Wujud Cinta Negara: Lingkungan Harus Bebas Sampah Plastik

Sampah
Sumber: mongabay.co.id.

Hingga kini, penggunaan plastik masih sulit dihindari. Sebagai contoh sederhana, kita masih sering menggunakan kantong plastik sebagai pembungkus makanan dan hal lainnya. Plastik dianggap memiliki ketahanan yang cukup akan massa benda sedang dan ketahanan akan air.

Oleh karena itu, penggunaannya dapat dikatakan mudah dan ergonomis. Sementara itu, di sisi lain plastik tersebut terkadang hanya digunakan satu kali saja dan berakhir di tempat pembuangan akhir bersama-sama dengan sampah lainnya.

Penggunaan plastik sekali pakai dan dibuang secara sembarang dapat menyulitkan para pihak pendaur ulang sampah, yang salah satunya adalah para pemulung, dalam melakukan proses pengelolaan sampah yang berkelanjutan, aman, dan bersih.

Melalui hal ini juga, sampah-sampah yang ada akan menumpuk dan menciptakan gunungan sampah, seperti yang dapat kita lihat di TPA Bantar Gebang.

Bacaan Lainnya

Plastik adalah material polimer yang dibuat melalui proses polimerisasi, berbahan baku petrokimia seperti minyak bumi atau gas alam, guna membentuk rantai molekul panjang.

Dalam kehidupan sehari-hari, plastik digunakan untuk berbagai produk, seperti botol minuman, kantong belanja, dan kemasan makanan. Namun, setelah digunakan, plastik sering kali berakhir di tempat sampah.

Berdasarkan jenisnya, sampah atau limbah plastik dibagi menjadi tujuh kategori, yaitu PET (Polyethylene Terephthalate), HDPE (High-Density Polyethylene), PVC (Polyvinyl Chloride), LDPE (Low-Density Polyethylene), PP (Polypropylene), PS (Polystyrene), dan lainnya (Polycarbonate).

Meskipun begitu, hanya sebagian kecil masyarakat yang memilih mendaur ulang plastik, sementara sebagian besar lainnya masih membuangnya secara sembarangan, sehingga memperburuk masalah pencemaran lingkungan.

Baca Juga: Monitoring Pihak UPI ke TPS 3R Desa Cimenyan: Mendorong Pengelolaan Sampah dan Peningkatan Infrastruktur

Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara dengan jumlah populasi yang tinggi. Menurut data jumlah penduduk dari Badan Pusat Statistik Indonesia, pada pertengahan tahun 2024 angka penduduk di Indonesia mencapai 281.603,8 jiwa.

Melalui data tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa semakin banyaknya angka kehidupan yang ada, semakin tinggi pula angka limbah yang dihasilkan per harinya. Sebagai ilustrasi, dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita mendapatkan banyak sekali orang yang menggunakan plastik sebagai pembungkus tempat makan, pembungkus sampah, dan lainnya.

Jadi, bayangkan berapa banyak limbah plastik yang dihasilkan perharinya, jika itu baru dilihat dari segi lingkungan di sekitar kita saja.

Data lain juga memberikan bukti nyata mengenai praktik dari permasalahan ini. Yaitu fenomena tumpukan sampah menggunung di depan depo Kota Baru, Yogyakarta. Dalam artikel yang dipublikasikan oleh detik.com, gunungan sampah yang terdapat di depan depo Kota Baru memiliki tinggi mencapai 2 sampai 3 meter serta membentang luas kurang lebih 30 meter.

Sampah-sampah yang ada cukup beragam, yang pastinya didominasi oleh sampah rumah tangga. Sampah rumah tangga bisa berupa bungkusan plastik kecil untuk bumbu, plastik pembungkus sayur dan lain sebagainya yang tergolong sekali pakai.

Baca Juga: Mahasiswa Universitas Internasional Batam Khususnya Tim Damar Island Satu Ajak Anak-Anak Panti Asuhan Al-Amilin Tingkatkan Kesadaran Lingkungan melalui Edukasi Daur Ulang Sampah

Fenomena ini terjadi oleh karena ketidakpedulian masyarakat untuk membuang sampah sesuai dengan jadwal pengangkutannya, ditambah lagi dengan situasi depo atau tempat pembuangan sampah yang kurang dijaga dengan ketat.

Alhasil, banyak warga yang secara diam-diam maupun secara terang-terangan membuang sampah di area tersebut dengan jumlah yang lebih dan tidak beraturan.

Penggunaan plastik dapat membantu kehidupan kita menjadi lebih efisien dan mudah. Akan tetapi, penggunaan yang semena-mena dan tidak bertanggung jawab akan berdampak buruk pada lingkungan kita sendiri, yaitu menimbulkan pencemaran lingkungan.

Pencemaran lingkungan yang dapat diakibatkan dari permasalahan ini bisa berupa pencemaran air, udara, dan tanah, yang merupakan bagian penting dari kehidupan kita sehari-hari.

Untuk itu, pembatasan penggunaan plastik dan diganti menggunakan alternatif lain mesti dilaksanakan, seperti tempat berbahan dasar kain yang bisa dicuci dan dipakai ulang yang kini dapat ditemukan di e-commerce dengan harga terjangkau. Sehingga, jumlah limbah plastik yang kita keluarkan dapat mengurang, dan hal tersebut bersifat ramah untuk bumi.

Di sisi lain, pengelolaan limbah plastik secara bijak juga menjadi elemen penting dalam pencegahan pencemaran lingkungan, salah satu contohnya yaitu Plasticpay, ialah sebuah inisiatif yang menyediakan vending machine untuk menyetorkan botol plastik yang akan didaur ulang.

Baca Juga: Atasi Sampah Organik, Tim KKN-T Inovasi IPB University 2024 Ajak PKK Desa Sawahan Boyolali Buat Zona Biopori Rumah Tangga

Uniknya, pengguna mendapatkan poin berupa uang elektronik, seperti GoPay, OVO, atau Dana, dengan memindai barcode melalui aplikasi Plasticpay.

Hingga kini, lebih dari 800 vending machine tersebar di berbagai wilayah Indonesia, seperti Jabodetabek, Bandung, dan Bali, berhasil mengumpulkan dan mendaur ulang lebih dari 9,9 juta botol plastik menjadi produk ramah lingkungan, seperti totebag dan pouch. Kolaborasi ini menunjukkan potensi teknologi dalam mendukung pengelolaan sampah yang berkelanjutan.

Penggunaan plastik memang memberikan kemudahan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, penggunaannya memberikan dampak negatif terhadap lingkungan sangat signifikan. Sampah plastik yang tidak terkelola dengan baik mencemari tanah, air, dan udara, serta menimbulkan masalah lingkungan lainnya, seperti gunungan sampah.

Maka, demi mengurangi pengaruh buruk dari plastik, masyarakat perlu mulai membiasakan diri menggunakan alternatif ramah lingkungan, seperti kantong kain yang dapat digunakan ulang.

Pemerintah dan institusi pendidikan juga harus berperan aktif dalam memberikan edukasi tentang pengelolaan sampah, serta mendorong pendengar atau penonton untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Di sisi lain, pelaku usaha dan inovator teknologi dapat terus mengembangkan solusi kreatif yang mendukung daur ulang plastik. Dengan langkah bersama yang konsisten, permasalahan ini dapat diatasi secara bertahap.

Penulis: 
1. Jocelyn Clarissa Massari

2. Kathleen Kanaya Hutagaol
Siswa Jurusan Bahasa SMA Santa Ursula Jakarta

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses