Reog Sepuh

Reog Sepuh
Reog Sepuh (Sumber Penulis):

Ponorogo merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur bagian barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah atau lebih tepatnya 220 km arah barat daya dari ibu kota Provinsi Jawa Timur, Surabaya. Ponorogo terkenal dengan budayanya yaitu Reog.

Oleh karenanya, kota ini juga dikenal sebagai kota Reog. Reog merupakan sendratari yang terdiri dari beberapa penari antaralai Pembarong, Bujangganong, Jathil, Klonosuwandono, dan Warok.

Di suatu desa yakni Desa Bedingin merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Sambit Kabupaten Ponorogo yang terletak sebelah berbatasan dengan wilayah Kecamatan Bungkal, kondisi Desa Bedingin Kecamatan Sambit merupakan dataran persawahan, pemukiman lahan kering serta sebagian perbukitan dengan batas-batas sebagai berikut:

Bacaan Lainnya
  1. Sebelah Utara: Desa Bancangan Kecamatan Sambit.
  2. Sebelah Timur: Desa Nglewan Kecamatan Sambit.
  3. Sebelah Selatan: Desa Wringinanom Kecamatan Sambit.
  4. Sebelah Barat: Desa Kwajon dan Sambilawang Kec. Bungkal.

Desa Bedingin terdiri dari dua dukuh yaitu: Dukuh Krajan yang terdiri dari 3 RW dan 10 RT Dukuh Kambangrejo: terdiri dari 2 RW dan 7 RT. Di desa tersebut terdapat kesenian Reog yang disebut dengan Reog sepuh. Kesenian ini muncul kembali bersamaan dengan kesenian jathil lanang pada tahun 2017.

Baca juga: Gebyar Sangiran: Memperkenalkan Keindahan dan Makna di Balik Kesenian Rodat, Aset Budaya Berharga dari Gunung Kidul

Reog sepuh ini memiliki perbedaan dengan kesenian Reog yang biasa ditampilkan saat ini pada suatu pagelaran seni. Reog sepuh atau Reog tempo doeloe ini merupakan kebalikan dari Reog festival, di mana aturan sudah tidak berlaku lagi. Artinya sudah tidak menggunakan pedoman-pedoman dalam sebuah pementasan Reog.

Perbedaan yang sangat terlihat adalah Reog festival hanya bisa dilakukan di tempat tertentu dan cenderung menggunakan banyak ruang, sedangkan Reog sepuh bisa menggunakan ruang sempit sekalipun yang terpenting dadak merak dapat bergerak bebas.

Dulunya, Reog tempo doeloe atau dikenal dengan Reog obyog ini biasa ditampilkan di pinggir-pinggir jalan dengan bentuk dadak meraknya berbeda dengan sekarang dimana memiliki ukuran yang lebih kecil dan memiliki moncong harimau yang lebih panjang serta biasanya dilakukan oleh tiga orang tidak hanya satu orang seperti sekarang.

Selain itu, menurut Kepala Desa Bedingin, musik yang mengiringi Reog tempo doeloe dengan Reog sekarang ini berbeda. Dahulu kala, saat mendengar musik pengiring Reog masyarakat seketika merasa terhipnotis dan menikmati alunan musik tersebut dengan secara tidak sadar menghentakkan kedua kakinya.

Seperti namanya, Reog obyog lebih mengutamakan kebersamaan dan kesenangan (hiburan) para pemain dan orang-orang yang terlibat dalam pertunjukan.

Dengan munculnya Reog sepuh ini diharapkan meningkatkan minat masyarakat sekitar untuk berkunjung ke Desa Bedingin dan meningkatkan minat generasi muda untuk mempelajari kesenian yang ada di Desa Bedingin ini.

 

Penulis:

  1. Virana Mega Putri (1152200094)
  2. Griseld Nasywa N. (1152200090)
  3. Nia Oktavia Wahyu D. S (1152200069)
  4. Hepy Amrelia (1152200253)

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas 17 Agustus 1945
Dosen Pengampu: Drs. Widiyatmo Ekoputro, MA

 

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

Referensi

https://www.desabedingin.com/2022/01/reog-sepuh-kembalinya-reog-tempo-doeloe.html?m=1

https://merc-des.co.id/home/berita_desa/162/31

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.