Pendahuluan
Pariwisata adalah salah satu sektor yang paling berpengaruh terhadap perekonomian global. Pada tahun 2019 sektor pariwisata telah menyumbang 9% dari total PDB dunia (MasterCard CrescentRating, 2019). Tiap tahunnya, Indonesia mengalami peningkatan jumlah hotel, namun hanya sedikit yang berkonsep syariah. Setiap ada pendirian hotel baru hampir sebagian besar adalah hotel konvensional.
Ketentuan Hukum
Surah Ar-Rum ayat 42 yang artinya : “Katakanlah : Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan Allah”.
Dengan adanya pendirian hotel berbasis syariah, dapat dikatakan mampu membawa misi untuk membersihkan jiwa masyarakat baik secara kolektif maupun individual dari adanya fitnah, gharar, maksiat dan sebagainya sehingga mampu mewujudkan terciptanya ketertiban masyarakat.
Baca juga: Peran Lembaga Keuangan Syariah pada Sektor UMKM
Fatwa DSN-MUI 108/2016, Hotel Syariah adalah penyediaan akomodasi berupa kamar di dalam suatu bangunan yang dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum, kegiatan hiburan dan fasilitas lainnya secara harian dengan tujuan memperoleh keuntungan yang dijalankan sesuai prinsip syariah. Maka dari itu terdapat standar yang sudah ditentukan oleh Dewan Syariah Nasional MUI No. 108/DSN-MUI/X/2016 yang meliputi ketentuan berikut:
- Tidak menyediakan fasilitas akses pornografi dan tindakan asusila;
- Tidak menyediakan fasilitas hiburan yang mengarah pada kemusyrikan, maksiat, pornografi, dan tindak asusila;
- Makanan dan minuman yang disediakan wajib telah mendapat sertifikat halal dari MUI;
- Menyediakan fasilitas, peralatan, dan sarana yang memadai untuk pelaksanaan ibadah, termasuk fasilitas bersuci;
- Para pekerja dan karyawan hotel wajib mengenakan pakaian yang sesuai dengan syariah;
- Hotel wajib memiliki pedoman dan panduan mengenai prosedur pelayanan hotel guna menjamin terselenggaranya pelayanan hotel yang sesuai dengan prinsip syariah;
- Hotel wajib menggunakan jasa Lembaga Keuangan Syariah dalam melakukan pelayanan.
Perkembangan kesadaran masyarakat muslim dalam memilih tempat menginap yang aman dan nyaman sudah mulai tumbuh. Hal ini menjadi peluang bisnis para pengusaha hotel dengan mendirikan hotel syariah. Tetapi, masih banyak kendala yang menghambat perkembangan hotel syariah di Indonesia diantaranya:
- Banyak yang beranggapan bahwa hotel syariah hanya boleh untuk kaum muslim;
- Manajemen hotel syariah kurang melakukan promosi;
- Perlu biaya lebih untuk membuat fasilitas terpisah antara laki-laki dan perempuan;
- Fasilitas yang kurang menarik bagi masyarakat;
- Kurangnya kesadaran dari pemilik hotel untuk mengajukan sertifikasi syariah.
Padahal sejak tahun 2019 Indonesia ditetapkan sebagai destinasi wisata halal atau Halal Tourism terbaik di dunia oleh Global Muslim Travel Index (GMTI). Bersaing dengan 130 destinasi dari seluruh dunia. Indonesia tercatat mengalami perkembangan secara berkala dari ranking 6 di tahun 2015, ranking 4 di tahun 2016, ranking 3 di tahun 2017, ranking 2 di tahun 2018, akhirnya menduduki peringkat 1 2019.
Baca juga: Peran Komite Audit di Bank Syariah
Untuk meraih posisi terbaik, Indonesia sudah berupaya melakukan usaha secara serius di antaranya dengan membuat Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) yang mengacu pada standar GMTI. Laporan ini, menganalisis 4 kriteria penilaian strategis yaitu akses, komunikasi, lingkungan, dan layanan. Dengan pengembangan wisata halal, harapannya dapat mendorong perekonomian masyarakat dan negara agar menjadi lebih baik, dan juga masyarakat akan memperoleh penghasilan dengan berbagai pekerjaan di sekitar tempat wisata dan negara akan memperoleh devisa sebagai pemasukan kekayaan negara. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi masyarakat dan negara akan semakin meningkat.
Haura Yusriyahya
Mahasiswa Prodi Ekonomi Syariah IPB University
