Perang Takjil Meningkatkan Toleransi?

Ramadhan
Perang Takjil.

Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan merupakan bulan suci bagi seluruh umat muslim di seluruh dunia, pada bulan Ramadhan umat muslim menjalankan puasa yang dimulai dari Subuh hingga Maghrib, proses puasa sungguh berat karena harus menahan lapar.

Waktu Maghrib adalah hal-hal yang sangat dinanti, dikarenakan waktu itulah umat muslim diperbolehkan untuk makan dan minum.

Menjelang Maghrib banyak kegiatan di lingkungan masyarakat, dimulai dari pukul 03.00 masyarakat mulai berkeliaran untuk mencari Takjil (Takjil adalah istilah umum untuk kudapan yang dimakan sesaat setelah berbuka puasa) banyak pedagang berjejer menyajikan jajanan, baik makanan gurih maupun makanan yang manis, jenis-jenis gorengan merupakan favorit masyarakat.

Bacaan Lainnya

Jual Beli Takjil

Kegiatan jual beli takjil di pasar terkadang menyebabkan macet di jalan, namun itu dapat dimaklumi karena itu adalah bagian dari kemeriahan Ramadhan. Banyak masyarakat berbondong-bondong dari berbagai kalangan masyarakat. Mulai dari kaya atau miskin, yang puasa ataupun yang tidak puasa, dan muslim maupun non muslim.

Kegiatan berjualan takjil dimulai sejak zaman dahulu, yang di mana bangsa Arab menjual kurma untuk berbuka, namun seiring perkembangan zaman dan penyebaran agama dan budaya, tradisi jual beli takjil semakin luas di seluruh wilayah, dagangan takjil digemari masyarakat karena rasanya yang dapat diterima di lidah.

Konten Media Sosial

Pada akhir-akhir ini kegiatan berburu takjil semakin ramai di media sosial terutama di TikTok. Aplikasi TikTok adalah salah satu media sosial yang cukup cepat untuk penyebaran informasi melalui video singkat.

TikTok dapat juga digunakan untuk media promosi atau informasi bagi masyarakat berburu takjil merupakan kegiatan yang seru dan menyenangkan, kegiatan ini dapat dilakukan oleh siapa saja termasuk yang bukan muslim, banyaknya nonis berburu takjil membuktikan bahwa salah satu kegiatan ngabuburit ini adalah contoh positif di semua kalangan masyarakat.

Kegiatan berburu takjil tidak luput untuk dijadikan konten oleh para gen z , kegiatan berburu takjil ini disambut positif oleh netizen di media sosial, konten-konten berburu takjil dikemas secara menarik sehingga tidak ada keributan atau perpecahan dan semakin memperat perbedaan yang ada.

Komen-komen yang terdapat di video-video tersebut terlihat lucu, seru, dan menghibur, komen para netizen terkadang membuat gelak tawa dan mengocok perut ketika membacanya, komenan seperti ini membuktikan bahwa masih adanya rasa toleransi antar umat beragama ketika banyak cobaan dalam kerukunan agama di indonesia.

Konten berburu takjil juga menjadi penyegar media sosial dikarenakan berbulan bulan media sosial di Indonesia diisi dengan kisruh pemilu 2024.

Kita patut bersyukur akan terjadinya fenomena perang takjil tersebut, selain untuk melariskan dagangan para UMKM juga memperat tali kasih antar umat agama yang berada di Indonesia, keadaan ini yang dirindukan dan layak untuk dipertahankan walau masa Ramadhan telah habis.

Penulis: Nicholas Sinaga
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Malang

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.