Online Live Shopping Membunuh Toko Konvensional

Online Live Shopping
Online Live Shopping (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Seperti yang kita ketahui, media sosial telah menguasai aspek kehidupan kita, mulai dari hiburan hingga konsumerisme.

Kini dunia sudah berubah ke arah modern dan meninggalkan dunia konvensional, dimana yang dahulu kegiatan jual-beli dilakukan secara tatap muka sekarang dilakukan secara online.

Sekarang, muncul online live shopping sebagai lanjutan dari online live shopping, dimana penjual menjual produk mereka melalui live  semacam Instagram Live sehingga engagement dengan konsumen lebih terasa.

Cara penjualan ini membuat masyarakat lebih memilih untuk berbelanja secara online melalui berbagai platform-platform digital.

Bacaan Lainnya

Fenomena online live shopping mengubah struktur sosial dengan munculnya kelompok-kelompok baru yang terbentuk dalam dunia maya sehingga terbentuk pula suatu interaksi sosial yang lebih mudah.

Hal ini membentuk budaya konsumen baru. Konsumen yang awalnya membeli produk secara langsung; dapat melihatnya secara langsung, sekarang masyarakat lebih memilih untuk membeli produk secara online.

Online live shopping adalah lanjutan dari online shopping. Sebelumnya penjual hanya dapat menampilkan katalog produk melalui toko-toko online.

Akibat dari ini, pembeli tidak dapat mengenal produk lebih dalam. Hal ini adalah salah satu kelemahan dari online shopping, kemudian ditemukan solusinya yaitu, online live shopping.

Melalui online live shopping, pembeli dapat berinteraksi dengan penjual untuk melihat produk yang ingin dibeli, walau tidak bertemu secara tatap maka, misal “bang miringin dikit bang”, “kurang kelihatan bang”, “warnanya ada yang lain gak bang”, “mba puter dikit mba”, dll.

Poin ini menjadikan masyarakat lebih memilih untuk belanja melalui online live shopping karena live shopping akan membantu masyarakat untuk mengetahui apa yang diinginkan atau dibutuhkan.

Pada umumnya masyarakat akan memberikan pertanyaan atau komentar terkait produk yang ditawarkan. Dengan kata lain, penjual online live shopping ini perlu mengenal perilaku konsumen.

Dampak dari online live shopping terhadap toko-toko konvensional sangat besar. Terlihat di tempat-tempat seperti Blok M Square, Tanah Abang, dan pasar-pasar lainnya, jumlah pengunjung semakin berkurang.

Tempat-tempat ini sempat berjaya dan menjadi pusat perbelanjaan pakaian, sepatu, dan produk-produk yang berhubungan dengan fashion dan kecantikan lainnya sekarang menjadi sepi karena masyarakat yang lebih memilih untuk membelinya secara online.

Selain sepi, banyak juga toko-toko di tempat perbelanjaan yang sudah gulung tikar. Hal ini berdampak kepada banyak hal, mulai dari hilangnya lapangan kerja, memburuknya ekonomi rakyat, dan juga kerugian yang dirasakan oleh pihak pemilik dan pengelola gedung.

Fenomena online live shopping ini mencerminkan bagaimana teknologi dan media sosial yang kini telah berkembang pesat mengubah lanskap bisnis tradisional.

Kehadiran tren online live shopping di Indonesia menjadi ‘lapak baru’ bagi UMKM untuk dapat berkompetisi langsung dengan brand lainnya lewat unggahan konten yang menarik masyarakat.

Banyak juga yang berkolaborasi dengan para influencer yang sedang viral. Dengan memanfaatkan peran influencer akan semakin meningkatkan engagement.

Pembeli tentunya akan lebih tertarik membeli jika produk yang akan dibeli ternyata digunakan oleh influencer. Online live shopping ini merupakan suatu strategi baru bisnis online menjadi lebih maju.

Perbedaan yang terlihat jelas antara belanja online dan offline adalah interaksi antara penjual dan pembeli. Interaksi melalui belanja offline menciptakan hubungan yang lebih personal antara penjual dan pembeli.

Komunikasi langsung yang baik dan berkesan bagi pelanggan akan menjadi nilai tambah dan ketertarikan pelanggan untuk selalu mengikuti setiap penjual melakukan online live shopping bahkan berlanjut hingga transaksi.

Penjual juga banyak memanfaatkan hari-hari raya sebagai waktu yang tepat untuk memanjakan konsumen agar bertransaksi lebih banyak lewat online live shopping.

Keberadaan e-commerce, dalam hal ini adalah online live shopping, membuat kegiatan jual beli dapat dilakukan 24 jam tanpa henti.

Hal ini karena konsumen tidak dibatasi dengan waktu atau jam untuk untuk berbelanja, juga para penjual yang melakukan online live shopping kapan saja dan dimana saja.

Perubahan perilaku konsumen ini tercatat dalam sebuah studi yang dilakukan oleh McKinsey, yang dimana ia mengatakan bahwa penjualan online meninggal sekitar 165% setelah pandemi.

Tren online live shopping saat ini adalah tanda jika perubahan sosial dalam masyarakat terjadi, khususnya dalam hal jual beli.

Online live shopping mengubah bagaimana cara manusia di era modern bertransaksi untuk mendapatkan barang yang mereka inginkan.

Dengan cara ini, manusia lebih mudah untuk melakukan jual dan beli, dan itulah mengapa tren online live shopping dinilai lebih efisien dibanding dengan toko offline untuk saat ini, sehingga terjadilah perubahan sosial akibat dari tren online live shopping.

Pembeli yang dulunya harus mendatangi tempat penjual untuk membeli produk, sekarang dapat melakukannya kapan saja dan dimana saja sehingga menghemat waktu dan uang (bensin).

Di satu sisi masyarakat dapat menjadi lebih produktif tetapi di sisi lain, banyak penjual yang terpaksa gulung tikar dan mencari tempat kerja baru atau pengangguran. Hal ini mungkin saja meningkatkan perekonomian atau malah memperburuknya.

Ketika para pengunjung Tanah Abang berangsur-angsur menurun, para pedagang tidak hanya diam begitu saja. Para pedagang memiliki rencana siasati jualan online live shopping.

Pada akhirnya pun mereka mengikuti tren yang ada. Sehingga dari cara mereka mengikuti tren tersebut, terjadilah suatu perubahan sosial yang terjadi dalam hal cara mereka mendapatkan penghasilan.

Dari yang sebelumnya mereka hanya mengandalkan pasar sebagai sumber penghasilan mereka, sekarang mereka mengandalkan pula online live shopping, namun jualan secara live melalui e-commerce juga belum bisa menaikkan omzet penjualan pedagang.

Sehingga para pedagang tetap harus mencari jalan untuk menghentikan jumlah konsumen Tanah Abang yang terus menurun kian harinya. Namun, berbagai upaya yang telah mereka lakukan tidak cukup untuk menghentikan hal itu.

Seperti menurunkan harga jual, menambah kualitas dan jenis barang, semuanya tidak berpengaruh untuk menambah omzet mereka. Sehingga, mereka hanya mengandalkan pemerintah untuk bertindak.

Para pedagang berharap pemerintah melakukan pemantauan dan menyiapkan regulasi terhadap praktek jual beli melalui toko online maupun platform digital.

Akhirnya TikTok shop pun resmi ditutup operasionalnya di Indonesia. Para pedagang Tanah Abang mengaku terjadi peningkatan pendapatan, namun belum signifikan.

Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah melalui Permendag dinilai belum cukup membantu penjualan UMKM. Kita pun harus mendorong pemerintah untuk lebih serius dalam menangani persoalan ini agar membantu UMKM.

Misalnya dengan mulai dari memberikan subsidi bunga yang lebih murah dan menerbitkan semacam sanksi bagi pemerintah yang tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakatnya.

Selain perubahan sosial yang dirasakan oleh para pedagang Tanah Abang, perubahan sosial juga terjadi kepada para penjual online live shopping.

Mereka yang dahulu berjualan di Tiktok shop dengan fitur ‘keranjang’, sekarang mereka harus memberikan arahan kepada para customer untuk membeli produk mereka di e-commerce lainnya.

Hal ini dapat dilihat bahwa sebenarnya masyarakat tidak bisa terlepas dari online live shopping. Tidak dapat dipungkiri bahwa ketika belanja online tentu akan lebih mudah bagi para customer.

Perubahan sosial yang terjadi ini mengharuskan masyarakat untuk menerima fakta bahwa kini dunia digital telah menguasai pasar.

Fenomena online live shopping adalah cerminan dari bagaimana dunia digital telah mengubah cara masyarakat berbelanja dan berinteraksi.

Hal ini merupakan perubahan sosial yang signifikan yang memerlukan penyesuaian dan inovasi agar masyarakat dapat tetap relevan dalam era yang semakin memiliki hubungan yang kuat dengan dunia digital.

Perubahan ini adalah perubahan yang tak terhindarkan sehingga memerlukan upaya kolektif dari pemerintah, pelaku bisnis, dan masyarakat untuk kerja sama mengatasi dampaknya dan memastikan bahwa semua pihak dapat beradaptasi dengan perubahan ini.

Masyarakat perlu menerima kenyataan bahwa dunia digital telah menguasai pasar dan adaptasi merupakan kunci untuk bertahan dan berkembang dalam era baru ini.

Dengan memahami perubahan sosial ini dan adanya upaya untuk mengatasi tantangan yang ada, masyarakat dapat memanfaatkan potensi dari fenomena online live shopping dan meminimalkan dampak negatifnya.

Mungkin memang sudah waktunya untuk sebuah perubahan dan masyarakat harus beradaptasi. Lagipula, tidak ada yang bertahan selamanya, semua hal akan berakhir di waktunya.

Perubahan ini mungkin berdampak baik bagi beberapa orang dan buruk bagi beberapa orang. Tetapi inilah kenyataannya, jika ada yang tidak mampu mengikuti atau bersaing maka mereka akan tertinggal, begitulah hidup.

Untuk tetap berlangsung, maka para penjual di Tanah Abang harus dapat menyaingi para penjual online live shopping.

Entah itu dengan mengikuti tren online live shopping, sepenuhnya mengandalkan online live shopping, atau bahkan membuka dua duanya.

Penulis:

  1. Theresa Hervina Widiasmara
  2. Joanne Kathleen Halim
  3. Karel Agustino Taberi

Siswa IPS, SMA Kolese Gonzaga

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses