Shalat merupakan ibadah utama dalam Islam yang memiliki dimensi spiritual dan fisik, sebagai rukun Islam kedua, shalat dilakukan lima kali sehari dengan gerakan yang terstruktur seperti berdiri, rukuk, sujud, dan duduk.
Dalam hadis, tata cara shalat yang benar telah dijelaskan secara detail untuk memastikan kesempurnaan ibadah.
Selain sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, gerakan shalat juga memiliki potensi manfaat bagi kesehatan tubuh.
Sebagai aktivitas rutin, shalat dapat dianggap sebagai latihan fisik yang bermanfaat jika dilihat dari perspektif medis.
Namun, kajian yang menghubungkan secara spesifik hadis-hadis tentang gerakan shalat dengan dampaknya pada kesehatan masih terbatas dilakukan.
Sholat, sebagai salah satu ibadah utama dalam Islam, tidak hanya memiliki nilai spiritual, tetapi juga menyimpan berbagai manfaat kesehatan yang telah dibuktikan melalui berbagai penelitian ilmiah.
Perspektif sains terhadap shalat membuka pemahaman bahwa setiap gerakan dan bacaan dalam sholat berkontribusi positif bagi kesehatan fisik dan mental, menjadikan ibadah ini sebagai sarana holistik untuk menjaga keseimbangan tubuh dan jiwa.
Setiap rangkaian gerakan dalam sholat, mulai dari berdiri (qiyam), rukuk, sujud, hingga duduk tasyahud, melibatkan hampir seluruh otot dan persendian tubuh.
Gerakan ini menstimulasi otot-otot besar dan kecil, memperbaiki fleksibilitas, serta meningkatkan kekuatan dan daya tahan tubuh.
Dari sudut pandang kesehatan mental, shalat memiliki efek terapeutik yang sangat signifikan. Dalam kehidupan modern yang penuh tekanan, kecemasan, dan stres, sholat hadir sebagai sarana relaksasi alami yang dapat membantu menenangkan pikiran.
Proses berwudhu sebelum sholat memberikan efek menyegarkan, karena melibatkan pembasuhan wajah, tangan, dan kaki area yang kaya akan saraf sensorik.
Kegiatan ini terbukti dapat mengurangi tingkat ketegangan, meningkatkan rasa tenang, dan memberi efek pendinginan pada otak.
Ketika seseorang berdiri menghadap kiblat dan mulai membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an dalam sholat, secara tidak langsung ia sedang melakukan aktivitas serupa dengan meditasi.
Bacaan dalam sholat yang berirama lembut memicu aktivitas gelombang otak alfa yang berkaitan dengan kondisi rileks dan fokus. Hal ini dapat mengurangi kadar hormon stres seperti kortisol, dan meningkatkan hormon serotonin serta endorfin yang memberikan rasa bahagia dan nyaman.
Keselarasan antara agama dan sains ini ditegaskan oleh banyak cendekiawan muslim yang menyatakan bahwa agama dan sains tidak saling bertentangan, bahkan saling memperkuat.
Banyak ayat Al-Qur’an yang selaras dengan temuan ilmiah modern, membuktikan bahwa ajaran Islam mendukung pengembangan ilmu pengetahuan untuk kemaslahatan manusia.
Dengan demikian, sholat adalah contoh harmonisasi antara ajaran agama dan prinsip-prinsip sains yang saling melengkapi dan memperkuat satu sama lain.
Maka dari itu, sholat, dari sudut pandang sains, terbukti memiliki keterkaitan erat dengan kesehatan fisik dan mental.
Gerakan dan bacaan dalam sholat tidak hanya menjadi bentuk ibadah, tetapi juga berfungsi sebagai latihan fisik yang menyehatkan tubuh, serta terapi mental yang menenangkan jiwa.
Dengan demikian, sholat menjadi contoh nyata bagaimana ajaran agama dapat selaras dengan prinsip-prinsip kesehatan modern, mendukung terciptanya manusia yang sehat secara jasmani dan Rohani.
Baca juga: Kesehatan Mental pada Remaja di Lingkungan Jenjang Sekolah Menengah AtasÂ
Penulis:Â Kholisna Milatina
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, UIN K. H. Abdurrahman Wahid Pekalongan
Editor: Anita Said
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News