Penggunaan Inovasi Robotik Layanan Gedung terhadap Tunanetra

Disabilitas
Ilustrasi Tunanetra (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Abstrak

Keterbatasan visual pada orang buta dapat menjadi tantangan besar dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, terutama di tempat-tempat umum seperti gedung-gedung.

Untuk mengatasi masalah ini, pengembangan robot layanan gedung yang dirancang khusus untuk membimbing orang buta telah menjadi bidang penelitian yang menarik.

Robot yang melakukan berbagai layanan di gedung menjadi lebih umum di gedung besar seperti hotel dan toko.

Bacaan Lainnya
DONASI

Robot dilengkapi dengan teknologi sensor dan kecerdasan buatan yang memungkinkannya untuk mendeteksi dan mengenali lingkungan sekitarnya, serta berinteraksi dengan pengguna melalui antarmuka suara atau taktile.

Dalam artikel ini, berusaha untuk merancang spesifikasi yang detail bagaimana robot layanan bangunan dapat berinteraksi dan membimbing orang buta.

Dalam artikel ini dilakukan sesi desain partisipatif dengan diambil tiga desainer dan lima bukan desainer. Dua dari desainer dan semua nondesainer memiliki cacat penglihatan.

Fitur utama dari desain termasuk memungkinkan pengguna untuk memanggil robot setelah memasuki gedung, memilih dari tiga mode bantuan (Panduan penglihatan, Pengawal, dan sebagai Pemberi informasi), dan menerima informasi tentang bangunan tata letak dari robot.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan untuk pengembangan lebih lanjut dalam bidang teknologi asistensi untuk orang buta dan memberikan kontribusi positif dalam menciptakan masyarakat inklusif di masa depan.

Keywords: aksesibilitas, robot, tunanetra dan desain partisipatif

Pendahuluan

Robot yang menyediakan berbagai layanan di gedung besar, menjadi semakin popular. Robot-robot ini memiliki berbagi fitur-fitur tertentu seperti mereka otonom, bergerak, dan robot tahu bagaimana menemukan jalan ke lokasi tertentu di gedung mereka dan dapat menavigasi melalui ruang yang ramai untuk sampai ke sana.

Banyak peneliti telah berusaha mengatasi tantangan navigasi dalam ruangan, tetapi tidak ada solusi yang dapat diadopsi secara luas.

Penyandang disabilitas yaitu orang buta menghadapi tantangan unik dalam menjalani kehidupan sehari-hari, terutama ketika berinteraksi dengan lingkungan yang tidak dikenal.

Pada umumnya, gedung-gedung yang kompleks dan rumit dapat menjadi sumber kebingungan dan ketidaknyamanan bagi mereka.

Robotika telah menjadi salah satu bidang yang menjanjikan dalam mengatasi berbagai tantangan tersebut. Penggunaan robot layanan gedung yang dirancang khusus untuk membimbing orang buta.

Dengan menggunakan desain partisipatif metode di mana sistem dirancang secara kolaboratif oleh desainer dan target pengguna.

Dengan tiga desainer dan lima bukan desainer dibuat desain dalam beberapa sesi yaitu wawancara antara desainer dan nondesainer, kelompok individu dengan masing-masing non-desainer dan robot.

Selama sesi berlangsung ditentukan bagaimana robot harus memulai kontak dengan pengguna tunanetra, memandu pengguna ke tujuannya, dan mengakhiri interaksinya dengan pengguna.

Saat itu tim desain menentukan tiga mode panduan ke tujuan (Panduan Penglihatan, Pengawal, dan pemberi informasi).

Dalam konteks ini, penelitian ini bertujuan untuk merancang dan mengimplementasikan robot layanan gedung yang dapat membimbing orang buta dengan efektif dan aman.

Tinjauan Pustaka

Robot adalah entitas mekanik yang diciptakan untuk melakukan tugas-tugas tertentu dengan cara yang mirip dengan manusia atau hewan.

Mereka sering dirancang untuk melaksanakan tugas-tugas yang berulang atau berbahaya, atau tugas-tugas yang membutuhkan kekuatan, kecepatan, atau ketepatan yang lebih tinggi daripada yang bisa dilakukan oleh manusia.

Pengembangan robot layanan gedung telah mengalami perkembangan signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

Tujuan utama penggunaan robot ini adalah untuk memberikan bantuan dan arahan kepada individu yang mengalami kebutaan atau memiliki keterbatasan visual dalam berbagai lingkungan, seperti gedung-gedung umum.

Beberapa penelitian telah dilakukan guna mengembangkan robot layanan gedung yang dapat membantu individu yang mengalami kebutaan. Terdapat beberapa fitur yang umumnya terdapat pada robot tersebut, antara lain:

A. Panduan Penglihatan

Mode ini meniru panduan penglihatan manusia. Robot memandu pengguna ke tujuannya dengan berjalan di samping dan sedikit di depan pengguna.

Pengguna dengan ringan menyentuh robot, seperti dia akan menyentuh bagian belakang siku seseorang. Mode ini akan berguna dalam situasi di mana pemandu yang dapat melihat berguna: untuk orang yang memiliki sedikit atau tanpa penglihatan fungsional, di lingkungan yang padat, dan di tempat yang asing.

B. Pengawal

Dalam mode ini, robot akan memandu pengguna ke suatu tujuan dengan berjalan di samping atau sedikit di depan pengguna, tanpa kontak langsung.

Mode ini cenderung lebih menarik bagi orang dengan penglihatan rendah daripada mode pemandu yang dapat melihat. ND2 dan D1, yang memiliki penglihatan fungsional, menganggap mode ini sangat berguna.

Sementara setengah dari tim desain kami tidak memiliki penglihatan fungsional, low vision jauh lebih umum daripada kurangnya penglihatan fungsional, jadi mode ini penting.

C. Pemberi Informasi

Dalam mode bantuan ini, robot hanya akan memberikan informasi dan instruksi perutean, tanpa menemani pengguna ke suatu tujuan.

Kios informasi akan sangat berguna bagi orang yang agak akrab dengan lingkungan atau orang yang mencoba mempelajari lebih lanjut tentang tata letak bangunan.

Mode ini tidak memerlukan robot, tetapi memanfaatkan pengetahuan robot tentang lingkungan dan kemampuan untuk melakukan kontak dengan orang yang membutuhkan bantuan.

Metode

Metode dalam artikel ini adalah menggunakan metode parcipatory design dimana metode ini melibatkan pengguna atau pemangku kepentingan lainnya dalam proses perancangan produk, layanan, atau lingkungan.

Tujuan utamanya adalah untuk memastikan bahwa desain tersebut memenuhi kebutuhan dan harapan serta dukungan dari pengguna.

Metode ini didasarkan pada prinsip bahwa pengguna memiliki pemahaman yang lebih baik tentang konteks penggunaan dan kebutuhan mereka sendiri daripada desainer.

Dengan melibatkan pengguna dalam proses desain, metode ini dapat menghasilkan solusi yang lebih relevan, berdaya guna, dan berkelanjutan.

Metode desain partisipatif telah diterapkan dalam berbagai bidang industri seperti desain produk, desain layanan, desain sistem informasi, dan pengembangan perangkat lunak dengan mengikut sertakan pengguna dan pihak-pihak terkait secara aktif dalam proses perancangan.

Hasil dan Pembahasan

Perkembangan teknologi robotik telah memainkan peran yang semakin besar dalam berbagai aspek kehidupan manusia seperti robotic yang sangat membantu bagi mereka yang disabilitas khususnya tunanetra yang menggunakan robotic sebagai pemandu saat berjalan di gedung.

A. Estetika Robot

Estetika robot merupakan hal yang sangat berkaitan dengan penampilan visual dan desain luar robot. Ini melibatkan pertimbangan estetika, seperti bentuk, warna, tekstur, proporsi, dan detail desain yang digunakan dalam menciptakan penampilan fisik robot.

Namun di kondisi lain banyak yang mengkhawatirkan tentang estetika robot ini, bukan berarti robot tersebut tidak menarik melainkan mengarah pada fungsional.

Dalam konteks pengembangan robot, fungsi memang lebih penting daripada estetika. Fungsi yang baik adalah kunci utama dalam merancang robot yang efektif dan bermanfaat.

Dalam konteks sebagai robot layanan gedung dimana posisi robot dapat membantu tunanetra seperti menavigasi melalui koridor sempit, membantu menaiki tangga dan membantu hal lainnya sesuai fungsi dari robot tersebut.

Penting untuk diingat bahwa meskipun estetika yang baik serta menarik dapat meningkatkan interaksi, nilai tambah dan penerimaan manusia terhadap robot, fungsi dan kinerja robot tetap menjadi faktor kritis yang harus diperhatikan dalam pengembangan suatu robot.

B. Memulai Kontak

Dalam memulai kontak dan memberikan bimbingan yang efektif kepada orang buta tim tersebut membahas bagaimana robot dan pengguna akan menemukan satu sama lain saat pengguna memasuki sebuah gedung.

Salah satu perancang mengusulkan agar robot mendeteksi dan mendekati orang yang memasuki gedung dengan alat bantu gerak untuk melihat apakah mereka membutuhkan bantuan Robot Layanan Gedung melaksanakan sejumlah langkah yang terkoordinasi dengan cermat.

Dengan menggunakan berbagai jenis sensor dan teknologi canggih seperti kamera dan pengenalan objek, robot secara dapat mendeteksi kehadiran orang buta di sekitarnya.

Setelah mendeteksi kehadiran mereka, robot menggunakan pendekatan yang empatik dan ramah, memperkenalkan diri dengan sopan, dan menawarkan bantuan serta pendampingan dalam menghadapi tantangan navigasi dan orientasi yang sering kali kompleks di dalam lingkungan gedung.

C. Cara Bantuan Anggota

Tim merancang bagaimana cara menangani orang orang dengan tingkat penglihatan yang berbeda pada objek yang dilihatnya. Tim mencatat bahwa orang buta memiliki berbagai kemampuan penglihatan dan keterampilan dalam berbagai keterampilan mobilitas yang terbagi dalam menjadi tiga mode yaitu:

1. Penyedia informasi

Kios informasi adalah salah satu fitur yang dapat diberikan oleh Robot Layanan Gedung kepada pengguna, termasuk orang buta. Kios informasi ini dirancang untuk memberikan akses cepat dan mudah terhadap berbagai informasi yang relevan dan berguna.

Dalam mode ini, robot akan memandu pengguna ke suatu tujuan dengan berjalan di samping atau sedikit di depan pengguna, tanpa kontak langsung.

Kios informasi sangat berguna bagi orang yang lebih lanjut yang ingin mencoba mempelajari lebih lanjut tentang informasi tentang fasilitas aksesibilitas, dan informasi umum lainnnya yang dapat membantu pengguna dalam memahami dan mengoperasikan gedung dengan lebih baik

2. Pengawal

Pengawal adalah salah satu peran yang dapat di oleh Robot Layanan Gedung dalam memberikan bantuan kepada orang buta.

Sebagai pengawal, robot bertugas untuk melindungi dan memastikan keamanan pengguna di sepanjang perjalanan mereka di dalam gedung.

Dalam mode ini, robot dapat membantu pengguna ke suatu tujuan dengan berjalan di samping atau sedikit atau sedikit di depan pengguna, tanpa melakukan kontak langsung.

3. Panduan Penglihatan

Panduan penglihatan adalah salah satu bentuk bantuan yang dapat diberikan oleh Robot Layanan Gedung kepada orang buta.

Panduan penglihatan ini bertujuan untuk membantu orang buta dalam mengenali dan berorientasi di sekitar lingkungan gedung.

Dalam mode ini robot dapat memandu pengguna jalan ke tujuannya dengan berjalan di samping dan sedikit di depan pengguna.

Robot panduan penglihatan juga dapat membantu dalam menghindari rintangan atau bahaya yang mungkin muncul di sepanjang perjalanan. Mereka menggunakan sensor dan pemetaan lingkungan untuk mendeteksi dan memberi peringatan kepada pengguna tentang rintangan yang perlu dihindari.

D. Memilih Jalan

Robot yang dirancang untuk membantu tunanetra dalam menavigasi di dalam gedung merupakan teknologi yang sangat membantu bagi mereka yang menyandang tunanetra.

Robot diprogram untuk memahami tata letak gedung dan mengenali rintangan-rintangan seperti dinding, pintu, tangga, lift, atau perubahan lantai.

Dengan melalui sensor penglihatan atau pendengaran, robot dapat mendeteksi hal-hal tersebut dan memberikan petunjuk kepada pengguna tunanetra.

Dalam konteks ini robot harus bertanya kepada pengguna (tunanetra), jika relevan, apakah dia lebih suka menggunakan tangga atau elevator dalam semua mode bantuan.

Orang biasa menganggap bahwa penyadang tunanetra tidak dapat berjalan naik turun tangga sehingga pilihan terakhir menggunakan lift.

Diharapkan dengan adanya robot ini dapat membimbing tunanetra di sepanjang rute-rute yang cukup sulit dalam gedung.

Sehingga tunanetra dapat merasa lebih percaya diri dan mandiri saat berada di dalam gedung yang tidak mereka kenal, juga dapat mengandalkan robot sebagai mitra untuk membantu mereka menavigasi ruang dan menghindari rintangan, sehingga mengurangi risiko kecelakaan.

E. Mengakhiri Kontak

Untuk mengakhiri kontak dengan pengguna robot Layanan Gedung mengikuti prosedur yang sopan dan menghormati.

Ketika pengguna menyatakan bahwa mereka telah mencapai tujuan atau tidak memerlukan bantuan lagi, robot mengucapkan terima kasih kepada pengguna dan menegaskan ketersediaannya jika pengguna membutuhkan bantuan di lain waktu.

Robot juga dapat menawarkan untuk membantu pengguna dalam hal lain yang mungkin mereka perlukan, seperti memberikan informasi tambahan atau mengarahkan mereka ke layanan atau fasilitas lain yang relevan.

Selain itu, robot memberikan jaminan serta panduan kepada pengguna bahwa kontak mereka bersifat rahasia dan bahwa data pribadi mereka akan dilindungi dengan ketat sesuai dengan kebijakan privasi yang berlaku.

Diskusi

Perkembangan teknologi robotik dalam membantu tunanetra dan individu dengan disabilitas lainnya dalam navigasi dan orientasi di dalam gedung telah membawa dampak positif yang signifikan. Menggunakan robot untuk navigasi dalam ruangan memiliki dua keunggulan utama.

Pertama, berinteraksi dengan robot membutuhkan pelatihan minimal dari pengguna, yang dapat berkomunikasi dengan robot seperti yang dilakukannya dengan resepsionis yang membantu.

Kedua, robot akan berada di gedung untuk melakukan berbagai tugas lain, jadi tidak diperlukan perangkat keras atau infrastruktur khusus untuk mengatasi masalah aksesibilitas ini.

Dalam penggunaannya, estetika robot memainkan peran penting, namun fungsi dan kinerja robot tetap menjadi faktor kritis yang harus diperhatikan. Desain luar robot harus mempertimbangkan kegunaan dan fungsionalitasnya dalam membantu tunanetra.

Dengan memulai kontak antara robot dan pengguna sangat penting dalam menciptakan interaksi yang baik.

Dengan pendekatan yang ramah robot dapat memperkenalkan diri dan menawarkan bantuan serta pendampingan apa yang akan dibutuhkan pengguna untuk menghadapi tantangan yang ada di gedung.

Robot Layanan Gedung dapat mengambil berbagai metode seperti penyedia informasi, pengawal, dan panduan penglihatan.

Dalam metode bantuan ini, robot dapat memberikan akses informasi yang berguna, melindungi keamanan pengguna, dan membantu pengguna mengenal sekitar lingkungan gedung.

Di sisi lain, salah satu batasan dari penggunaan robot ini adalah bahwa ini hanya berfungsi jika robot mengetahui tata letak bangunan. Jika tidak, robot mungkin sedikit menggunakan alat bantu mobilitas dan smartphone.

Menghindari tindakan yang mengganggu atau menarik perhatian ekstra dimana volume dan nada suara robot yang harus bersifat percakapan dan ditujukan kepada pengguna. Robot tidak akan membuat asumsi tentang apa yang menjadi kebutuhan pengguna.

Selama pengguna meminta robot untuk melakukan sesuatu sebagai desainer merasa bangga akan hal itu dan mendukung akan sikap kemandirian dari pengguna. Hal yang mengejutkan adalah kurangnya perhatian desainer terhadap estetika robot.

Hal ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa penyandang disabilitas lebih menyukai teknologi bantu yang menarik dan merasa sadar diri saat menggunakan teknologi tidak menarik yang tidak terlihat umum.

Desainer mengatakan bahwa panduan robot kami bukanlah perangkat abadi, itu adalah robot yang berada di Gedung dan akrab terhadap penghuni Gedung.

Desainer menggunakan proses Participatory Design baru yang diyakini dapat diadaptasi oleh peneliti lain untuk skenario aksesibilitas yang berbeda, terutama yang melibatkan penyandang disabilitas tunanetra.

Namun, disarankan para peneliti untuk memperkenalkan kepada banyak orang tentang desain beberapa robot pada tahap awal proses, untuk memacu kreativitas sekaligus memberikan beberapa batasan yang diperlukan.

Desainer juga mencoba menentukan desain yang dapat digunakan untuk bangunan layanan gedung (BSR) dengan berbagai tingkat kecanggihan yang ada kedepannya.

Kesimpulan

Dalam upaya untuk membimbing dan memberikan bantuan kepada orang buta di dalam lingkungan gedung, Robot Layanan Gedung menggunakan berbagai metode dan teknologi yang terkoordinasi dengan cermat.

Dalam makalah ini, kami telah melakukan eksplorasi terhadap pendekatan yang inovatif untuk mengatasi tantangan navigasi dalam ruangan bagi penyandang tunanetra.

Pendekatan ini melibatkan penggunaan Robot Layanan Gedung (BSR) sebagai panduan yang membantu pengguna dalam berinteraksi dengan lingkungan gedung.

Melalui proses desain partisipatif yang melibatkan kolaborasi antara desainer dan target pengguna dengan berbagai tingkat kemampuan visual, kami berhasil mendapatkan rekomendasi desain yang berharga untuk pengembangan BSR.

Hal ini menunjukkan pentingnya melibatkan pemangku kepentingan langsung dalam proses desain untuk memastikan solusi yang relevan dan efektif. Diharapkan bahwa penelitian dan pengembangan ini dapat memberikan kontribusi dalam domain robotika yang berfokus pada aksesibilitas.

Hasil pekerjaan ini diharapkan dapat memberikan informasi berharga dan menjadi sumber inspirasi bagi para peneliti dan pengembang dalam mengembangkan BSR yang mampu mengatasi tantangan aksesibilitas dengan lebih baik.

Dengan demikian, tercipta lingkungan yang lebih inklusif dan ramah bagi penyandang tunanetra dalam menjalani aktivitas sehari-hari di dalam gedung.

 

Penulis:

  1. Rifal Dassi
  2. Arnoldus Fulgentius Libba

Mahasiswa Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

 

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Referensi:

Azenkot, S. et.al. (2011, May). Enhancing independence and safety for blind and deaf-blind public transit riders. In Proceedings of the SIGCHI conference on Human Factors in computing systems (pp. 3247-3256).
DOI: 10.1145/1978942.1979424

Alkhanifer, A., & Ludi, S. (2014, August). Towards a situation awareness design to improve visually impaired orientation in unfamiliar buildings: Requirements elicitation study. In 2014 IEEE 22nd International Requirements Engineering Conference (RE) (pp. 23-32). IEEE.
DOI: 10.1109/RE.2014.6912244

Chumkamon, S., Tuvaphanthaphiphat, P., & Keeratiwintakorn, P. (2008, May). A blind navigation system using RFID for indoor environments. In 2008 5th international conference on electrical engineering/electronics, computer, telecommunications and information technology (Vol. 2, pp. 765-768). IEEE.
DOI: 10.1109/ECTICON.2008.4600543

Aigner, P., & McCarragher, B. (1999). Shared control framework applied to a robotic aid for the blind. IEEE Control Systems Magazine, 19(2), 40-46.
DOI: 10.1109/37.753934

Coroama, V. (2003, October). The chatty environment-a world explorer for the visually impaired. In Adjunct proceedings of Ubicomp (Vol. 2003).

Ellis, R. D., & Kurniawan, S. H. (2000). Increasing the usability of online information for older users: A case study in participatory design. International Journal of Human-Computer Interaction, 12(2), 263-276.
DOI: 10.1207/S15327590IJHC1202_6

Feng, C., Azenkot, S., & Cakmak, M. (2015, March). Designing a robot guide for blind people in indoor environments. In Proceedings of the Tenth Annual ACM/IEEE International Conference on Human-Robot Interaction Extended Abstracts (pp. 107-108).
DOI: 10.1145/2701973.2702060

Kulyukin, V., Gharpure, C., Nicholson, J., & Pavithran, S. (2004, September). RFID in robot-assisted indoor navigation for the visually impaired. In 2004 IEEE/RSJ International Conference on Intelligent Robots and Systems (IROS) (IEEE Cat. No. 04CH37566) (Vol. 2, pp. 1979-1984). IEEE.
DOI: 10.1109/IROS.2004.1389688

Azenkot, S., Feng, C., & Cakmak, M. (2016, March). Enabling building service robots to guide blind people a participatory design approach. In 2016 11th ACM/IEEE International Conference on Human-Robot Interaction (HRI) (pp. 3-10). IEEE.
DOI: 10.1109/HRI.2016.7451727

Willis, S., & Helal, S. (2005, October). RFID information grid for blind navigation and wayfinding. In Ninth IEEE International Symposium on Wearable Computers (ISWC’05) (pp. 34-37). IEEE.
DOI: 10.1109/ISWC.2005.46

Ulrich, I., & Borenstein, J. (2001). The GuideCane-applying mobile robot technologies to assist the visually impaired. IEEE Transactions on Systems, Man, and Cybernetics-Part A: Systems and Humans, 31(2), 131-136.
DOI: 10.1109/3468.911370

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI