Berita mengenai naik turun persebaran Covid-19 kini telah menjadi asupan sehari-hari di dunia. Berbagai sektor kehidupan tidak bisa lari dari dampak pandemi Covid-19, salah satunya adalah sektor pendidikan. Sudah satu tahun lebih yaitu sejak dikeluarkannya Surat Edaran Mendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan COVID-19, pendidikan di Indonesia masih bertahan dengan pembelajaran jarak jauh atau daring. Berbagai polemik pembelajaran daring sudah banyak bermunculan, mulai dari kendala teknologi, jaringan, kuota, proses pembelajaran yang tidak maksimal, peserta didik yang tidak terkontrol, dan pendidikan karakter yang semakin luntur.
Menanggapi polemik yang telah disebutkan dalam pembelajaran daring di atas, pendidikan karakter menurut Berkowitz & Bier (2005:7) adalah penciptaan suatu lingkungan di sekolah yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan etika, tanggung jawab melalui model, dan pengajaran karakter baik melalui nilai universal. Pendidikan karakter ini penting dilakukan agar siswa tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga baik dalam etika, moral, dan spiritual, sehingga siswa mampu berakhlak mulia dan berkepribadian Indonesia.
Baca Juga: Wattpad: Gerakan Literasi Sekolah Daring
Integrasi Pendidikan Karakter
Dalam Al-Qur’an surat Al-Isra ayat 23-24 yang artinya “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada Ibu Bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam memeliharamu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”.
Ayat tersebut menjelaskan pentingnya pendidikan karakter anak di lingkungan keluarga yang diimplementasikan dengan hanya menyembah kepada Allah dan beretika baik kepada orang tua. Mestinya guru juga demikian, karena guru adalah orang tua kedua bagi siswa. Bisa dibayangkan, saat ini siswa lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah dimana sosok guru berperan menjadi orang tua mereka. Ini artinya, siswa juga harus patuh kepada guru, karena tidak mungkin bagi guru untuk memberikan ajaran yang buruk.
Baca Juga: Semiotika Teknologi dalam Pembelajaran Berbasis Online
Lunturnya Pendidikan Karakter
Lunturnya pendidikan karakter pada pembelajaran daring ditandai dengan perilaku siswa yang tidak disiplin, seperti jarang menyimak grup belajar sehingga tidak tahu kapan kelas daring akan dilaksanakan. Rasa tanggung jawab yang luntur, seperti keterlambatan saat mengumpulkan tugas. Nilai kejujuran yang mulai hilang saat siswa meremehkan ujian daring untuk bisa menyontek sepuasnya karena tidak ada pengawasan langsung dari guru. Dan yang sering terjadi adalah siswa mencari aman dengan menjadi makhluk gaib saat pembelajaran asynchronous. Pendidikan karakter siswa pada dasarnya memerlukan proses penanaman etika dan pengawasan secara langsung dari guru di lingkungan sekolah, sehingga menjadi hal yang wajar jika posisinya terabaikan selama pembelajaran daring yang pada akhirnya menyebabkan pendidikan karakter perlahan mulai luntur pelaksanaannya. Namun, bukankah setiap masalah pasti ada solusi? Oleh karena itu, mari mencoba melaksanakan kembali pendidikan karakter yang mulai luntur dalam pembelajaran daring di masa pandemi ini.
Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Daring
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melaksanakan pendidikan karakter pada pembelajaran daring adalah pertama, dengan bekerja sama antara guru dengan orang tua siswa untuk memberikan, menanamkan, dan mengawasi pendidikan karakter anak selama berada di rumah. Perlu diketahui bahwa dalam pembelajaran daring, tidak hanya guru yang bertanggung jawab penuh sebagai pengajar dan pendidik, tetapi orang tua siswa juga ikut bertanggung jawab sebagai pengganti peran guru selama pembelajaran daring di rumah. Apalagi bagi siswa TK dan SD yang masih awam dengan teknologi. Namun bagaimana dengan orang tua yang berkarir?
Bagi orang tua yang berkarir tidak mungkin untuk dapat mendampingi anaknya belajar setiap waktu. Oleh karena itu, pembelajaran tidak dapat selesai dalam beberapa jam saja. Para orang tua siswa dan guru bisa membuat kesepakatan untuk memperpanjang proses pembelajaran, misalnya dengan membuat video edukatif di Youtube yang dapat ditonton setiap waktu atau pengumpulan tugas satu minggu sekali. Dengan begitu orang tua siswa yang berkarir dapat mendampingi belajar anaknya setiap selesai bekerja.
Baca Juga: Penerapan Semiotika Teknologi sebagai Alternatif Media Pembelajaran di Masa Pandemi: Whatsapp
Hal lain yang dapat dilakukan orang tua selama pembelajaran daring adalah mengadakan pertemuan atau konsultasi atau mungkin parenting secara daring antara orang tua siswa dan guru untuk membahas perkembangan karakter siswa, menanamkan nilai-nilai keagamaan dan kedisiplinan kepada anak seperti mengajak salat tepat waktu, membiasakan anak untuk mempersiapkan dan membereskan peralatan belajarnya, dan membatasi waktu bermain gadget. Hal tersebut, selain mengajarkan kedisiplinan, juga dapat melatih anak untuk bertanggung jawab.
Selanjutnya, guru dapat memberikan motivasi-motivasi yang dilakukan misalnya pada awal pembelajaran. Hal ini selain dapat mempengaruhi siswa untuk beretika baik, juga dapat digunakan sebagai pengantar pembelajaran sehingga siswa lebih bersemangat dan tidak bosan.
Dengan demikian, pendidikan karakter tidak boleh luntur di masa pandemi hanya karena proses pembelajaran tidak dapat dilaksanakan secara langsung. Pendidikan karakter harus tetap dilaksanakan, karena moral dan etika anak bangsa ini perlu dibentuk dengan baik dan terus diperbaiki untuk menjadi bangsa yang berkualitas.
Sumber:
Santika, I Wayan Eka. 2020. Pendidikan Karakter pada Pembelajaran Daring. Dalam Jurnal IVCEJ, Vol 3 No 1.
Novia Mar’atur Rosyidah
Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Editor: Diana Pratiwi