Penyakit Campak-Rubella

Campak-Rubella
Ilustrasi: iStockphoto

Penyakit campak dikenal juga sebagai morbili atau measles, merupakan penyakit yang sangat menular (infeksius) disebabkan oleh Morbilivirus yang merupakan virus RNA. Campak akan menyerang hampir 100% anak yang tidak kebal terhadap virus tersebut. Manusia diperkirakan satu-satunya reservoir, walaupun monyet dapat terinfeksi tetapi tidak berperan dalam penyebaran.

Penyakit campak adalah merupakan penyakit akut yang sangat menular disebabkan oleh virus RNA dari genus Morbillivirus dari keluarga Paramyxoviridae. Virus tersebut mudah mati karena panas dan cahaya.

Rubela adalah penyakit akut dan mudah menular yang sering menginfeksi anak dan dewasa muda yang rentan. Penyakit ini mempunyai gejala klinis yang ringan dan 50% tidak bergejala, akan tetapi yang menjadi perhatian dalam kesehatan masyarakat adalah efek teratogenik apabila rubela ini menyerang pada wanita hamil terutama pada masa awal kehamilan.

Infeksi rubella pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran atau kecacatan permanen pada bayi yang dilahirkan atau dikenal dengan sindrom rubela kongenital (Congenital Rubella Syndrome/CRS). Beban yang akan timbul akibat penyakit rubela adalah cacat seumur hidup yang harus ditanggung oleh penderita, keluarga, bahkan bangsa dan negara.

Bacaan Lainnya

Rubela disebabkan oleh togavirus jenis Rubivirus yang juga termasuk golongan virus RNA. Virus campak maupun rubela cepat mati oleh sinar ultra violet, bahan kimia, bahan asam dan pemanasan.

Virus rubela dapat melalui sawar placenta sehingga bila menginfeksi janin pada masa awal kehamilan akan menyebabkan abortus, lahir mati atau cacat bawaan (Congenital Rubella Syndrome/ CRS) apabila bayi tetap hidup. Risiko infeksi dan cacat congenital paling besar terjadi selama trimester pertama kehamilan.

PATOGENESIS

1. Patogenesis Campak

Campak adalah penyakit infeksi sistemik yang dimulai infeksi pada bagian epitel saluran pernafasan di nasopharing. Virus campak dikeluarkan dari nasopharing mulai dari masa prodromal sampai 3-4 hari setelah rash.

2. Patogenesis Rubella

Penyakit rubela ditularkan melalui droplet saluran pernapasan saat batuk atau bersin. Virus dapat berkembang biak di nasofaring dan kelenjar getah bening regional.

PENULARAN

1. Penularan Campak

Virus campak ditularkan melalui droplet yang keluar dari hidung, mulut atau tenggorokan orang yang terinfeksi virus campak pada saat bicara, batuk, bersin atau melalui sekresi hidung.

Masa penularan adalah empat (4) hari sebelum timbul rash sampai dengan empat (4) hari setelah timbul rash. Puncak penularan pada saat gejala awal (fase prodromal), yaitu pada 1-3 hari pertama sakit.

2. Penularan Rubella

Viremia terjadi pada 4–7 hari setelah virus masuk tubuh. Masa penularan diperkirakan terjadi pada 7 hari sebelum hingga 7 hari setelah rash.

MASA INKUBASI

1. Masa Inkubasi Campak

Masa inkubasi penyakit campak adalah 7-18 hari, ratarata 10 hari.

2. Masa Inkubasi Rubella

Masa inkubasi penyakit rubela berkisar antara 14–21 hari.

TANDA DAN GEJALA

1. Tanda dan Gejala Penyakit Campak

Gejala penyakit campak adalah sebagai berikut:

  • Panas badan biasanya >38 derajat celcius atau lebih, disertai salah satu atau lebih gejala batuk, pilek, mata merah atau mata berair;
  • Bercak kemerahan/ rash/ ruam yang dimulai dari belakang telinga berbentuk makulopapular selama 3 hari atau lebih, beberapa hari kemudian (4-7 hari) akan menyebar ke seluruh tubuh;
  • Tanda khas (patognomonis) ditemukan Koplik’s spot atau bercak putih keabuan yang dasar;
  • Merah di pipi bagian dalam (mucosa buccal);
  • Bercak kemerahan maculopapular setelah 7-30 hari akan berubah menjadi kehitaman (hyperpigmentasi) dan disertai kulit bersisik, untuk kasus yang telah menunjukan hyperpigmentasi maka perlu dilakukan anamnesis dengan teliti, dan apabila pada masa akut (permulaan sakit) terdapat gejala-gejala yang telah disebutkan sebelumnya maka kasus tersebut merupakan suspek campak.

2. Tanda dan Gejala Penyakit Rubella

Gejala penyakit rubela ditandai dengan demam ringan (37,2°C) dan bercak merah/rash/ruam makulopapuler disertai pembesaran kelenjar getah bening (limfe) di belakang telinga, leher belakang dan sub occipital.

Rubela pada anak sering hanya menimbulkan gejala demam ringan atau bahkan tanpa gejala sehingga sering tidak terlaporkan. Sedangkan rubela pada wanita dewasa sering menimbulkan arthritis atau arthralgia.

KOMPLIKASI DAN KEMATIAN

1. Komplikasi dan Kematian Penyakit Campak

Sebagian besar penderita campak akan sembuh tanpa pengobatan. Komplikasi sering terjadi pada anak usia <5 tahun dan penderita dewasa usia >20 tahun. Kasus campak pada penderita malnutrisi dan defisiensi vitamin A serta immune defisiency (HIV) dapat menyebabkan komplikasi campak yang lebih berat atau fatal.

Komplikasi yang sering terjadi yaitu: diare, bronchopneumonia, pneumonia, malnutrisi, otitis media, kebutaan, encephalitis, subacute sclerosing panencephalitis (SSPE) dan ulkus mukosa mulut. Kematian penderita campak umumnya disebabkan karena komplikasinya seperti bronchopneumonia, diare berat dan gizi buruk, serta penanganan yang terlambat.

Kematian campak adalah kematian pada seorang penderita campak pasti (terbukti melalui laboratorium maupun hubungan epidemiologi) yang terjadi dalam 30 hari setelah timbul rash dan bukan disebabkan oleh hal-hal lain seperti trauma atau penyakit kronik yang tidak berhubungan dengan komplikasi campak.

2. Dampak Infeksi Rubella

Dampak infeksi rubela pada wanita hamil, terutama pada kehamilan trimester pertama, dapat mengakibatkan abortus, lahir mati atau bayi lahir dengan CRS. Ibu yang mengalami infeksi rubela pada minggu 1-10 kehamilan akan melahirkan 90% bayi dengan CRS.

Risiko terjadinya CRS menurun dengan semakin meningkatnya usia kehamilan ibu, yaitu bila infeksi rubella terjadi pada minggu 1- 10: 90% bayi terkena CRS, 11-12: 33% bayi terkena CRS, minggu 13-14: 11% bayi terkena CRS , minggu 15-16: 24% bayi terkena CRS dan minggu ≥ 17: 0%.

Penulis: Fenny Mayasafa
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Maju Jakarta

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses