Tren Hijrah Kekinian Membawa Perubahan

tren hijrah

Hijrah kekinian merupakan istilah yang saat ini menjadi tren di kalangan remaja muslim di tanah air. Namun apakah tren hijrah ini benar-benar termasuk hijrah dan jihad di jalan Allah? Sebenarnya apa itu makna hijrah kekinian?

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’ (Q.S. Al-Baqarah: 218)

Peristiwa hijrah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam tradisi Islam merupakan sebuah sejarah yang sangat monumental dan memiliki arti yang sangat penting. Pada prinsipnya Allah subhanahu wa ta’ala. Tidak menjadikan suatu peristiwa dengan sia-sia, tetapi ada ibrah (pelajaran) yang patut diambil sebagai barometer terhadap kehidupan saat ini.

Bacaan Lainnya
DONASI

Secara harfiah, hijrah diartikan berpindah dalam konteks makani, yaitu perpindahan dari satu tempat ke tempat lain atau disebut juga dengan hijrah fisik. Akan tetapi secara maknawi, hijrah diartikan sebagai perpindahan dari suatu keadaan yang tidak baik kepada keadaan yang lebih baik, dari kebatilan menuju kebenaran, dari kekufuran menuju keislaman. Hijrah maknawi inilah yang dinyatakan oleh Ibnu Qayyim sebagai hijrah haqiqiyyah. Karena pada prinsipnya hijrah fisik itu sendiri merupakan refleksi dari hijrah maknawi.

Hijrah menjadi simbol pengorbanan yang luar biasa, karena secara ilmiah umumnya naluri manusia akan menyatakan ujian itu sungguh berat. Rasulullah SAW dan para sahabat berhijrah dari Mekkah ke Yastrib dengan segala daya yang dimilikinya, tenaga, pikiran, dan materi bahkan jiwa dan raga. Pelajaran yang dapat diambil dari pengorbanan ini adalah penegasan adanya perseteruan abadi antara kebatilan dan kebenaran.

Manifestasi penting dari peristiwa hijrah ini, menyangkut dengan motivasi dalam melakukan suatu perbuatan. Motivasi Rasulullah dan para sahabat untuk hijrah adalah memperoleh ridha Allah subhanahu wa ta’ala. Meskipun pada saat itu kondisi kaum muslim berada pada posisi yang sangat lemah dan teraniaya, namun prinsip keimanan yang ditanamkan Rasul mengantarkan mereka kepada optimisme akan datangnya kemenangan. Allah swt. Berfirman “Kebenaran itu datang dari Rabb-mu, maka jangan sekali-kali engkau termasuk orang yang ragu-ragu.” (Q.S. Al-Baqarah: 147)

Berkaca pada peristiwa hijrah Rasulullah SAW tersebut, fenomena hijrah di masa sekarang juga diartikan sebagai perubahan seseorang menuju kondisi yang lebih baik.

Misalnya, seseorang yang awalnya tidak menutup aurat, kemudian menyadari bahwa di dalam Islam terdapat perintah untuk menutup aurat, lalu ia pun memutuskan untuk menutup auratnya dengan hijab. Atau seorang anak band yang awalnya bertato, kemudian memutuskan untuk menghapus tatonya karena ingin taat kepada Allah. Apakah hal-hal positif seperti ini patut dicurigai? 

Terlepas dari pro-kontra yang muncul, fenomena gelombang hijrah kaum milenial ini sejatinya menunjukkan potensi besar kebangkitan Islam dari generasi milenial di Indonesia untuk masa depan umat. Maka, sudah seharusnya kita ikut mendukung perubahan positif dari kaum milenial ini. Apalagi fenomena hijrah ini mampu menjadikan kaum milenial bangga dengan identitas keislamannya.

Kita tentu akan merasa senang dan bangga ketika melihat semakin banyak generasi milenial yang gemar memakmurkan masjid, memadati majelis ilmu, sibuk menambah hafalan Al-Qur’an, kuat menjalin ukhuwah walaupun berbeda harakah atau mazhab, serta tekun mendalami ilmu agama di tengah minimnya pelajaran agama yang mereka dapatkan di sekolah atau kampusnya. 

Namun, kita tidak ingin fenomena hijrah kaum milenial ini hanya sekedar menjadi tren semata. Yang akan hilang seiring berkembangnya jaman, dan berganti dengan tren yang lebih modern.

Kita ingin agar kaum milenial tetap istiqomah dalam hijrahnya, sekalipun arus hijrah tidak sederas hari ini. Maka, perlu ada upaya untuk mengawal proses hijrah kaum milenial ini menuju perubahan dan hijrah hakiki sebagaimana hijrahnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam Dibutuhkan keteladanan, keikhlasan, dan kepemimpinan politik Islam yang kuat untuk mengawal gelombang hijrah ini.

Seluruh komponen masyarakat harus bersatu, merapatkan barisan demi membina generasi milenial ini menjadi generasi emas khairu ummah. Generasi yang akan membangun peradaban negara yang gemilang di masa mendatang.

Tim Penulis:

1. Annisya Alfanura
Mahasiswa Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Islam Indonesia

2. Nur Zaytun Hasanah
Alumni Mahasiswa Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia

Sumber :

https://www.republika.co.id/berita/puyv6k349/fenomena-hijrah-kaum-milenial

https://tirto.id/tren-hijrah-anak-muda-menjadi-muslim-saja-tidak-cukup-ds9k

https://aceh.tribunnews.com/2018/09/10/hijrah-kekinian

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI