Tektonik Lempeng Mampu Memprediksi Potensi Terjadinya Bencana Geologi

Tektonik Lempeng
Ilustrasi Tektonik Lempeng (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Indonesia memiliki kondisi tektonik yang rumit. Kepulauan Indonesia merupakan pertemuan lempeng Pasifik dan lempeng Indo-Australia (di bagian timur), Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia (di bagian barat), serta lempeng yang lebih kecil (Lempeng Caroline dan Lempeng Laut Filipina).

Batas-batas lempeng dapat diperkirakan melalui zona gempa aktif, zona gerakan tanah di wilayah pegunungan, zona vulkanisme, zona magmatisme, dan zona hidrokarbon.

Perkiraan batas lempeng tektonik penting untuk mendukung penyelidikan dan penelitian sumber daya mineral, sumber daya energi, maupun sumber daya kewilayahan dapat diprediksi. Dalam studi sumber daya kewilayahan, batas lempeng-lempeng tektonik adalah sangat penting untuk antisipasi berbagai kebencanaan geologi.

Bacaan Lainnya

Teori Tektonik Lempeng mampu merubah cara pandang manusia dalam melihat struktur bumi, potensi kekayaan alam dan kebencanaan. Cara pandang Teori ini juga mampu menjelaskan keberadaan gunung berapi serta daerah-daerah yang rentan gempa.

Walaupun relatif baru, namun teori ini hampir sama dahsyatnya dengan teori relativitas yang dikemukakan Einstein. Semakin kita mengetahui Teori Tektonik Lempeng, semakin kita dapat memahami semua potensi, baik kekuatan maupun keindahan dari bumi yang kita diami ini.

Sebelum digunakannya terminologi “Tektonik Lempeng”, konsep bumi yang dinamis mula-mula di pelopori oleh Teori Continental Drift (Pergeseran Benua) yang diperkenalkan oleh meteorologist asal Jerman Teorinya menyatakan bahwa semua benua dulunya menyatu dalam satu super benua yang di sebut Pangea, namun kemudian terpecah menjadi kontinen-kontinen yang lebih kecil, lalu berpindah secara mengapung menempati posisinya seperti sekarang ini.

Tidak seperti Wegener, dalam menguraikan penyebab utama pergerakan kerak, Hess menggunakan Teori Arus Konveksi yang sebelumnya dikemukakan oleh Vening Meinesz pada Tahun 1930. Teori ini menjelaskan bahwa perpecahan benua dan pergerakan lempeng disebabkan oleh adanya perpindahan energi panas yang terjadi dalam lapisan astenosfer bumi.

Energi itu sendiri disebabkan oleh adanya peluruhan unsur-unsur radioaktif dalam inti bumi. Penemuan Hess ini banyak menginspirasi para Ilmuan, salah satunya adalah Seorang Ahli geofisika Kanada Bernama Wilson, Wilson banyak mengembangkan konsep yang penting bagi teori lempeng-tektonik.

Beberapa kontribusi Wilson diantaranya yaitu penemuannya tentang Teori Hotspot dan Teori Pergerakan Transform. Wilson juga yang pertama-tama menggunakan istilah lempeng dalam menjelaskan teori-teori nya.

Prinsip utama dari Teori Tektonik Lempeng adalah bahwa Bumi ini tersusun oleh lempeng-lempeng yang bergerak. Suatu lempeng dapat berupa kerak samudera, kerak benua, atau gabungan dari kedua kerak tersebut.

Adanya pergerakan lempeng ini disebabkan oleh adanya arus konveksi, yaitu berupa perpindahan energi panas yang terjadi di lapisan astenosfer.

Karena semua lempeng-lempeng tersebut bergerak, maka terjadilah interaksi antara satu lempeng dengan lempeng lainnya, interaksi tersebut berpusat di sepanjang batas dari lempeng-lempeng itu. Ada yang berbenturan, ada yang saling menjauh dan ada yang bergeser.

Setiap interaksi antar lempeng itulah yang kemudian menimbulkan dinamika di Bumi ini, baik perubahan morfologi, aktivitas vulkanisme, gempa bumi, tsunami dan sebagainya.

Walupun baru, namun Teori Tektonik Lempeng merupakan salah satu penemuan yang amat penting pada abad ini. Dengan lahirnya teori ini, para ilmuan telah mampu menafsirkan proses-proses geologi dan perkembangan bumi secara holistic, salah satunya karena teori ini mampu menghubungkan cabang-cabang ilmu kebumian tanpa menimbulkan kontradiksi satu sama lainnya.

Penerapan Teori Tektonik Lempeng yang salah satunya diaplikasikan melalui model-model tektonik lempeng, walaupun sederhana, tetapi telah mampu memecahkan banyak masalah geologi yang semula sulit dipecahkan, salah satunya yaitu dalam bidang eksplorasi dan bencana alam.

Model Tektonik lempeng mampu mengidentifikasi kemungkinan keterdapatan bahan galian pada suatu tempat. Indonesia contohnya, endapan emas di Indonesia banyak berasosiasi dengan model tektonik tipe konvergen (Magmatic Arc), sedangkan timah, khusunya daerah gugusan kepulauan Riau hingga Bangka Belitung dan sekitarnya banyak berasosiasi dengan zona Kolisi Lempeng Benua (Continental Collision).

Dalam bidang kebencanaan, model Tektonik Lempeng juga mampu mempredeksi potensi terjadinya bencana geologi secara regional, sehingga dapat dilakukan usaha untuk mengurangi akibat dari bencana tersebut atau disebut dengan mitigasi bencana.

Teori Tektonik Lempeng salah satunya melahirkan istilah “Ring of Fire” atau Negara yang dilalui oleh pertemuan dua lempeng yang saling bertubrukan sehingga berpotensi terjadinya letusan gunung api dan gempa bumi.

Daerah-daerah di Indonesia yang dilalui jalur ini diantaranya Sisi Barat Pulau Sumatra, dan Sisi Selatan Pulau Jawa. Pemerintah Indonesia pun sampai saat ini masih menjadikan teori Tektonik Lempeng sebagai panduan utama dalam menentukan perencanaan dan arah kebijakan mitigasi bencana. Dengan demikian jelaslah bahwa dengan lahirnya teori ini, kita patut bersyukur mampu menentukan lokasi-lokasi yang rawan akan bencana.

Teori Tektonik Lempeng memang semakin berkembang dan mendapat perhatian yang luas di antara para ahli kebumian, teori ini benar-benar telah memberikan sumbangsih yang sangat besar dalam bidang keilmuan, lebih jauh terhadap perkembangan peradaban manusia, salah satunya negara kita Indonesia.

Para ahli kebumian kitapun juga akhirnya mengetahui bahwa Gugusan Kepulaun Indonesia sendiri terbentuk oleh proses-proses pergerakan lempeng, dengan kata lain, melalui pemahaman yang baik akan teori ini, kita dapat memprediksi potensi sumber daya mineral dan kebencanaan di Indonesia yang pada akhirnya bertujuan untuk kesejahteraan bangsa.

Negara kita Indonesia secara geografis terletak pada wilayah yang disebut dengan Ring of Fire. Cincin Api merupakan kawasan di sekitar Samudera Pasifik yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi. Daerah ini disebut Cincin.

Kebakaran karena kawasan ini membentuk lingkaran atau cincin besar yang mengelilingi Samudera Pasifik. Kawasan ini banyak memiliki aktivitas seismik dan vulkanik karena terletak pada pertemuan lempeng tektonik yang bergerak bersama sepanjang cincin ini. Lempeng-lempeng bumi saling bertemu, bergerak, dan saling bertabrakan.

Dampak negatifnya adalah ketika lempeng-lempeng tersebut berinteraksi dapat menimbulkan bencana alam seperti gempa bumi, letusan gunung berapi bahkan tsunami, namun lempeng-lempeng tersebutlah yang menjadi latar belakang terbentuknya berbagai benua dan lautan seperti yang kita kenal sekarang.

tempat bertemunya 4 lempeng tektonik, tiga di antaranya merupakan lempeng utama. Sebelum membahas lebih jauh, alangkah baiknya jika kita mengetahui terlebih dahulu apa itu lempeng tektonik.

Jika kita berbicara tentang lempeng tektonik, maka tidak lepas dari teori lempeng tektonik atau terbentuknya bumi, dimana bumi terbentuk karena adanya pergerakan.

di bawah permukaan bumi menurut teori ini bumi mempunyai lapisan luar yang kaku disebut litosfer yang terdiri dari kerak bumi dan mantel bumi bagian atas yang isinya bersifat kaku dan padat yang biasanya mempunyai ketebalan sekitar 100 km di bawah lapisan litosfer.

Terdapat astenosfer yang berbentuk padat tetapi dapat mengalir seperti cairan dengan sangat lambat dan dalam skala waktu geologis yang sangat lama karena viskositas dan kekuatan gesernya yang rendah. Bagian mantel yang lebih dalam di bawah astenosfer menjadi lebih kaku, penyebabnya bukan suhu yang lebih dingin melainkan tekanan yang tinggi.

Lapisan litosfer terbagi menjadi lempeng tektonik. Di bumi terdapat 7 lempeng utama dan banyak lempeng yang lebih kecil. Lempeng litosfer ini menumpang di astenosfer akibat konveksi.

Astenosfer dan litosfer lempeng ini bergerak relatif satu sama lain dengan kecepatan yang berbeda-beda mulai dari 2-15 sentimeter per tahun. Interaksi lempeng tektonik bertanggung jawab atas berbagai formasi geologi seperti pegunungan Himalaya di Asia.

Lempeng Indo-Australia mempunyai luas kurang lebih 58,9 juta km² kemudian Lempeng Indo-Australia terbentuk dari perpaduan lempeng antara Lempeng Australia dan Lempeng Hindia jutaan tahun yang lalu dan beberapa tahun yang lalu atau ketika Lempeng Eurasia dan lempeng Indo Australia saling bertabrakan, terbentuklah pegunungan Himalaya.

Selain itu, beberapa peneliti yang meneliti lempeng Indo-Australia meyakini bahwa lempeng India dan lempeng Australia merupakan dua lempeng yang terpisah satu sama lain beberapa juta tahun lalu.

Di Indonesia, Lempeng Indo-Australia terletak di wilayah timur seperti Pulau Papua dan juga Pulau Nusa Tenggara Timur yang kemudian saling terhubung.

Dengan lempeng Eurasia di sebelah barat dan di utara terdapat lempeng pasifik yaitu lempeng Eurasia, lempeng berikutnya di indonesia adalah lempeng Eurasia, lempeng ini diperkirakan mempunyai luas kurang lebih 67,8 juta km² karena lempeng ini merupakan cukup besar , piring ini sudah termasuk dalam piringnya.

Terbesar ke-3 di dunia, bahkan hampir seluruh wilayah benua Eropa dan Asia berada di lempeng ini. Selain itu, banyak sekali skema geologi yang terjadi pada lempeng Eurasia, bahkan beberapa skema geologi yang terjadi cukup besar, salah satunya adalah terbentuknya pegunungan Himalaya dan juga terbentuknya danau Laut Kaspia, danau ini telah menjadi danau terluas di dunia hingga saat ini.

Lempeng Eurasia dapat dikatakan sebagai lempeng yang paling aktif secara geologis, oleh karena itu pada daerah yang dilalui lempeng ini biasa terjadi peristiwa vulkanik dan gempa bumi di wilayah Indonesia.

Yang dilalui lempeng ini merupakan pulau-pulau besar seperti Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, dan Pulau Kalimantan, maka dari itu dapat dikatakan lempeng Eurasia merupakan dasar negara Indonesia, saat ini Lempeng Pasifik, lempeng ketiga yang mengelilingi indonesia adalah lempeng pasifik, ini Lempeng Pasifik.

Diperkirakan mempunyai luas kurang lebih 103.3 juta km², oleh karena itu lempeng ini merupakan lempeng terbesar di dunia saat ini.

Selain itu, lempeng ini terletak di bawah Samudera Pasifik mulai dari bagian utara Pulau Papua, Indonesia. Secara umum Lempeng Pasifik dapat dikatakan merupakan kerak dari lautan, kecuali di daerah sekitar Kalifornia dan Selandia Baru, bahkan lempeng ini cukup berperan dalam terbentuknya Kepulauan Hawaii.

Awalnya Kepulauan Hawaii merupakan gunung berapi yang berada di bawah laut, kemudian terdorong ke atas hingga membentuk daratan yang ada jutaan tahun lalu. kemudian pembentukan gunung berapi ini terjadi melalui beberapa titik di Lempeng Pasifik,

Kemudian pada masing-masing batas terluar lempeng tersebut Samudera Pasifik ini membentuk cincin api di dasar Samudera Pasifik, di mana cincin api tersebut menyebabkan terjadinya gunung berapi di beberapa wilayah. Lempeng Laut Filipina.

Lempeng ke-4 yang mengelilingi Indonesia selanjutnya adalah Lempeng Laut Filipina. Jika ketiga lempeng sebelumnya termasuk dalam kategori makro, maka Lempeng Laut Filipina merupakan lempeng laut mikro, hal ini dikarenakan lempeng ini mempunyai luas kurang lebih 5,5 juta km², Lempeng Laut Filipina terletak di wilayah utara.

Pulau Halmahera Waigeo Pulau Papua, selain itu juga terletak di bagian terluar Kepulauan Sangihe Talaud, Lempeng Laut Filipina ini bersentuhan langsung dengan tiga lempeng makro yang ada di Indonesia yaitu Lempeng Eurasia,

lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik, masing-masing lempeng di Indonesia mempunyai pergerakan yang berbeda-beda, seperti lempeng Indo-Australia yang bergerak ke arah timur laut dengan kecepatan 7,7 cm per tahun, lempeng Pasifik yang bergerak ke arah barat laut dengan kecepatan sebesar 10,2 cm per tahun, sedangkan lempeng Eurasia relatif tidak bergerak di wilayah Indonesia sendiri.

Gerakan tumbukan dapat menimbulkan gunung berapi mulai dari ujung utara Pulau Sumatera hingga Pulau Jawa, Pulau Bali, Nusa Tenggara Timur. terus berlanjut hingga mengarah ke timur, berbelok ke arah Maluku.

Oleh karena itu, terdapat bukti bahwa pergerakan dampak masih berlangsung. Akibat pergerakan tersebut, di Indonesia sering terjadi gempa tektonik yang kemudian dapat membahayakan masyarakat sekitar.

Dampaknya juga membuat Indonesia menjadi sebuah negara. dengan negara kepulauan terbesar di dunia yang sangat kompleks dan unik, oleh karena itu sering kita jumpai berbagai bentuk pantai, palung laut, gunung aktif dan patahan sehingga rawan terhadap gempa tektonik. 

 

Penulis:Keysar Zidan Ramadhan
Mahasiswa Teknik Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.