Cinta Abadi Gak Pernah Ingkar Janji

Cinta Abadi

Menurut sobat sekalian cinta itu apa sih? Terus mengekspresikan cinta yang sebenarnya itu kepada siapa? Cinta adalah karunia terindah dari Allah. Lalu, dimana sih masa tumbuhnya cinta? Masa remaja adalah masa yang paling indah. Masa remaja juga sering disebut ABG (Anak Baru Gede)? Apanya yang gede? Badannya? Tenaganya? Nafsunya?

Kalau pacaran di zaman sekarang dianggapnya wajar. Padahal, jelas. Allah melarang kita untuk pacaran. Karena apa? Karena pacaran itu mendekati zina. Tapi faktanya, banyak orang yang tidak takut dengan azab Allah, mereka bahkan tidak tahu bahwa Allah itu Melihat.

Pacaran saat ini dianggap sebagai bentuk ekspresi cinta terhadap lawan jenis. Darimana datangnya cinta? Dari mata turun ke hati. Dari interaksi antar keduanya. Berawal dari pinjam buku, kemudian diajak jalan sambil pegang-pegangan tangan. Akhirnya kebablasan sampai hamil. Aborsi adalah jalan satu-satunya untuk menyelesaikan persoalan. Kalau sudah seperti itu, salah siapa? Semua ini terjadi atas nama CINTA.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa remaja di Jepang, 80% pelajar SMU (Sekolah Menengah Umum) sudah pernah melakukan hubungan seks sejak kelas 6 SD (Sekolah Dasar). Tak hanya berhenti sampai disitu. Di negara Eropa, penjualan kondom sangat meningkat. 53% di Swedia, 89% di Yunani, 30% di Kroasia, 48% di Belgia dan Belanda.

Bacaan Lainnya

Cinta dalam Islam tidaklah seperti itu. Tidaklah sempit seperti yang dipaparkan di atas. Cinta dalam Islam itu ya cinta kepada Allah. Cinta kepada Rasulullah. Cinta kepada orang tua. Cinta kepada guru. Cinta kepada saudara. Cinta kepada remaja muslim. Cinta kepada kaum muslimin di seluruh dunia. Cinta dalam Islam, pasti abadi dan tidak akan ingkar janji.

Ingatlah sebuah firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan mereka. Mereka dan pasangan-pasangannya berada dalam tempat yang teduh, bersandar diatas dipan-dipan.” (QS. Yasin: 55 – 56)

Namun, perlu kita ketahui bahwa menyukai dan menyayangi orang lain merupakan fitrah manusia yang dimiliki oleh setiap insan. Rasa suka kepada lawan jenis yang shalih/shalihah, rasa sayang orang tua terhadap anaknya, rasa sayang suami kepada istrinya ini semua merupakan hal yang manusiawi.

Akan tetapi, ketika kita menyukai orang lain sedangkan kita berada di dalam posisi non-mahramnya maka sebaiknya kita bersegera berdo’a kepada Allah untuk memohon agar dikuatkan imannya sehingga tidak terjatuh ke dalam jurang kemaksiatan, yakni pacaran.

Hendaknya kita juga memohon kepada Allah agar diberikan petunjuk apakah seseorang yang kita sukai tersebut baik untuk diri kita atau justru buruk untuk dunia dan akhirat kita. Kita bisa meminta hal ini dengan memohon dimudahkan menempuh jalan yang halal apabila ia baik serta memohon dijauhkan dengan dirinya apabila ia tidak baik untuk kita.

Hal-hal tersebut seperti berdo’a dan memohon perlindungan adalah salah satu bentuk ikhtiar seorang hamba yang beriman agar senantiasa taat kepada Allah. Dan itulah yang seharusnya dilakukan saat seseorang sedang terjebak dalam rasa. Bukan justru mengikuti keinginan liar hawa nafsunya dengan menghubungi orang tersebut kemudian berlanjut berpacaran bahkan hingga berzina.

Seorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya dapat menyibukkan waktu-waktunya untuk mengerjakan hal-hal yang bermanfaat bagi dunia dan akhiratnya. Seperti halnya menuntut ilmu agama, menuntut ilmu duniawi yang bermaslahat untuk umat, berbakti kepada kedua orang tua, bekerja, mengasah skill, dll.

Dengan adanya waktu yang dipenuhi dengan kegiatan yang bermanfaat maka diharapkan pikiran seseorang yang tadinya terus berangan-angan mengharapkan seseorang yang disukai teralihkan menjadi fokus kepada ibadah dan pengembangan dirinya.

Diharapkan seseorang yang tersibukkan dengan ibadah menumbuhkan rasa cinta sejati kepada Rabbnya sehingga ia terus merasa dekat dengan Rabbnya dan tidak terfitnah oleh rasa cinta kepada selain Rabbnya.

Sebisa mungkin seorang yang sedang jatuh cinta jangan sampai memiliki waktu kosong. Hal ini dikhawatirkan dapat menjadi celah syaithon untuk membisiki dan mengganggu manusia untuk jauh dari Allah dengan mempermainkan pikiran dan juga perasaan.

Tim Penulis:

1. Habib Rifai
Mahasiswa Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia

2. Arifianto Syahalief Rachman
Mahasiswa Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia

3. Nur Zaytun Hasanah
Alumni Mahasiswa Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia

4. Shafira Dhaisani Sutra
Mahasiswa Psikologi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia

Editor: Rahmat Al Kafi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses