Aktivitas Fisik sebagai Pilar Homeostasis Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II

Aktivitas Fisik sebagai Pilar Homeostasis Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II
Aktivitas Fisik Sehari-hari sebagai Homeostasis bagi Penderita Diabetes (Sumber: freepik.com)

Pendahuluan

Tubuh memiliki mekanisme mulai dari tingkat sel untuk beroperasi agar tidak menyimpang dari keseimbangan internal di mana keadaan ini dikenal sebagai keseimbangan dinamis, meskipun ada perubahan di lingkungan eksternal.

Perubahan-perubahan di lingkungan luar tersebut dapat mempengaruhi sistem internal dalam tubuh, sehingga harus dipertahankan untuk mencegah kematian sel, jaringan, dan organ melalui mekanisme homeostasis.

Regulasi homeostasis melibatkan kontrol lokal (respons parakrin dan autokrin) serta kontrol refleks yang melibatkan sistem saraf dan endokrin (Nasyafa, et. al., 2024).

Homeostasis merupakan konsep dasar fisiologi tubuh yang berperan dalam menjaga stabilitas internal serta tanggapan adaptif di dalam tubuh.

Bacaan Lainnya

Homeostasis sangat penting karena sel dan jaringan tubuh hanya akan tetap hidup dan dapat berfungsi secara efisien ketika kondisi internal ini dipertahankan dengan baik.

Semua sistem organ bekerja dengan cara saling bergantung untuk mempertahankan homeostasis.

Baca Juga: Manfaat Berolahraga untuk Kesehatan Tubuh

Homeostasis mengacu pada kemampuan tubuh untuk memelihara lingkungan internal yang stabil meskipun dapat menimbulkan perubahan, seperti suhu, udara, oksigen atmosfer, tingkat karbon dioksida, aktivitas fisik, paparan racun, penyakit, terapi obat, demam, dan diet.

Kegagalan tubuh yang melibatkan gangguan homeostasis dapat menyebabkan disfungsi dan kontrol terhadap organ dalam tubuh.

Di samping itu, homeostasis juga berperan dalam sistem endokrin untuk mengatur keseimbangan hormon serta regulasi hormon di dalam tubuh (Nasyafa et al, 2024).

Di dalam tubuh, sel bergantung pada kontrol terhadap kadar glukosa darah untuk mempertahankan fungsi fisiologis dalam tubuh.

Homeostasis glukosa diperoleh oleh jaringan dan berbagai hormon serta neuropeptida yang dilepaskan terutama dari otak, pankreas, hati, usus, serta jaringan adiposa dan otot.

Pankreas dalam regulator utama glukosa darah mewakili peran penting dengan mengeksresikan hormon insulin sebagai penurun gula darah dan glukagen (Nasyafa et al, 2024).

Baca Juga: Faktor-Faktor yang Memengaruhi Peningkatan Imunitas Tubuh

Isi dan Pembahasan

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah lebih dari nilai normal (≥ 200 mg/dL).

Apabila dibiarkan tak terkendali, penyakit ini akan menimbulkan penyakit–penyakit yang dapat berakibat fatal, seperti penyakit jantung, ginjal, kebutaan, dan amputasi (Anggraeni dan Alfarisi, 2018).

Diperkirakan pada tahun 2030 DM di Indonesia meningkat menjadi 21,3 juta.

Angka kesakitan dan kematian akibat DM di Indonesia cenderung berfluktuasi setiap tahunnya sejalan dengan perubahan gaya hidup masyarakat yang mengarah pada makanan siap saji dan sarat karbohidrat (Depkes RI, 2014).

Menurut World Health Organization (2014), Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dengan 8,426 juta orang.

Banyaknya penderita DM yang terus berkembang begitu cepat, maka banyak dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengurangi jumlah penderita dan meminimalisir dampak komplikasi DM yang sangat berkaitan dengan kadar gula darah yang terlampau tinggi dan dapat berujung pada kematian.

Baca Juga: 10 Manfaat Penting Vitamin untuk Tubuh dan Kesehatan

Langkah penanganan guna meminimalkan komplikasi DM tipe II dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan pengendalian.

Empat pilar utama pada pengendalian tersebut adalah berupa edukasi, perencanaan makanan, latihan jasmani, dan intervensi farmakologis.

Salah satu jenis latihan jasmani dapat dilihat dari aktivitas fisik. Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh dengan tujuan meningkatkan dan mengeluarkan tenaga atau energi.

Aktivitas fisik berperan dalam mengontrol gula darah tubuh dengan cara mengubah glukosa menjadi energi.

Aktivitas fisik merupakan intervensi yang baik untuk meningkatkan aksi insulin pada homeostasis glukosa pada individu sehat dan individu yang memiliki resistensi insulin seperti pasien DM melitus tipe II.

Efek aktivitas fisik yang menguntungkan ini disebabkan oleh adanya peningkatan aksi insulin dalam ambilan glukosa di otot rangka sehingga dapat menyebabkan penurunan kadar glukosa plasma.

Baca Juga: SIGAP (Solusi Gizi Anak Prima) Cegah Gizi Kurang Menuju Balita Sehat

Adaptasi otot skelet pada aktivitas fisik salah satunya peningkatan efek hemodinamik insulin.

Aktivitas fisik menyebabkan perubahan pada ekspresi atau aktivitas protein yang terlibat pada metabolisme glukosa pada otot rangka manusia.

Walaupun hanya terdapat beberapa observasi yang dilakukan pada otot manusia, sinyal insulin yang dapat menstimulasi pengambilan glukosa dapat meningkat pada beberapa kondisi aktivitas fisik.

Aktivitas fisik siklus pendek dapat meningkatkan insulin-stimulated phosphatidylinositol 3-kinase (PI3-K) activity (Anggraeni dan Alfarisi, 2018).

Manfaat dari aktivitas fisik adalah peningkatan besar dalam sensitivitas transpor glukosa akibat stimulasi insulin.

Selama aktivitas fisik terjadi peningkatan masukan glukosa ke otot dikarenakan adanya insulin independen yang mempengaruhi terjadinya peningkatan jumlah transporter GLUT-4 pada membran sel.

Baca Juga: Prototipe Alat Kontrol Kelembaban pada Ruang Fermentasi Teh Hitam Berbasis Internet of Things

Hal ini terjadi selama beberapa jam setelah aktivitas atau lebih panjang lagi disertai peningkatan sensitivitas insulin dengan aktivitas yang tetap (Ni komang, 2014).

Aktivitas fisik, terutama kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur, merupakan salah satu pilar penatalaksanaan diabetes melitus tipe II (PERKENI, 2015).

Latihan fisik teratur bersifat aerobik pada penderita diabetes dapat memperbaiki sensitivitas insulin dan menurunkan risiko cardiovascular.

Jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang merupakan latihan yang bersifat aerobik.

Frekuensi latihan dilakukan minimal 3-4 kali per minggu. Latihan fisik secara teratur dapat menurunkan kadar HbA1c (American Diabetes Association, 2015).

Efek sensitisasi insulin dari aktivitas akut hanya berlangsung singkat selama 48 jam jika tidak dibarengi dengan aktivitas lain.

Baca Juga: Mengenal Diabetes Melitus Lebih Awal: Yuk, Cek Gula Darah dan Kenali Gejalanya

Namun, pada aktivitas dalam jangka waktu lama dapat menginduksi peningkatan sensitivitas insulin otot ditunjukkan oleh peningkatan ekspresi atau aktivitas sinyal-sinyal protein yang mempengaruhi regulasi ambilan glukosa otot rangka.

Adaptasi otot skelet pada aktivitas fisik salah satunya peningkatan efek hemodinamik insulin.

Aktivitas fisik menyebabkan perubahan pada ekspresi atau aktivitas protein yang terlibat pada metabolisme glukosa pada otot rangka manusia hal ini menyebabkan meningkatnya aksi insulin pada homeostasis glukosa pada individu sehat dan individu yang memiliki resistensi insulin seperti pasien DM melitus tipe II.

Efek aktivitas fisik yang menguntungkan ini disebabkan oleh adanya peningkatan aksi insulin dalam ambilan glukosa di otot rangka sehingga dapat menyebabkan penurunan kadar glukosa plasma (Röder et al, 2016).

Dalam Canadian Journal of Diabetes, aktivitas fisik merupakan kunci dalam pengelolaan diabetes melitus terutama sebagai pengontrol gula darah dan memperbaiki faktor risiko kardiovaskular seperti menurunkan hiperinsulinemia, meningkatkan sensitivitas insulin, menurunkan lemak tubuh, serta menurunkan tekanan darah.

Aktivitas fisik sedang yang teratur berhubungan dengan penurunan angka mortalitas sekitar 45-70% pada populasi diabetes melitus tipe II serta menurunkan kadar HbA1c ke level yang bisa mencegah terjadinya komplikasi.

Aktivitas fisik minimal 150 menit setiap minggu yang terdiri dari latihan aerobik, latihan ketahan maupun kombinasi keduanya berkaitan dengan penurunan kadar HbA1c pada penderita diabetes melitus tipe II.

Baca Juga: Solusi Alami yang Efektif dan Aman dengan Obat Tradisional untuk Diabetes

Kesimpulan

Homeostasis merupakan proses dan mekanisme otomatis yang dilakukan makhluk hidup untuk mempertahankan kondisi konstan agar tubuhnya dapat berfungsi dengan normal, meskipun terjadi perubahan pada lingkungan didalam atau diluar tubuh.

Kondisi konstan ini meliputi berbagai variabel, seperti suhu tubuh dan keseimbangan cairan tubuh, yang dijaga dalam batas yang telah ditentukan.

Contoh variabel lainnya yaitu, pH cairan ekstraseluler, konsentrasi natrium, serta kadar gula darah.

Maka dari itu, terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar gula darah pada pasien DM tipe II.

Disarankan pasien DM tipe II secara rutin untuk melakukan kegiatan fisik setiap hari.

 

Penulis: Cahyatulnisa
Mahasiswa Prodi Bioteknologi, Universitas Al-Azhar Indonesia

 

Daftar Pustaka

Nasyafa, S.F. Saputra, O. dan Zuraida, R. 2024. Homeostasis Tubuh. Jurnal Medula, 4(2): 249-253.

Anggraeni, I. dan Alfarisi, R. 2018. Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek. Jurnal Dunia Kesmas, 7(3): 140-146.

Röder PV, Wu B, Liu Y, Han W. 2016. Pancreatic Regulation of Glucose Homeostasis. Experimental & molecular medicine.

American Diabetes Association. Diabetes care. The Journal of Clinical and Applied Research and Education. 2015: Volume 38, Supplement I.

Departemen Kesehatan Provinsi Lampung. 2014. Profil kesehatan Provinsi Lampung. Lampung: Departemen Kesehatan Provinsi Lampung.

Depkes RI. 2014. Pedoman tatalaksana klinis diabetes melitus di sarana pelayanan kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Ni Komang W. 2014. Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dan Kejadian Diabetes Melitus ( DM) Tipe 2. Jurnal Husada, 6(1): 59-64 .

Perkeni. 2015. Buku Pedoman Konsensus Pengelolahan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. PERKENI: Indonesia.

 

Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses