Ulasan
Kampung Bena yang terletak di Nusa Tenggara Timur menjadi contoh nyata bagaimana sebuah komunitas tradisional dapat melestarikan serta menjaga tanpa dipengaruhi oleh perkembangan zaman, tidak bisa dipungkiri terdapat 0,2% kampung bena mengikuti perkembangan zaman, namun masih dalam konteks kebutuhan pokok.
Kampung Bena juga merupakan sebuah kampung megalitikum yang memiliki Sorang yang mengunjunginya. Karena keunikan tersebut, banyak pengunjung tertarik dengan keindahan yang ada di dalam kampung bena tersebut.
Salah satunya adalah mahasiswa Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Citra Bakti Ngada, program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar semester (PGSD) semester V.
Dengan semangat inovasi, mahasiswa ini menggagas kegiatan jurnalistik yang bertemakan “Transisi Baru Budaya Maju”, dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah jurnalistik sekaligus menggali informasi-informasi yang terkait tentang kebudayaan.
Melalui kegiatan ini, mahasiswa berupaya untuk mengenal kebudayaan dan tradisi-tradisi adat yang ada di kampung Bena. Di jantung kampung Bena, diantara rumah-rumah adat yang megah dan lembah yang hijau, terbentang kisah nyata tentang pendidikan.
Baca Juga:Â Pendidikan Budaya: Fondasi Harmoni Sosial dan Penanggulangan PencurianÂ
Pendidikan yang didapatkan tidak hanya sebatas teori di dalam kelas, mahasiswa prodi PGSD semester V membuktikan hal ini dengan terjun langsung ke lapangan dalam kegiatan jurnalistik di kampung Bena, mahasiswa menggabungkan ilmu pendidikan dengan semangat jurnalistik untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam mengaplikasikan teori-teori pembelajaran di lingkungan yang nyata.
Dalam kegiatan jurnalistik ini, banyak kegiatan-kegiatan yang dilakukan, seperti wawancara dengan tokoh adat mengenai kebudayaan dan pelestarian budaya di kampung Bena, pemberian materi oleh mahasiswa kepada anak-anak tentang pentingnya pelestarian budaya dan melakukan permainan tradisional (permainan hadang) bersama anak-anak SD di kampung tersebut.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang kampung bena, tradisi-tradisinya, peningalan-peninggalannya atau lebih spesifik ada apa dengan kampung bena kami mengajak para penggiat literasi untuk melihat tulisan-tulisan dalam warna transisi baru budaya maju.
Bersama mahasiswa STKIP Citra Bakti Ngada, program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar semester V akan merangkum dalam jurnalistik berikut ini.
Baca Juga:Â Pasar Jajan Tradisional Kampung Budaya Polowijen Mampu Dongkrak Ekonomi Kreatif
Hasil Wawancara
Dari 2 kegiatan yang dilaksanakan mahasiswa dalam lingkup jurnalistik yang di laksanakan dikampung Bena salah satunya adalah kegiatan wawancara dimana mahasiswa menggali mengenai budaya, peninggalan serta struktur administrasi yang berlaku di kampung wisata budaya Bena hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut:
Kampung Bena, siapa yang tak mengenal destinasi wisata yang memiliki sejuta keindahan yang mampu memanjakan mata.
Dengan nuansa budaya yang sangat begitu kental dari tata ruang serta peninggalan-peninggalan bersejarah bagi masyarakat setempat yang masih dijaga dari generasi ke generasi menamabah sakralnya tiap-tiap sudut dari kampung Bena ini sendiri.
Selain itu, ciri khusus yang mungkin berbeda dari kampung-kampung lainya menjadikan destinasi ini menarik banyak perhatian baik dari dalam negara bahkan samapai macan negara sehigga menjadikan kampung adat Bena layak menjadi destinasi pilihan untuk kita menikmati khasnya kultur dan peninggalan-peninggalan yang mampu membuat kita seakan pernah hidup ratusan tahun yang lalu.
Bertempat di Desa Tiwo Riwu, Kec. Jerebu’u, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, Indonesia ini adalah alamat dari kampung yang luar biasa ini.
Baca Juga:Â Peran Mahasiswa di Lingkungan Masyarakat dalam Melestarikan Budaya pada AnakÂ
Mungkin bagi masyarakat luar yang belum mengenal akan sedikit sulit mengetahui tempat ini namun kampung bena punya ciri khas yang luar biasa yang mampu membantu para pengenjung untuk mengunjunginya yakni kampung adat bena terletak di bawah kaki gunung berapi yang sering disebut masyarakat setemapat dengan sebutan wolo ine rie, yang merupakan salah satu gunung berapai tertinggi di kabupaten setempat.
Ditinjau dari jarak dan aksesnya kampung bena berjarak sekitar 10 KM dari pusat kota bajawa dan akses jalanya seperti transportasinya sudah baik sehingga para pengunjung dapat langsung tiba di kampung adat Bena.
Iklim yang berada di bena juga bersifat tropis namun rimbunya pepohonan dan desain bangunan yang ada membuat kampung adat Bena memiliki suhu yang sejuk dan tentunya kopi arabika hitam akan menjadi pelangkap yang sangat memanjakan.
Sistem Masuk Kampung Adat Bena
Kampung Adat Bena adalah salah satu desa adat terkenal di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sistem masuk ke Kampung Adat Bena biasanya melibatkan aturan tertentu yang bertujuan untuk menjaga kelestarian budaya dan adat istiadat setempat. Berikut sistem masuk yang perlu diperhatikan:
1. Tiket Masuk
Wisatawan biasanya dikenakan tiket masuk. Biayanya bervariasi dan biasanya digunakan untuk mendukung pemeliharaan kampung serta kesajahteraan masyarakat setempat. Biaya yang wajib dibayar oleh pengunjung per orang sebesar (Rp10.000-Rp20.000).
2. Pendaftaran di Pintu Masuk
Pengunjung akan diminta untuk mendaftar di pintu masuk dan terkadang menerima penjelasan singkat mengenai aturan dan etika yang harus dipatuhi selama berada di dalam kampung.
Selain atauran yang disampaikan, pengunjung awal masuk wajib dikenakan selendang sebagai pengalungan pada tamu yang datang berkunjung.
Baca Juga:Â Peran Mahasiswa Menjaga Budaya sebagai Ciri Khas Daerah dan Mendukung Pariwisata
3. Pakaian Sopan
Sebagai kampung adat yang berdestinasi wisata, pengunjung diharapkan mengenakan pakaian sopan untuk menghormati budaya lokal.
4. Panduan dan Larangan
Tidak diperkenankan mengganggu atau merusak benda adat. Pengunjung harus meminta izin sebelum mengambil foto, terutama kepada warga atau bagian tertentu dari kampung. Menghormati aktivitas adat yang mungkin sedang berlangsung.
5. Donasi Sukarela
Selain tiket masuk, pengunjung juga dapat memberikan donasi sukarela untuk membantu mendukung tradisi dan pemeliharaan kampung.
Kampung adat Bena sangat menjaga tradisi dan kearifan lokalnya, sehingga wisatawan diharapkan menunjukkan sikap hormat dan patuh terhadap aturan yang berlaku.
Kampung adat Bena memiliki 48 rumah adat dengan arsitektur yang unik dan indah, 45 diantaranya sudah diberi nama karena merupakan masyarakat asli kampung Bena,sedangkan 3 diantaranya tidak memiliki nama karena sebagai masyarakat sebaran dari masyarakat asli.
Selain rumah adat, terdapat juga 9 suku dengan nama suku masing-masing, yaitu suku Bena, suku Deru Lalu Lewa, suku Deru Solo Mai, suku Wato, suku Dizi Ka’e, suku Dizi Azi, suku Kopa, suku Ago, dan suku Ngadha.
Baca Juga:Â Peran Mahasiswa secara Kreatif dalam Melestarikan Budaya Lokal di Era Globalisasi
Susunan rumah-rumah di kampung Bena terlihat sangat unik karena bentuknya yang melingkar membentuk huruf U.
Di tengah perkampungan, batu megalitikum masih kokoh. Bahkan di seluruh lokasi perkampungan ada baru dari masa megalitikum yang tidak bisa di perkirakan berapa umurnya beserta sebuah bangunan yang biasa di sebut oleh masyarakat setempat, yaitu Ngadhu dan Bhaga.
Ngadhu merupakan simbol nenek moyang laki-laki, sedangkan Bhaga merupakan simbol nenek moyang perempuan. Di kampung Bena pun masih sangat kental sekali.
Masyarakat Bena di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT), merupakan salah satu komunitas adat terbesar di Pulau Flores. Mereka tinggal di ketinggian dengan pemandangan spektakuler ke arah Gunung Inerie.
Berikut adalah beberapa informasi umum tentang masyarakat Bena.
Kebudayaan dan Tradisi
Masyarakat Bena memiliki kebudayaan dan tradisi yang kaya, seperti:
Arsitektur Tradisional
Rumah-rumah adat dibangun dengan gaya arsitektur tradisional yang unik, menggunakan bahan-bahan alami seperti kayu, bambu, dan ilalang.
Ritual Adat
Upacara adat seperti Reba, yaitu perayaan tahun baru adat yang diadakan setiap awal tahun.
Baca Juga:Â Kearifan Lokal: Pandangan Hadis terhadap Ritual Adat Kemasyarakatan Desa Pasiraman
Sistem Matrilineal
Masyarakat Bena menganut sistem matrilineal, di mana garis keturunan diambil dari pihak ibu
Masyarakat Bena umumnya bermata pencaharian sebagai peladang dan peternak. Kaum wanita juga berprofesi sebagai penenun kain ikat tradisional
Agama dan Kepercayaan
Mayoritas penduduk Bena adalah penganut agama Katolik. Mereka juga meyakini keberadaan Yeta, dewa yang bersinggasana di Gunung Inerie dan melindungi kampung mereka.
Daya Tarik Kampung Adat Bena
Kampung Adat Bena menawarkan berbagai daya tarik yang memikat hati. Berikut beberapa daya tarik utama yang membuat kampung ini begitu istimewa:
Arsitektur Tradisional
Rumah-rumah adat di Kampung Bena dibangun dengan gaya arsitektur tradisional yang unik, menggunakan bahan-bahan alami seperti kayu, bambu, dan ilalang.
Atap-atap rumah yang melengkung tinggi dan struktur rumah yang berbaris rapi membentuk pemandangan yang menakjubkan.
Baca Juga:Â Kearifan Tradisional Warisan Nenek Moyang Menuntun Pembangunan Berkelanjutan di Kampung Naga
Megalitikum
Bena juga dikenal dengan situs-situs megalitikum yang tersebar di sekitar kampung. Batu-batu besar ini memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi, digunakan untuk berbagai ritual adat dan upacara keagamaan.
Kain Tenun Ikat
Salah satu daya tarik budaya di Bena adalah kain tenun ikat tradisional yang dibuat dengan tangan oleh penduduk setempat. Proses pembuatan kain ini melibatkan teknik dan keterampilan yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Tradisi Budaya
Tradisi budaya di Kampung Adat Bena sangat kaya dan beragam. Masyarakat Bena sangat menjunjung tinggi adat istiadat dan ritual yang telah diwariskan oleh leluhur mereka.
Beberapa tradisi budaya yang masih dilestarikan hingga saat ini antara lain:
1. Ritual Adat
Upacara adat seperti Reba, yaitu perayaan tahun baru adat yang diadakan setiap awal tahun, menjadi momen penting bagi masyarakat Bena. Ritual ini melibatkan tarian, musik tradisional, dan penyembahan kepada leluhur.
2. Sistem Matrilineal
Masyarakat Bena menganut sistem matrilineal, di mana garis keturunan diambil dari pihak ibu. Sistem ini mempengaruhi berbagai aspek kehidupan sosial dan budaya di kampung tersebut.
3. Gotong Royong
Nilai gotong royong sangat dijunjung tinggi di Kampung Bena. Setiap kegiatan besar, seperti pembangunan rumah atau upacara adat, dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh masyarakat.
Baca Juga:Â Kebersamaan Tanpa Batas: Gotong Royong di Kaliurang sebagai Wujud Harmoni Sosial
Aktivitas untuk Wisatawan
Wisatawan yang berkunjung ke Kampung Adat Bena bisa melakukan berbagai aktivitas menarik yang menawarkan pengalaman mendalam tentang kehidupan dan budaya masyarakat setempat. Berikut beberapa aktivitas yang bisa dilakukan.
1. Tur Kampung
Ketika berkunjung, kamu bisa mengikuti tur keliling kampung yang dipandu oleh penduduk setempat. Tur ini memberikan wawasan mendalam tentang sejarah, budaya, dan tradisi Bena.
Kamu bisa melihat langsung bagaimana rumah adat dibangun dan mengenal lebih dekat kehidupan sehari-hari masyarakat Bena.
Kampung adat Bena di Nusa Tenggara Timur adalah destinasi wisata yang menawarkan pengalaman tak terlupakan.
Dengan keindahan alamnya, kekayaan budaya, dan tradisi yang masih dilestarikan, Bena menjadi tempat yang harus dikunjungi bagi siapa saja yang ingin memahami lebih dalam tentang warisan budaya Indonesia.
Dari arsitektur tradisional hingga aktivitas sehari-hari masyarakatnya, setiap aspek di Kampung Bena menggambarkan harmoni antara manusia dan alam, serta penghormatan terhadap warisan leluhur.
Baca Juga:Â Proses Dinamis Terbentuknya Kebudayaan: Warisan, Inovasi, dan Tantangan Globalisasi
Jadi, jika kamu mencari destinasi yang menawarkan lebih dari sekadar pemandangan, Kampung Adat Bena adalah pilihan yang sempurna.
Untuk mengunjungi Kampung Adat Bena, kamu bisa memesan layanan perjalanan mulai dari tiket pesawat, hotel, sampai aktivitas lain di NTT melalui Traveloka.
Dengan menggunakan platform ini, kamu bisa bertransaksi dengan tenang karena keamanan data yang terjamin, serta pilihan akomodasi yang beragam. Perjalanan kamu mengunjungi NTT jadi lebih hemat karena adanya promo menarik yang ditawarkan.
Tradisi budaya di kampung adat Bena sangat kaya dan beragam. Masyarakat Bena sangat menjunjung tinggi nilai-nilai adat istiadat dan ritual yang telah diwariskan oleh leluhur mereka.
Beberapa tradisi budaya budaya Bena yang masih dilestarikan hingga saat ini adalah:
1. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial yang di mana partisipasi masyarakat untuk gotong royong membangun rumah adat.
Rumah-rumah adat di Kampung Bena dibangun dengan gaya arsitektur tradisional yang unik, menggunakan bahan-bahan alami seperti kayu, bambu, dan ilalang.
Atap-atap rumah yang melengkung tinggi dan struktur rumah yang berbaris rapi membentuk pemandangan yang menakjubkan.
Baca Juga:Â Kebaya Modern: Transformasi Budaya Mengikuti Fenomena Modernisasi
2. Pemandangan Alam
Kampung Bena terletak di ketinggian, memberikan pemandangan spektakuler ke arah Gunung Inerie yang menjulang gagah.
Selain itu, hamparan sawah dan kebun yang mengelilingi kampung menambah keindahan alam yang memukau.
Bena juga dikenal dengan situs-situs megalitikum yang tersebar di sekitar kampung. Batu-batu besar ini memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi, digunakan untuk berbagai ritual adat dan upacara keagamaan.
Berada di puncak bukit dengan latar Gunung Inerie membuat suasana kampung semakin eksotis. Dengan luas wilayah Kampung Bena kurang lebih 3 hektar dan sekilas menyerupai perahu. Kurang lebih 48 buah rumah yang saling mengelilingi dari 9 suku membentuk huruf U.
Setiap rumahnya pun memiliki hiasan atap yang berbeda satu sama lainnya berdasarkan garis keturunan yang berkuasa dan tinggal di rumah tersebut.
Sembilan suku tersebut, yaitu suki Bena, suku Dizi Azi, suku Dizi Kae, suku Wato, suku Deru Solamae, suku Deru Lalu Lewa, suku Ngada, suku Khopa, dan suku Ago.
Baca Juga:Â Perjuangan Hak Masyarakat Adat Suku Awyu
Untuk membedakan antara satu suku dengan suku lainnya dipisahkan berdasarkan sembilan tingkat keinggian tanah yang disebut Undakan.
Sementara itu, di tengah Kampung Adat Bena terdapat bangunan yang disebut Bhaga dan ngadhu. Ukuran dua bangunan ini lebih kecil daripada rumah.
Kedua bangunan tersebut merupakan simbol leluhur kampung yang berada di halaman tempat upacara adat sebagai media penghubung dan juga berfungsi sebagai lambang keberadaan suatu suku.
Kampung adat bena merupakan salah satu tempat yang ada di kabupaten ngada. Di mana kampung adat bena memiliki sistem pengelolaan yang terdiri dari beberapa bagian yaitu: pemerintah, lembaga yang bertugas dan masyarakat bena itu sendiri, dan di-support oleh pemerintah desa setempat dan pemerintah daerah.
Dalam kegiatan yang dilakukan adapun tumbuh niat dari para mahasiswa dan juga dosen dari mahasiswa sekolah tinggi keguruan dan ilmu pendidikan citra bakti program studi pendidikan guru sekolah dasar semester V yaitu mereka ingin membantu masyarakat kampung bena dengan mengetahui kepala desa Tiwo Riwu bapak Srilius Waso akan mempublikasikan kampung bena khususnya dalam mengatasi permasalahan yang masih dirasakan oleh masyarakat bena saat ini.
Selain itu, akan dilakukan pengajuan atau pembuatan proposal dalam membantu pengembangan dalam hal kuliner yang akan dikembangkan di kampung Bena yang dimana akan menjadi salah satu destinasi yang ingin dibuatkan dan selain itu pembuatan artikel atau karya tulis yang akan dilakukan agar pihak luar mampu mengetahui bagaimana kampung Bena, permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Bena, kebudayaan kampung Bena, kehidupan sosial masyarakat Bena, dan apa yang menjadi harapan masyarakat Bena demi kemakmuran, serta kemajuan masyarakat di kampung Bena.
Baca Juga:Â Peran Stakeholder dalam Mengoptimalkan Atraksi Budaya Kampung Adat Segunung sebagai Desa Wisata Budaya
Kemajuan yang dicapai oleh masyarakat kampung Bena dan masyarakat Bena sehingga menjadi salah satu kampung yang menjadi destinasti wisata budaya di kabupaten ngada tidak terlepas dari adanya kerja sama dari beberapa pihak, seperti masyarakat bena, pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi dan pemerintah pusat.
Di dalam masyarakat bena terdapat organisasi yang mengatur mengenai kampung bena yang disebut LP2AD yang dimana hal-hal yang berkaitan dengan kampung bena LP2AD akan berperan sebagai lembaga yang membantu dan menangani segala hal yang ada di kampung adat bena.
Di pemerintahan kabupaten adanya APBN kepada masyarakat bena melalui pihak desa yang akan membantu menyalurkan segal bantuan dari pihak kabupaten agar dapat dirasakan oleh masyarakat di kampung bena.
Pemerintah provinsi dan pemerintah pusat yaitu dari bidang pariwisata dan menkominfo yang juga memberikan bantuan seperti bantuan bagi pembangunan dari rumah ada masyarakat kampung bena dalam beberapa dekade dan juga sudah dirasakan oleh masyarakat kampung bena.
Dari kegiatan wawancara dan observasi yang dilakukan oleh para mahasiswa adapula kegiatan lain yang dilakukan yaitu kegiatan berupa pendampingan yang dilakukan kepada anak-anak di kampung Bena.
Anak-anak di kampung Bena yang mengikuti pendampingan bersama mahasiswa merupakan siswa yang menempuh pendidikan sekolah dasar di SDN Bena dari kelas III, IV, V dan VI.
Baca Juga:Â Mahasiswa/i Politeknik Pariwisata Lombok Melestarikan Budaya Tradisional Wayang Sasak di Desa Puyung
Kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh para mahasiswa dilakukan dengan melakukan pemberian materi tentang “Pelestarian Budaya dan Permainan Hadang.”
Siswa SDN Bena sangat antusias dalam mendengar dan menerima materi yang kami berikan.
Anak-anak juga banyak menceritakan tentang budaya-budaya yang ada di kampung Bena, seperti Reba, cerita rakyat yang ada di kampung bena, permainan-permainan tradisional seperti leke, gasing, dan sagu alu.
Mereka juga menceritakan tentang keterlibatan mereka dalam acara-acara adat, seperti Reba, ka sa’o, be’o sa’o, dan lain sebagainya.
Keterlibatan mereka di anggap sebagai upaya dalam melestarikan budaya adat yang ada di kampung bena agar warisan-warisan yang diturunkan dari nenek moyang tidak punah dan terus berkembang.
Kemudian siswa juga mengatakan bahwa cara mereka agar budaya mereka tidak pudar, yaitu dengan tidak menghilangkan permainan-permainan tradisional yang ada di kampung bena.
Baca Juga:Â Keindahan dan Kekayaan Budaya dalam Batik Indonesia
Setelah pemberian materi kami mengajak seluruh siswa untuk bermain hadang di tengah kampung bena.
Anak-anak sangat antusias dalam bermain hadang dan mereka sangat bersemangat dalam bermain hadang.
Dalam permainan hadang terdapat nilai yang terkandung didalamnya seperti nilai kerja sama, tanggung jawab dan melatih kekompakan tim.
Setelah bermain hadang kami kembali mengajak para siswa untuk berkumpul kembali di salah satu rumah adat untuk mengakhiri kegiatan pemberian materi dan permainan hadang.
Dengan adanya kegiatan di Kampung Adat Bena ini telah mencapai tujuannya selain pemenuhan tugas mata kuliah jurnalistik dan juga untuk menggali informasi kebudayaan adat Bena.
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi masyarakat dan lingkungan di Kampung Adat Bena.
Baca Juga:Â Kampung Adat Segunung dengan Sejuta Warna di Dalamnya
Melalui kegiatan ini, diharapkan perekonomian masyarakat Kampung Adat Bena dapat meningkat.
Peningkatan ekonomi akan berdampak positif pada kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan Kampung Adat Bena sebagai destinasi wisata budaya yang berkelanjutan.
Kegiatan ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat Kampung Adat Bena agar mampu mengelola potensi wisata budaya secara mandiri dan berkelanjutan.
Dengan pemberdayaan ini, diharapkan masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraan dan mempertahankan kelestarian budaya mereka.
Dengan Kegiatan ini juga merupakan contoh nyata kolaborasi yang sukses antara berbagai pihak untuk mendukung pelestarian budaya dan pengembangan Kampung Adat Bena.
Semoga kolaborasi ini dapat terus berlanjut dan menginspirasi kerjasama serupa di daerah lain.
Transisi menuju budaya progresif di desa adat Bena bukannya tanpa tantangan. Namun, upaya melestarikan budaya dan beradaptasi dengan perkembangan zaman menunjukkan semangat yang patut mendapat pengakuan.
Baca Juga:Â Pengaruh Pariwisata dalam Kehidupan dan Perekonomian di Kampung Naga Tasikmalaya
Kami berharap desa adat Bena dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam menyeimbangkan tradisi dan modernitas serta membangun masa depan yang positif, tanpa melupakan kekayaan akar budaya Masu.
Desa adat Bena membuktikan bahwa peralihan menuju budaya tinggi tidak serta merta meninggalkan tradisi.
Dengan memadukan kearifan lokal dengan teknologi dan inovasi, Bena mewakili jalan tengah yang menginspirasi. Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa pembangunan berkelanjutan dapat dicapai dengan menghargai dan melestarikan kekayaan budaya.
Sejarah desa adat Bena mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keseimbangan antara kemajuan dan pelestarian budaya.
Mari kita dukung upaya pelestarian budaya dan pembangunan berkelanjutan di seluruh Indonesia sehingga setiap daerah dapat menemukan jalannya sendiri menuju budaya mewah yang inklusif dan berkelanjutan.
Perkembangan desa adat Bena menjadi sebuah desa yang memiliki kebudayaan yang sangat maju memiliki banyak hal yang dapat diajarkan kepada kita.
Keberhasilan mereka dalam mengelola perubahan merupakan bukti pentingnya perencanaan yang cermat, keterlibatan masyarakat, dan pemahaman mendalam tentang nilai-nilai budaya.
Saya berharap kisah Bena akan menginspirasi kita semua. Desa adat Bena menunjukkan bahwa perubahan budaya progresif dapat dilakukan dengan tetap menghormati dan melestarikan tradisi ini adalah contoh yang menginspirasi bagi Indonesia.
Penulis: Mahasiswa STKIP Citra Bakti Ngada
Mahasiswa Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Citra Bakti Ngada
Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News