Tela’ah Kualitas Terjemahan Al Qur’an dan Pendapat Ulama Syekh Nawawi tentang Perenggut yang akan Dihadapi Manusia Setelah Wafat

Tela’ah Kualitas Terjemahan Al Qur’an

Surat Muhammad Ayat 24, Hadits Nabi dari Abdullah Ibnu Mas’ud No. 1548

Pendahuluan

Sebelum itu perlu kiranya kita ketahui dalam konteks menerjemahkan suatu bahasa, adakalanya  mutarjim perlu mengetahui macam-macam terjemahan dari segi umum-nya. Apa saja? Pertama  terjemahan kata demi kata, kedua terjemahan harfiyah, dan ketiga terjemahan bebas.[1] Dengan bekalan pemahaman yang baik dari macam-macam terjemahan itu,  mutarjim bisa lebih selektif dan diskriminatif dalam menggunakan macam penerjemahan yang sesuai dengan tujuan. Di samping itu, mutarjim juga diperkenankan memiliki pengetahuan dan keterpahaman mengenai apa saja syarat-syarat, tahapan-tahapan, dan macam-macam dalam sistem penerjemahan serta metode dan pendekatan apa yang akan diambilnya.

Aktualnya, kegiatan menerjemahkan memang bertitik fokus pada pengalihan bahasa sumber (Bsu) kedalam bahasa sasaran (Bsa) Dalam suatu pengalihan bahasa sumber  ke dalam bahasa sasaran artinya di sini seorang mutarjim berusaha dan memproses penyampaian makna dan  pesan yang ada di dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan catatan tidak mengubah maksud dan  pesan di dalamnya. Pengalihan Bsu ke Bsa, pembentukan kalimatnya pun harus dhohir/jelas sehingga bisa mudah untuk dipahami karena tepat sasaran dan jelas.[2] Disisi lain suatu terjemahan bisa dilabelkan kurang, wajar, tepat sasaran, baik, dan sangat baik. Terjemahan yang sifatnya berkualitas ialah terjemahan yang banyak rujukan dari pembaca, banyak dipublikasi, dan penggarapan dalam waktu lama oleh tim ahli. Itu merupakan elemen-elemen yang menandakan terjemahan berkualitas dikutip dari Nida dan Taber (1982:172-173).

Bacaan Lainnya
DONASI

Pembahasan

Al Qur’an surat Muhammad ayat 24:

اَفَلَا يَتَدَبَّرُوۡنَ الۡقُرۡاٰنَ اَمۡ عَلٰى قُلُوۡبٍ اَقْفَالُهَا

Terjemahan: “Maka tidakkah mereka menghayati  Alquran ataukah hati mereka sudah terkunci?”

Kata verba  “يَتَدَبَّرُوۡنَ” diterjemahkan “menghayati”. mutarjim nampak menggunakan kata verba yang jarang digunakan. Sehingga ada kemungkinan bagi pembaca kadang tidak tahu maksud dari kata tersebut maka Akan lebih baik jika diterjemahkan memperhatikan. Dalam  KBBI online, mengahayati artinya mengalami dan merasakan sesuatu (dalam batin). Sedangkan memperhatikan berupa verba yang mencakup 4 arti yaitu membuat berhati, dan mengamati (dalam hati), mencermati, mengawasi. Artinya memperhatikan bisa dinyatakan suatu tindakan , keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya sehingga bisa mudah dipahami oleh pembaca karena makna nya dinamis.

Baca Juga: Analisa Penerjemahan QS. An Naml Ayat 19 dan Hadits 3 Amalan yang Tidak Akan Terputus

Tafsir kemenag menjelaskan kalimat” اَفَلَا يَتَدَبَّرُوۡنَ الۡقُرۡاٰنَ” dalam artian apakah orang-orang munafik itu tidak memperhatikan dan memahami ajaran-ajaran Allah yang terdapat dalam Al Qur’an, tidak pula merenungkan dan memikirkan-nya sehingga mereka mengetahui kesalahan sikap dan tindakan mereka selama ini?. Demikian pula pada tafsir yang lainnya seperti tafsir Jalalain, Ibnu Katsir, dan  Quraish shihab mendefinisikan يَتَدَبَّرُوۡنَ  dalam artian memperhatikan, memahami, dan memikirkan.[3]

Kalimat” “اَمۡ عَلٰى قُلُوۡبٍ اَ قۡفَالُهَا yang diterjemahkan “ataukah hati mereka sudah terkunci” kalimat ini bisa lebih mudah dipahami oleh pembaca jika diberikan keterangan pada kata “terkunci” seperti diterjemahkan menjadi “ataukah hati mereka sudah terkunci (tidak dapat memahami isi Al Qur’an)”.

Makna semantik dari petikan terjemah “menghayati Al Qur’an” penulis menganalisis kata “Al Qur’an” tersebut menunjukkan jenis Makna Denotatif yaitu makna yang menunjukkan hubungan antara konsep dengan dunia kenyataan-kenyataan. Kenyataan-kenyataan dalam konteks tersebut merujuk pada kata “Al Qur’an” secara denotatifnya memiliki konsep kitab suci yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad. Makna denotatif  itu pun bisa diartikan makna kognitif, konsepsi ataupun referensial[4].

Selain itu, pada kalimat عَلٰى قُلُوۡبٍ اَ قۡفَالُها” “  diterjemahkan “hati mereka sudah terkunci” ini terkesan literalis, eksklusif, dan sangat sederhana dalam mendefinisikan-nya.

Strategi yang digunakan terjemahan di atas cenderung menggunakan strategi struktural.

Ditinjau dari aspek linguistik, Mutarjim lebih mengedepankan dan menggunakan metode penerjemahan harfiyah. memperhatikan dan menempatkan bahasa sasaran (makna-nya) sesuai dengan susunan teks sumber dan urutan nas-nya. Metode harfiyah ini bisa di artikan  metode lafdziyah atau musawiyyah[5]

Kualitas terjemahan baik. Tidak ada kesalahan makna, ada kata yang kurang sesuai dalam  memadanankan kata ke dalam bahasa sasaran sehingga kurang mudah dipahami, Keberterimaan terjemahan agak kurang mudah dipahami  pada kata terkunci. sehingga pembaca kurang paham maksud dari kata terkunci itu, Keakuratan dan keterbacaan teks  sudah baik,

  • Dalam sebuah penggalan hadis no.1548, Rasulullah SAW bersabda :

وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

Terjemahan : “… Hindarilah dusta, sebab kedustaan itu akan menggiring kepada kejahatan  , dan kejahatan itu akan menjerumuskan ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan memelihara kedustaan, maka ia akan dicatat sebagai pendusta  di sisi Allah.”

Kalimat وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ  diterjemahkan “hindarilah dusta” ada terjemahan yang kurang sesuai dengan yang terkandung dalam bahasa sumber yaitu mutarjim tidak menerjemahkan dhamir yang terdapat pada kalimat tersebut. kata “hindari” berarti menjauhkan diri. sebaiknya diganti dengan ‘jauhi” yang berarti pergi menghindar jauh dan meninggalkan. Jadi akan lebih baik jika diterjemahkan “dan jauhilah kalian dari kebohongan”.

Baca Juga: Metode Penafsiran dengan Pendekatan Ma‘Na-Cum-Maghza

Kata “الْكَذِبَ” diterjemahkan “Dusta”. Sebetulnya al-kadzib bisa berupa dusta atau bohong. Kata dusta dan kata bohong punya arti tersendiri. Dilihat dari KBBI online, “dusta” mempunyai arti  tidak benar (tentang perkataan); bohong;.[6]  sedangkan kata “bohong”  berarti  : tidak sesuai dengan hal (keadaan dan sebagainya) yang sebenarnya; dusta;.[7]  Dengan begitu, al-kadzib tidak bisa hanya dipahami sebagai bentuk kebohongan dalam tuturan atau  perkataan saja tetapi  juga meliputi tindakan dan keyakinan yang tidak sesuai (dusta).

Kata الْفُجُورِ diterjemahkan “kejahatan” selain itu juga bisa berarti kejahatan yang berupa kemaksiatan, keburukan. Jika dilihat dari Ism Fail Al fajir yang berarti orang yang hidup di dunia banyak melakukan dosa dan melanggar aturan agama. Kata al fujur (keburukan)  keterbalikan dari kata Al Birru (kebaikan).

kalimat يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا maknanya orang yang selalu berbohong secara terus menerus akan di cap sebagai pembohong dan kebohongan itu akan disebarkan ke seluruh penghuni bumi.[8]

Strategi dalam terjemahan di atas ada yang menggunakan strategi semantis penghapusan. beberapa teks Bsu yang tidak diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran. Seperti dhamir yang tidak diterjemahkan. Tetapi pesan bahasa sumber masih bisa dipahami oleh pembaca.

Kata verba ” يَهْدِي” posisi pertama di terjemahkan menggiring (kepada kejahatan) sedangkan, pada posisi kedua kata verba  يَهْدِي diterjemahkan menjerumuskan (ke neraka). Ini merupakan memadankan bahasa sumber ke dalam bahasa penerima supaya pembaca paham akan makna yang sebetulnya.

Ditinjau dari aspek linguistik semantik, Mutarjim menggunakan metode penerjemahan komunikatif. Teks sasaran bisa langsung diterima dan dipahami oleh pembaca entah itu dari kebahasaannya ataupun dari segi isinya. karena dalam metode ini mengusahakan dan mengelola makna kontekstual. Metode ini juga sifatnya komunikatif  dalam artian mementingkan dan berfokus kepada si pembaca maupun tujuan penerjemahannya.[9]

Kualitas terjemahan cukup baik. Ketepatan pengungkapan pesan ke dalam bahasa sasaran sudah cukup baik, ada teks bahasa sumber (dhamir) yang tidak diterjemahkan tetapi masih bisa dipahami oleh pembaca, teks terjemahan dinamis sehingga bisa lebih mudah dipahami, dan juga natural.

  • Pendapat Ulama:  Menurut Syekh Nawawi, sebagian ahli hikmah pernah berkata: 

يستقبل ابن ادم أربع نهبات: ينتهب ملك الموت روحه، وينتهب الورثة ماله، وينتهب الدود جسمه، وينتهب الخصماء عمله

Terjemahan : “Manusia pasti akan menghadapi empat perenggut : berikut. yaitu pertama, malaikat maut akan merenggut nyawanya. Kedua, ahli waris akan merenggut harta bendanya (setelah dia mati). Ketiga, belatung  akan merenggut jasadnya (di dalam kubur). Keempat, orang yang pernah dizalimi akan merenggut amalnya.”

Kata “ابن ادم “ diterjemahkan “manusia”  jika dikaji secara kata demi kata ابن diartikan “anak” dan kata ادم artinya “Adam” jadi ابن ادم artinya “anak adam”. Dengan Ini berarti prosedur terjemahan yang dipakai mutarjim yaitu prosedur Modulasi. Artinya mutarjim memadankan kata yang secara semantik arti dan maknanya itu berbeda tapi tetap menyampaikan maksud dan pesan yang sama.[10]

Kata  verba ينتهب  pada posisi pertama diterjemahkan merenggut (nyawanya) maksud dari kata itu mencabut (nyawanya). Posisi kedua diterjemahkan merenggut (harta bendanya) maksud dari kata itu mengambil (hartanya). Begitu pula pada posisi ketiga dan keempat, mutarjim menggunakan padanan makna yang mendekati padanan bahasa sasaran dan diterjemahkan secara berulang.

Strategi yang digunakan pada terjemahan di atas yaitu strategi semantis penambahan, dan juga menggunakan strategi mengedepankan dan mengakhirkan. Mutarjim memasukkan informasi tambahan pada teks terjemahannya agar pembaca mudah memahami maksud dan pesan dari teks sumber. penambahan ini seperti pada kalimat (setelah dia mati) dan (di dalam kubur). Sedangkan strategi mengedepankan dan mengakhirkan terlihat pada kalimat  يستقبل ابن ادم  diterjemahkan “manusia pasti akan menghadapi”. Susunan kata dalam teks sumber ada yang dikedepankan dan ada yang diakhirkan. Yang semula posisinya di depan menjadi di akhir, dan yang di akhir menjadi di depan ketika diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran.

Terjemahan di atas memakai metode penerjemahan semantis yang berusaha tetap mempertahankan struktur semantis  serta makna kontekstual dari teks bahasa sumber. ungkapan dan idiom  dalam teks sumber tetap dipertahankan serta dilengkapi dengan keterangan.[11] Terjemahan di atas juga terlihat adanya pemakaian kata keterangan dan beberapa  kalimat penjelas supaya pembaca paham isi pesan dari teks sumber seperti  “berikut, akan, yaitu pertama, kedua, ketiga, keempat, (setelah dia mati),(di dalam kubur)”. Dari segi struktur kata dalam kalimat terjemahan di atas memang sama dengan struktur kata yang membentuk kalimat dalam Tsu. hanya saja mutarjim memasukkan penambahan pada beberapa kata.

Kualitas terjemahan cukup baik dan tepat sasaran. Keberterimaan terjemahan cukup terasa alamiah dan akrab bagi pembaca, Ada verba yang kurang pemadanan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran tetapi masih bisa dipahami dalam keseluruhan teks, tidak ada penyimpangan makna, keterbacaan teks terjemahan sudah cukup mudah dipahami oleh pembaca.

Kesimpulan

Terjemahan Al Qur’an surat Muhammad ayat 24.

  • Menggunakan metode penerjemahan lafdziyyah . memperhatikan dan menempatkan bahasa sasaran (makna-nya) sesuai dengan susunan teks sumber dan urutan nas-nya.
  • Strategi yang digunakan cenderung struktural
  •  Ada kalimat yang kesan-nya literalis, eksklusif, dan sangat sederhana dalam mendefinisikannya “عَلٰى قُلُوۡبٍ اَ قۡفَالُهَا” (hati mereka sudah terkunci)
  • Menggunakan kata verba yang jarang digunakan yaitu  (menghayati) Al Qur’an.
  • Kualitas terjemahan baik. (Tidak ada kesalahan makna, ada kata yang kurang sesuai dalam  memadanankan kata kedalam bahasa sasaran sehingga kurang mudah dipahami, Keberterimaan terjemahan agak kurang mudah dipahami  pada kata terkunci. sehingga pembaca kurang paham maksud dari kata terkunci itu, Keakuratan dan keterbacaan teks  sudah baik).

Baca Juga: Analisis Penerjemahan Surat An Nur Ayat 4: Hadist Tentang Menyambung Silaturahmi dan Berbuat Baik Kepada Sesama

Terjemahan Hadits  no. 1548

  • Menggunakan metode penerjemahan komunikatif. (mengusahakan dan mengelola makna kontekstual).
  • Strategi terjemahannya ada yang menggunakan strategi semantis penghapusan. (ada  teks Bsu yang tidak diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran) yaitu dhamir.
  • Kata verba يَهْدِي pada posisi pertama diterjemahkan menggiring dan pada posisi kedua menjerumuskan.
  • Kata  “الْكَذِبَ” diterjemahkan dusta dalam KBBI artinya tidak benar (tentang perkataan). Akan lebih baik jika diterjemahkan bohong artinya tidak sesuai dengan hal (keadaan dan sebagainya).
  • Kualitas terjemahan cukup baik. (Ketepatan pengungkapan pesan ke dalam bahasa sasaran sudah cukup baik, ada teks bahasa sumber (dhamir) yang tidak diterjemahkan tetapi masih bisa dipahami oleh pembaca, teks terjemahan dinamis sehingga bisa lebih mudah dipahami, dan juga natural).

Terjemahan Pendapat Ulama;

  • Menggunakan metode penerjemahan semantis. (berusaha tetap mempertahankan struktur semantis  serta makna kontekstual dari teks bahasa sumber).
  • Menggunakan strategi terjemahan semantis penambahan. Dan ada juga yang menggunakan strategi mengedepankan dan mengakhirkan.
  • Ungkapan dan idiom  dalam teks sumber tetap dipertahankan serta dilengkapi dengan keterangan.
  • Ada penambahan kata pada teks terjemahan (berikut, akan, yaitu pertama, kedua, ketiga, keempat, (setelah dia mati),(di dalam kubur)).
  • Kualitas terjemahan cukup baik dan tepat sasaran. (Keberterimaan terjemahan cukup terasa alamiah dan akrab bagi pembaca, Ada verba yang kurang pemadanan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran tetapi masih bisa dipahami dalam keseluruhan teks, tidak ada penyimpangan makna, keterbacaan teks terjemahan sudah cukup mudah dipahami oleh pembaca).

Daftar Pustaka

Nurachman, Teori dan Seni Menerjemahkan, hal. 54-58

Nurachman Hanafi, Teori dan Seni Menerjemahkan, (EndeFlores:Nusa Indah,1986) h.24

M Resky S, Surah Muhammad Ayat 24-28; Terjemahan dan Tafsir Al Qur’an (2020)

Ahmad Royani dan Erta Mahyudin, Kajian Linguistik Bahasa Arab (Jakarta, Publica Institute Jakarta, 2020), hal. 146.

Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia, Teori dan Praktik (2016)

Arti kata dusta – Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online

Arti kata bohong – Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online

Muhammad Rofiq Mualimin, Qur’an Hadits, Pentingnya Kejujuran (2013)

Abdul Munip, Strategi dan Kiat Menerjemahkan Teks Bahasa Arab-Indonesia (Yogyakarta, Bidang Akademik, 2008) hal.23

Rochayah, Pedoman bagi Penerjemah, hal. 55

Tamaddun, Jurnal Kebudayaan dan Sastra Islam, Vol.20,No.2, 2020

Syamsi Setiadi, Penerjemahan Arab-Indonesia (Jakarta, Maninjau Press; 2017) hal. 29


[1] Nurachman, Teori dan Seni Menerjemahkan, hal. 54-58

[2] Nurachman Hanafi, Teori dan Seni Menerjemahkan, (EndeFlores:Nusa Indah,1986) h.24

[3] M Resky S, Surah Muhammad Ayat 24-28; Terjemahan dan Tafsir Al Qur’an (2020)

[4] Ahmad Royani dan Erta Mahyudin, Kajian Linguistik Bahasa Arab (Jakarta, Publica Institute Jakarta, 2020), hal. 146.

[5] Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia, Teori dan Praktik (2016)

[6] Arti kata dusta – Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online

[7] Arti kata bohong – Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online

[8] Muhammad Rofiq Mualimin, Qur’an Hadits, Pentingnya Kejujuran (2013)

[9] Rochayah, Pedoman bagi Penerjemah, hal. 55

[10] Tamaddun, Jurnal Kebudayaan dan Sastra Islam, Vol.20,No.2, 2020

[11] Ibid, hal.24

Nurwulaningsih
Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab
UIN Syarif  Hidayatullah Jakarta

Editor: Diana Pratiwi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI