Penyebab Terjadinya Stunting dalam Kasus MBA (Married by Accident)

Stunting
Stunting

Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2021, stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang. Stunting ditandai dengan tinggi atau panjang badan di bawah standar yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan.

Pengertian stunting menurut Kementerian Kesehatan sendiri yaitu ketika anak balita dengan nilai z-score-nya kurang dari -2.00 SD/standar deviasi (stuned) dan kurang dari -3.00 SD (sevelery stuned).

Dapat disimpulkan bahwa stunting ini merupakan gangguan pertumbuhan yang dialami oleh balita yang tentunya dapat mengakibatkan tumbuh kembangnya terhambat karena tidak sesuai dengan standar sehingga akan berakibat baik jangka pendek ataupun jangka panjang.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Sepiring Nasi Kuning (Sekolah Pakai Katering Generasi Kuat Tanpa Stunting) di TK Islam Terpadu Nurul Hidayah Kabupaten Sampang

Penyebab stunting ini salah satunya disebabkan oleh pola asuh yang salah akibat kurangnya pengetahuan dan edukasi bagi ibu hamil dan ibu menyusui akibat kehamilan yang tidak direncanakan.

Dalam keterangan Bonivarius Prasetnya Ichtiarto selaku Deputi Bidang Pengendalian Pendudukk BKKBN pada selasa (02/08/2022) mengatakan bahwa kehamilan yang tidak direncanakan memicu terjadinya kelahiran bayi stunting.

Kehamilan tidak direncanakan bisa terjadi dalam beberapa kasus seperti misalnya hamil di luar ikatan pernikahan atau married by accident.

Terjadinya married by accident atau MBA ini mengakibatkan pasangan tidak peduli akan perkembangan anaknya karena yang ada hanya menyesali kenapa bisa terjadi kehamilan sehingga tidak memperhatikan gizi anak dan berpotensi stunting.

Sudah 77 tahun Indonesia merdeka dari penjajahan, tetapi bangsa Indonesia masih mempunyai 24,4 persen anak-anak yang mengalami stunting.

Sudah saatnya bangsa ini aware terhadap pencegahan stunting terutama pada pasangan usia muda yang sangat rentan mengalami risiko stunting. Adapun untuk mencegah stunting ada beberapa langkah yang harus dilakukan yaitu:                      

1. Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil

Memenuhi gizi sejak masa kehamilan merupakan tindakan yang relatif ampuh untuk mencegah stunting. Lembaga kesehatan Millenium Challenge Account Indonesia menyarankan agar ibu yang sedang mengandung selalu mengonsumsi makanan sehat dan bergizi ataupun suplemen atas anjuran dokter.

Selain itu, perempuan yang sedang menjalani proses kehamilan juga sebaiknya rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter atau bidan. 

2. Memberikan Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan

Ahli nutrisi dari Universitas Hohenheim Jerman, yaitu Veronika Scherbaum menyatakan bahwa ASI ternyata berpotensi untuk mengurangi peluang stunting pada anak karena kandungan gizi mikro dan makro.

Oleh karena itu, ibu disarankan untuk tetap memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan kepada bayinya. Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada susu ibu pun dianggap mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang rentan.

Baca Juga: Sosialisasi Stunting oleh KKN UAD XVI.A2 Untuk Masyarakat Padukuhan Tanjung

3. Dampingi ASI Eksklusif dengan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) sehat

Ibu sudah bisa memberikan makanan pendamping atau MPASI saat bayi sudah menginjak usia 6 bulan ke atas. Tetapi pastikan makanan-makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting.

WHO juga merekomendasikan fortifikasi atau penambahan nutrisi ke dalam makanan. Selain itu, sebaiknya ibu berhati-hati ketika menentukan produk tambahan tersebut. Bila perlu konsultasikan dulu dengan dokter.

4. Pantau tumbuh kembang anak

Dalam hal ini tentu sudah menjadi keharusan bagi orang tua untuk terus memantau tumbuh kembang anak mereka, terutama dari tinggi dan berat badan anak. Pastikan membawa anak kecil secara berkala ke Posyandu maupun klinik khusus anak. Hal ini akan memudahkan ibu untuk mengetahui gejala awal gangguan dan penanganannya.

5. Menjaga kebersihan lingkungan

Anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit, terlebih jika lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor ini secara tidak langsung bisa meningkatkan peluang stunting. Studi yang dilakukan di Harvard Chan School menyebutkan diare adalah faktor ketiga yang menyebabkan gangguan kesehatan tersebut. Sementara salah satu pemicu diare datang dari paparan kotoran yang masuk ke dalam tubuh manusia.

Baca Juga: Mahasiswa KKN Kelompok 48 UPGRIS Bantu Kegiatan Posyandu dan Sosialisasi Stunting

Beberapa langkah yang telah dipaparkan di atas merupakan upaya untuk mengurangi kasus stunting terutama bagi pasangan muda yang tentu sangat berisiko mengalami stunting pada bayinya akibat belum cukup siap untuk menghadapi kehamilan terlebih bagi pasangan yang mengalami kasus married by accident.

Untuk itu, dengan tulisan ini penulis berharap agar orang tua dan pihak-pihak yang terlibat bisa lebih memperhatikan lagi kesehatan bayi dalam kandungannya untuk mengurangi kasus stunting itu sendiri. 

Penulis: 

Ananda Octa Nurul Balques (012211162)
Mahasiswa Keperawatan Universitas Binawan

Dosen Pengampu: Apriani Riyanti, M.Pd.

Editor: Ika Ayuni Lestari     

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Daftar Pustaka

User. Admin. 2022. Kehamilan Tidak Direncanakan Picu Lahirnya Bayi Stunting Baru. https://keluargaindonesia.id/2022/08/11/kehamilan-tidak-direncanakan-picu-lahirnya-bayi-stunting-baru/. Diakses 10 April 2023.

Wagino. 2022. Program Penurunan Stunting, Apa Susahnya?. https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-ternate/baca-artikel/15305/Program-Penurunan-Stunting-Apa-Susahnya.html. Diakses 10 April 2023.

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.