. Kerabat. Edisi 75 Caturwulan II (kol. 3)

Rijal M, Hidayat B. (2018). “K.H. Hasyim Asy’ari dan Resolusi Jihad”dalam Usaha Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1945. Lampung: Laduny Alifatama.

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI