Salah satu aspek yang berkembang pesat pada era revolusi industri saat ini adalah teknologi digital. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan jumlah pengguna internet di Indonesia.
Menurut data terbaru Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet (APJII) pada tahun 2022, jumlahnya mencapai 210 juta atau 77,1% dari total jumlah penduduk Indonesia dan ada penambahan sekitar 35 juta pengguna internet dari tahun sebelumnya.
Sayangnya, peningkatan penggunaan internet tersebut belum diikuti dengan kemampuan literasi digital masyarakat. Padahal, hal yang menjadi tuntutan perkembangan globalisasi adalah literasi. Kemajuan zaman teknologi dan cara berliterasi masyarakat harus seimbang.
Baca Juga: Pentingnya Gerakan Literasi Digital untuk Generasi Milenial
Literasi adalah suatu kemampuan seseorang dalam menggunakan keterampilan dan potensinya untuk mengolah dan memahami informasi dalam aktivitas membaca, menulis, berhitung, serta memecahkan masalah.
Menurut Najwa Shihab, dalam acara virtual peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) bahwa banyak masyarakat mengartikan literasi hanya sebatas membaca atau menulis, padahal literasi juga merupakan kemampuan menalar yang berkaitan dengan kompetensi manusia dalam berpikir dan memproses informasi. Indonesia merupakan negara dengan angka minat baca yang rendah.
Berdasarkan survei yang dilakukan Program for Internasional Student Assessment (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada tahun 2019, Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara, atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.
Selain itu, menurut UNESCO minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,0001 persen. Selain minat baca masyarakat Indonesia yang sangat rendah, kemudahan akses yang ditawarkan media teknologi malah menimbulkan banyak sisi negatif jika tidak dipahami dengan benar dan bijak cara penggunaannya.
Contoh dampak negatif dari kurangnya literasi digital adalah maraknya penyebaran berita hoaks, penipuan daring, perundungan siber, ujaran kebencian, dan radikalisme. Di sinilah peran penting literasi terhadap masyarakat dalam menunjang keseimbangan berteknologi.
Literasi harus mempu menjawab berbagai persoalan dan harus mampu menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sehingga konsep dasar dari literasi dapat diterima oleh masyarakat.
Dalam era digital saat ini seharusnya menjadikan budaya literasi di berbagai tempat lebih cepat meningkat, mengingat adanya media teknologi yang mempermudah akses ke berbagai bentuk literasi.
Baca Juga: Hoaks: Lolongan Maut Perusak Moral Bangsa
Peningkatan budaya literasi akan berdampak positif pada kemampuan seluruh masyarakat Indonesia untuk berpikir rasional dan kritis dalam merefleksikan kehidupan sehari-hari, terutama ketika menghadapi tantangan globalisasi.
Indonesia juga akan menghadapi kekurangan sumber daya manusia yang cerdas dan berkualitas ketika generasi penerus dan generasi muda kehilangan motivasi membaca sehingga berkurangnya kapasitas diri secara mandiri.
Oleh karena itu, pemajuan dan penguatan budaya literasi akan membantu mewujudkan pemerataan pendidikan, meningkatkan keterampilan, pemberantasan buta aksara, menghadapi tantangan globalisasi, serta meningkatkan pemahaman intelektual untuk mengubah taraf hidup masyarakat menjadi lebih baik.
Penulis: Azka Yasmina Qonita
Mahasiswa Pendidikan Matematika UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi