Melansir dari data Dinas Kelautan Dan Perikanan bahwa sekitar 62% luas wilayah Indonesia adalah laut dan perairan dengan luas wilayah perairan mencapai 6,32 juta km².
Hal ini membuktikan bahwa Indonesia memiliki kecenderungan lebih banyak memiliki wilayah lahan basah.
Sebagian besar orang mungkin tidak asing lagi mendengar kata “lahan basah” atau “wetland” yang didefinisikan sebagai wilayah-wilayah yang dimana tanahnya jenuh dengan air, baik bersifat permanen (menetap) maupun musiman. Lahan basah juga sering disebut sebagai ekotone yaitu wilayah peralihan antara daratan dan perairan.
Salah satu contoh lahan basah yang biasa ditemui yaitu sungai. Tak jarang dari masyarakat yang bermukim di lahan basah menggunakan sungai sebagai sumber air dalam kehidupan sehari-hari. Tapi, sayangnya mereka seringkali tidak dapat mengelola lahan basah tersebut dengan baik.
Permasalahan yang biasa ditemukan yaitu kebiasaan masyarakat sekitar yaitu membuangan sisa kegiatan sehari-hari yang tentunya dapat menimbulkan masalah kesehatan dan lingkungan.
Pada intinya, setiap individu memerlukan kondisi kesehatan dan lingkungan yang baik untuk mendukung kelangsungan hidupnya.
Tindakan yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar wilayah sungai, seperti pembuangan sampah sembarangan, pembangunan rumah di dekat sungai, atau pembuangan langsung limbah rumah tangga ke sungai, berdampak pada kualitas air sungai.
Hal ini disebabkan oleh kurangnya fasilitas penanganan sampah yang membuat masyarakat kesulitan dalam mengelola sampah dengan benar.
Pencemaran sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat berpotensi memberikan dampak buruk bagi manusia dan lingkungan, dampak yang dihasilkan seperti:
1. Dampak terhadap kesehatan
Sampah yang tidak ditangani dengan baik terutama sampah basah yang dicirikan dengan bau busuk, berair, dapat berpotensi menjadi tempat bersarangnya dan berkembang biak berbagai macam vektor penularan penyakit.
Vektor ini seperti lalat, kecoa, nyamuk, dan tikus. Vektor ini dapat menularkan berbagai macam penyakit saluran pencernaan seperti penyakit disentri, kolera, typus, demam berdarah dengue, elephantiasis (kaki gajah) dan malaria.
2. Dampak terhadap lingkungan
Membuang sampah sembarangan dapat mencemari lingkungan. Sampah yang dibuag sembarangan, seperti yang terdapat di selokan dan sungai, dapat mencemari udara dan mengganggu kehidupan organisme yang ada di dalam air. Saat musim hujan, tumpukan sampah bisa mengakibatkan banjir.
Selain itu, sampah yang tidak segera dipindahkan ke lokasi pembuangan akhir dapat menimbulkan bau tidak sedap dan berdampak negatif terhadap kualitas udara di sekitar pemukiman, pusat perbelanjaan, tempat wisata, dan lain sebagainya.
3. Dampak terhadap keadaan sosial dan ekonomi
Nilai estetika dan pesona suatu lokasi dapat berkurang karena adanya sampah. Tingkat kenyamanan lingkungan bisa menurun jika terdapat sampah yang dapat menimbulkan busuk.
Selain itu, pembuangan sampah yang tidak tepat dapat mengakibatkan pengeluaran biaya yang tidak terduga seperti biaya perawatan medis yang mahal untuk penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau virus yang berasal dalam sampah.
4. Dampak terhadap pariwisata
Membuang sampah sembarangan di sekitar wilayah lahan basah yang menjadi destinasi pariwisata dapat menurunkan wisatawan yang ingin berkunjung ke wilayah tersebut.
Wisatawan seharusnya menikmati keindahan dan kenyamanan bukannya merasa tidak nyaman dengan pemandangan sampah-sampah berserakan.
Sampah yang berserakan akan memungkinkan wisatawan untuk berganti destinasi dan tidak kembali lagi kesana. Saat tidak ada lagi wisatawan yang berkunjung, hal ini tentunya akan berimbas kepada pandangan orang-orang terhadap daerah tersebut.
5. Dampak terhadap kualitas air
Membuang sampah sembarangan di sekitar wilayah lahan basah yang menjadi destinasi pariwisata dapat menurunkan wisatawan yang ingin berkunjung ke wilayah tersebut.
Wisatawan seharusnya menikmati keindahan dan kenyamanan bukannya merasa tidak nyaman dengan pemandangan sampah-sampah berserakan.
Sampah yang berserakan akan memungkinkan wisatawan untuk berganti destinasi dan tidak kembali lagi kesana. Saat tidak ada lagi wisatawan yang berkunjung, hal ini tentunya akan berimbas kepada pandangan orang-orang terhadap daerah tersebut.
Pencemaran air di sekitar pemukiman lahan basah akibat pembuangan sampah secara sembarangan memberikan dampak buruk bagi kesehatan masyarakat, terutama dalam peningkatan kejadian kasus diare serta biaya pengolahan air baku untuk diminum yang terus meningkat.
Pada saat musim kemarau datang, kualitas air yang sudah tercemar berat menyulitkan proses pengolahan menjadi air yang layak minum.
Sampah yang dibuang oleh masyarakat secara sembarangan terutama ke sungai terdiri dari limbah padat dan cair rumah tangga seperti plastik, botol, dan juga air bekas cucian.
Hal ini terjadi karena minimnya ketersediaan sarana dan prasarana pembuangan sampah sehingga masyarakat kesulitan dalam membuang sampah dengan baik.
Dalam hal ini, pemerintahan dan masyarakat harus bersatu dan bersama-sama dalam menanggulangi dan mengurangi kejadian ini.
Pemerintah dapat memberikan fasilitas pembuangan sampah pada setiap wilayah, membuat peraturan yang mengikat, dan membuat papan larangan yang berisi sanksi dan denda pada masyarakat.
Masyarakat juga dapat membantu dengan membuang sampah pada fasilitas yang telah disediakan, mematuhi semua peraturan yang dibuat, dan memisahkan sampah sesuai kategorinya guna memudahkan pengolahan sampah selanjutnya.
Penulis:
- Fitria Valenza
- Sasha Tiara Maharani
- Amelia Amanda
- Adinda Intan Pratiwi
- Salsabila
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, Universitas Sriwijaya
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Referensi:
(Megasari dkk, 2015)
(Putra dkk, 2016)
(Wetlands Int. Prog Indo. Bogor, 2005)
(Tobing, I., 2005)