Di tengah hiruk-pikuk dunia modern yang penuh tekanan dan tuntutan, kesehatan mental menjadi isu yang semakin penting untuk diperhatikan. Supra empiris manusia telah ditinggalkan oleh gaya hidup mereka yang terlalu berfokus untuk memenuhi kebutuhan biologis mereka. Akibatnya, rohani manusia menurun. Keadaan tersebut sangat memengaruhi perkembangan berbagai masalah pribadi dan sosial.
Kesehatan mental merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia, setara dengan kesehatan fisik. Dalam masyarakat modern, tantangan terhadap kesehatan mental semakin meningkat akibat tekanan hidup, perubahan sosial, dan berbagai permasalahan lainnya.
Spiritualitas memiliki peran yang penting bagi setiap manusia. Beberapa upaya untuk meningkatkan spiritual, maka upaya yang dapat dilakukan yaitu tazkiyah al-nafs. Takziyatun Al-Nafs merupakan proses melakukan penyucian jiwa yang tiada pernah henti.
Pikiran-pikiran yang tidak baik perlu dihilangkan, dan penyakit ruhani. Dalam hati harus ditumbuhkan rasa kasih sayang, ditumbuhkan rasa syukur, rasa rahmat, cinta, peduli, simpati, empati, penghargaan atas orang lain, disiplin beribadah dan penerapan disiplindisiplin dalam hal apapun, maaf dan sebagainya.
Takziyatun Al-Nafs secara bahasa terdiri dari kata tazkiyah, yang berarti penyucian, perbaikan, dan pengembangan, dan nafs, yang berarti jiwa manusia, yang terdiri dari akal, hati, nafsu, dan roh. Tazkiyah Al-Nafs juga diartikan sebagai proses penyucian jiwa dari sifat-sifat buruk yang ada dalam diri seseorang. Proses ini dilakukan dengan gigih dan sungguh-sungguh untuk menyucikan jiwa dari sifat-sifat buruk tersebut.
Dalam tradisi tasawuf, Takziyatun Nafs dipahami sebagai proses pelatihan jiwa untuk mengosongkan diri dari akhlak tercela dan mengisinya dengan akhlak terpuji.
Para sufi menekankan pentingnya usaha sungguh-sungguh untuk melepaskan diri dari segala hal yang dapat merusak kesucian jiwa, sekaligus mempersiapkan diri untuk menerima pancaran cahaya Ilahi (nur Ilahi).
Jiwa yang terbebas dari sifat tercela dan penuh dengan akhlak terpuji akan lebih mudah mendekatkan diri kepada Allah secara spiritual. Dalam proses tersebut, seseorang akan meraih kemuliaan, kesehatan mental, dan kebahagiaan sejati. menurut imam Al Ghazali Takziyatun Nafs terdiri atas tiga tahapan utama, yaitu:
Tahap pertama adalah takhalli, yaitu proses pengosongan jiwa dari akhlak tercela dan ketergantungan terhadap kelezatan duniawi.
Hal ini dicapai dengan menjauhkan diri dari berbagai bentuk kemaksiatan serta melenyapkan dorongan hawa nafsu yang seringkali menjadi sumber utama sifat buruk seperti keserakahan, iri hati, dan kebencian. Takhalli bertujuan untuk membersihkan jiwa dari pengaruh negatif duniawi, sehingga jiwa menjadi lapang untuk menerima kebaikan.
Tahap kedua, Setelah jiwa berhasil dibersihkan dari sifat-sifat tercela, tahap selanjutnya adalah tahalli, yaitu pengisian jiwa dengan sifat-sifat terpuji. Pada tahap ini, seseorang menggantikan kebiasaan buruk dengan kebiasaan baik.
Misalnya, sifat egois digantikan dengan sifat dermawan, sifat pemarah digantikan dengan sifat sabar, dan sifat sombong digantikan dengan sifat rendah hati. Tahalli menjadi landasan bagi pembentukan karakter mulia yang selaras dengan ajaran Islam.
Tahap ketiga, adalah tajalli, yaitu pencapaian rasa kedekatan dengan Allah melalui penghayatan spiritual yang mendalam. Pada tahap ini, jiwa yang telah terisi dengan akhlak mulia dan terbiasa melakukan perbuatan baik akan merasakan kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupan.
Tajalli melibatkan kesadaran optimal akan kebesaran Allah dan rasa cinta yang mendalam kepada-Nya. Hal ini akan menumbuhkan kerinduan kepada Allah yang menjadi puncak kebahagiaan spiritual seorang hamba.
Seseorang dapat mencapai kesucian jiwa yang sesungguhnya melalui proses Tazkiyah al Nafs, yang mencakup tahapan takhalli, tahalli, dan tajalli. Proses ini tidak hanya membersihkan jiwa dari sifat-sifat buruk, tetapi juga menumbuhkan akhlak yang baik, yang pada akhirnya menghasilkan ketenangan dan kesehatan mental yang alami.
Dalam perspektif psikologi Islam, Tazkiyah al-Nafs menjadi jalan menuju kehidupan yang penuh arti dan berkah, serta memberikan kebahagiaan yang sejati, baik di dunia maupun di akhirat.
Dengan memasukkan unsur agama seperti keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan dalam diskusi kesehatan mental, kita dapat memperluas pemahaman kita mengenai kebutuhan psikis manusia yang mencari ketenangan dan kebahagiaan.
Agama tidak hanya memenuhi kebutuhan spiritual manusia, tetapi juga membimbing mereka menuju kesejahteraan jiwa yang holistik. Oleh karena itu, konsep Tazkiyah al-Nafs memberikan landasan yang kokoh bagi kesehatan mental dalam perspektif psikologi Islam, mengintegrasikan dimensi spiritual dan psikologis untuk menciptakan keseimbangan dan kebahagiaan yang sejati.
Penulis: Fatmala
Mahasiswa Psikologi Islam, Institut Agama Islam Negeri Langsa
Referensi
Nisa. S. N., dan Riansyah. P. N. (2024). Konsep Takziyatun Nafs Dalam Mengembalikan
Fitrah Manusia Modern Menurut Perspektif Psikologi       Sufi.     Jurnal Ilmiah Multidisiplin Terpadu. 8(7), https://oaj.jurnalhst.com/index.php/jimt/article/download/4129/41941;
Agustono. I., (2024). The Relevance of Abu Bakar Atjeh’s Concept of Tazkiyah al-Nafs in Addressing Mental Health Issues. Academic Journal of Islamic Studies. 9(2), https://doi.org/10.22515/dinika. v9i2.9421
Mutholingah. S. (2021). Metode Penyucian Jiwa (Takziyah Al-Nafs) Dan Implikasinya Bagi Pendidikan Agama Islam. TA’LIMUNA. 10(01), https://e-journal.staimaalhikam.ac.id/ talimuna/article/view/662
Anggraini. D, dan Asmita. W. (2022). Konsep dan Contoh Aplikasi Konseling Religius dengan Pendekatan Takziyah Al-Nafs. Jurnal Consulenza: Jurnal Bimbingan Konseling dan Psikologi. 5(2), http://ejurnal.uij.ac.id/index.php/CONS
Masyhuri., (2012). Prinsip-Prinsip Tazkiyah Al-Nafs Dalam Islam Dan Hubungannya Dengan Kesehatan Mental. Jurnal Pemikiran Islam. 37(2), https://ejournal.uinsuska.ac.id/index.php/Anida/article/view/317
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News