Rusia & Ukraina dalam Politik Indonesia: Netralitas atau Diplomasi Main Aman?

Konflik
Rusia & Ukraina dalam Politik Indonesia.

Sejak konflik antara Rusia dan Ukraina meletus pada awal 2022, dunia menyaksikan ketagangan geopolitik yang kian memanas. Negara-negara di seluruh dunia dipaksa untuk memilih posisi-berpihak pada Ukraina dengan dukungan Barat, atau mendukung Rusia secara terbuka.

Namun, di tengah pusaran ini, Indonesia mengambil sikap unik yang mencerminkan tradisi diplomasi nonblok dan kepentingan nasional.

Netralitas: Prinsip atau Strategi?

Indonesia secara konsisten menyatakan posisi netral dalam konflik ini. Hal ini sejalan dengan kebijakan luar negeri bebas aktif, yang berakar pada semangat Konferensi Asia-Afrika dan Gerakan Non-Blok. Namun, netralitas tersebut kerap dianggap sebagai langkah “diplomasi bermain aman”.

Di satu sisi, Indonesia menegaskan pentingnya penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah, yang merujuk pada situasi Ukraina.

Bacaan Lainnya

Di sisi lain, Indonesia menghindari kecaman langsung terhadap Rusia, mengingat hubungan historis, kerja sama ekonomi, dan ketergantungan pada impor komoditas strategis seperti gandum dan energi kedua negara.

Tantangan Ekonomi dan Diplomasi

Konflik ini menimbulkan dampak besar pada perekonomian global, termasuk Indonesia. Kenaikan harga energi dan pangan akibat perang berdampak langsung pada inflasi domestik. Bagi Indonesia, menjaga hubungan baik dengan Rusia tetap penting, terutama dalam konteks pasokan energi dan proses investasi.

Namun, hal ini tidak menutup fakta bahwa Indonesia juga menjalin hubugan ekonomi yang erat dengan negara-negara Barat yang mendukung Ukraina.

Sikap netral Indonesia, meskipun mendapat apresiasi beberapa pihak terkadang memunculkan kritik. Beberapa kelompok internasional menganggap bahwa negara dengan pengaruh besar seperti Indonesia memiliki tanggung jawab moral untuk bersikap lebih tegas terhadap agresi militer.

Baca Juga: Rusia Memblokir 81 Media Uni Eropa sebagai Tindakan Balas Dendam

G20 dan Upaya Mediasi

Pada KTT G20 di Bali tahun 2022, Indonesia memainkan peran penting sebagai tuan rumah di tengah eskalasi konflik Rusia-Ukraina. Kehadiran Rusia yang diwakili oleh Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov, meski menuai kontroversi, menunjukkan keberhasilan Indonesia menjaga forum tetap inklusif.

Selain itu, presiden kala itu Presiden Jokowi secara langsung mengunjungi Kyiv dan Moskow untuk menawarkan mediasi, sebuah langkah simbolis yang memperkuat citra Indonesia sebagai penjaga perdamaian.

Namun, upaya ini lebih bersifat diplomasi simbolis daripada menghasilkan solusi konkret. Meski begitu, langkah Jokowi menunjukkan keberanian Indonesia untuk terlibat dalam isu global tanpa kehilangan prinsip dasar kebijakan luar negerinya.

Apa yang Bisa Dipelajari?

Konflik Rusia-Ukraina menjadi pengingat bagi Indonesia tentang pentingnya kemandirian energi dan ketahanan pangan. Ketergantungan pada impor dari negara-negara yang terlibat konflik global menunjukkan kelemahan yang perlu diatasi.

Selain itu, Indonesia harus terus memperkuat diplomasi multilater untuk memastikan posisinya tetap relevan di tengah perubahan dinamika geopolitik.

Sebagai negara yang dikenal dengan prinsip damainya, Indonesia memiliki peluang untuk memperkuat perannya dalam mendorong dialog global.

Namun, sikap ini harus disertai dengan langkah nyata yang tidak hanya mempertahankan hubungan diplomatik, tetapi juga menunjukkan keberpihakan pada nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian dunia.

Baca Juga: Perang Rusia-Ukraina: Sejarah, Penyebab, dan Implikasinya terhadap Perekonomian Indonesia

Kesimpulan

Rusia dan Ukraina menghadirkan dilema besar bagi Indonesia dalam menentukkan arah politik luar negeri. Di satu sisi, ada kebutuhan untuk menjaga netralitas dan hubungan bilateral dengan kedua belah pihak. Di sisi lain, ada desakan global untuk mengambil sikap yang lebih tegas.

Dalam konteks ini, Indonesia perlu terus menyeimbangkan kepentingan nasional dengan tanggung jawabnya sebagai bagian dari komunitas internasional yang mendukung perdamaian dan keadilan.

Penulis: Sahira Yumna Tamimah Adidharma
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Kristen Satya Wacana

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses