Pengaruh Rebusan Daun Kelor (Moringa olifiera) pada Penderita Hipertensi

Hipertensi
Daun Kelor.

Daun kelor atau dengan nama lain Moringa olifiera ini mudah tumbuh di daerah tropis namun jarang diketahui bahwa penggunaan daun kelor dapat sebagai obat herbal untuk penyakit hipertensi hal ini telah didukung dengan bukti ilmiah yang kuat melalui penelitian lebih lanjut.

Namun, pemanfaatan daun kelor sebagai alternatif pengobatan alami yang aman dan terjangkau dapat menjadi pilihan yang menarik bagi penderita hipertensi.

Berdasarkan hasil uji fitokimia terhadap daun (Moringa oleifera L.) diketahui mengandung berbagai senyawa metabolit sekunder seperti anin, steroid, triterpenoid, flavonoid, saponin, antrakuinon, dan alkaloid. Hasil berbagai penelitian menunjukkan bahwa senyawa-senyawa tersebut mampu bertindak sebagai intioksidan dan memiliki potensi sebagai obat (Yati et al., 2018).

Daun kelor memiliki kandungan kalium yang tinggi, yaitu 259 mg kalium/ 100 g daun kelor, sedangkan kandungan natrium daun kelor yang relatif rendah bermanfaat dan aman bagi penderita hipertensi (Kintoko, 2018).

Bacaan Lainnya

Masalah kesehatan hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai di masyarakat. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi penyakit lainnya seperti stroke, serangan jantung, gagal ginjal, dan kerusakan organ, dan lain-lain jika tidak ditangani dengan baik.

Pengobatan hipertensi umumnya menggunakan obat-obatan kimia, namun beberapa orang lebih memilih pengobatan alami dengan memanfaatkan tanaman herbal.

Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus. Hipertensi menjadi salah satu penyakit yang menjadi faktor risiko terbesar kematian (Nuranti et al., 2020).

Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya hipertensi antara lain toksin, faktor genetik, umur, jenis kelamin, etnis, stres, kegemukan, nutrisi, merokok, narkoba, alkohol, kafein, kurang olahraga, kolesterol tinggi (Endar S.dkk, 2015).

Baca Juga: Efektivitas Bawang Putih (Allium sativum L.) dalam Menurunkan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi

Hipertensi dapat ditetapkan sebagai tingginya tekanan darah secara menetap di mana tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan diastolic diatas 90 mmHg.

Penyakit darah tinggi atau hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan diastolic (bagian bawah) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah balik yang berupa cuff air raksa sphygmomanometer ataupun alat digital lainnya (Suddarth, 2012; Yanti & Nofia, 2019).

Prevelensi hipertensi di tingkat dunia sebesar 22% dari 8 milyar total populasi penduduk dunia. Afrika merupakan negara dengan kasus hipertensi tertinggi di dunia yaitu sebesar 27% dari total penduduk 1,4 milyar yang ada, prevelensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada usia >18 tahun sebesar 34,11% dengan jumlah 658.201 orang yang mengidap hipertensi dari 275,77 juta orang (Wold Healh Oganization, 2023; Astuti, Tasman & Amri, 2021).

Seperti yang kita ketahui di atas bahwa daun kelor kaya akan mineral kalium. Kalium berperan juga penting dalam menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh, serta membantu relaksasi otot polos pembuluh darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah dalam tubuh.

Selain itu daun kelor juga bermanfaat sebagai efek vasodilatasi, senyawa yang terkandung dalam daun kelor seperti isothiocyanate dapat membantu melebarkan pembuluh darah (vasodilatasi), sehingga aliran darah menjadi lancar dan tekanan darah menurun.

Baca Juga: Aktivitas Farmakologi Daun Seledri untuk Menurunkan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi

Cara pengolahan daun kelor ini bisa dilakukan dengan perebusan, ini yang berarti kita telah melakukan ekstraksi sederhana atau dapat diartikan proses memisahkan suatu senyawa aktif dari bahan alam. Tujuannya sendiri untuk mendapatkan senyawa yang memiliki aktivitas farmakologis yang terkandung dalam daun kelor.

Penelitian yang dilakukan oleh sarinah, dkk (2023) yang dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kemiling Bandar Lampung, bahwa populasi pada penelitian ini adalah penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kemiling Bandar Lampung sebanyak 237 orang, dengan sampel 18 partisipan.

Sebelum reponden diberikan rebusan daun kelor dilakukan pengukuran tekanan darah. Rebusan daun kelor diberikan kepada partisipan selama 7 hari dalam satu hari diberikan rebusan daun kelor sebanyak 150 ml, di pagi hari pukul 08:00 setelah sarapan. Dan setelah hari ketujuh dilakukan kembali pengukuran tekanan ara partisipan.

Kategori usia berdasarkan WHO yaitu dewasa akhir usia 36-45 tahun, lansia awal usia 46-55 tahun, lansia akhir usia 56-65 tahun, dan manula usia 65 tahun ke atas.

Hasil penelitian menunjukan bahwa tekanan darah sebelum diberikan air rebusan daun kelor terdapat pada 16 (88.9%) responden yang mengalami hipertensi derajat 1, dan 2 (11.1%) responden mengalami hipertensi derajat 2, menunjukan bahwa tekanan darah sesudah diberikan air rebusan daun kelor 18 (100%) parisipan mengalami penurunan tekanan darah menjadi pre hipertensi.

Baca Juga: Mengenal Lebih dalam Penyakit Hipertensi

Adapun beberapa pendekatan non farmakologi yang bisa dilakukan yaitu dengan perubahan gaya hidup seperti pola makan sehat, aktifitas fisik teratur, manjemen stres, dan berhenti merokok juga dapat melakukan terapi komplementer seperti terapi herbal dan terapi nutrisi. Hal ini dapat efektif dalam mengelola hipertensi ringan namun jika hipertensi berat dibutuhkan pengobatan farmakologis.

Penulis:

Ines Farahdiyana Sahri
Mahasiswa S1 Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Padang

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses