Di era yang serba digital ini, segala sesuatu dengan cepat berkembang dan menyebar. Segala hal yang diinginkan bisa dengan mudah diakses. Tanpa kita ketahui, banyak hal yang menjadi instan untuk didapatkan. Salah satu isu yang paling marak saat ini adalah adanya AI (Artificial Intelligence).
Kemunculan AI menjadi fenomena di dunia digital. Terdapat berbagai macam pendapat pro dan kontra terhadap hal ini. AI saat ini bukan hanya sekadar dapat membantu kita mengetahui apa yang ingin kita ketahui, tapi AI sekarang dapat melakukan apa pun yang kita perintahkan.
Saat ini, berbagai macam jenis AI bermunculan, mulai dari AI yang dapat membantu kita mengerjakan tugas, membuat gambar, sampai membuatkan kita sebuah lirik lagu, bahkan membuat suara serta musik. Hal ini disebut sebagai AI generator. Seperti yang kita tahu, bahwa membuat musik, menulis lirik lagu bukanlah hal yang mudah.
Seseorang harus mendalami dunia musik terlebih dahulu untuk bisa belajar nada, komposisi musik, dan lain sebagainya. Seorang musisi bahkan tidak lahir begitu saja tanpa melewati fase di mana ia harus bergelut dengan semua hal terkait nada, harmoni, dan melodi lagu.
Namun, dengan kemunculan Artificial Intelligence ini, seseorang yang tidak tahu-menahu soal musik dan nada bisa dengan mudah membuat musik, kemudian menyebarkannya di media sosial. Tinggal berikan perintah kepada AI generator untuk membuatkan sebuah lirik lagu, kemudian memerintahkan untuknya membuat musik.
Bahkan, jika orang yang tidak pandai dan buta nada pun masih bisa membuat lagu, tapi tidak dengan menggunakan suaranya, karena masih ada AI yang akan membuatkan mereka satu lagu penuh yang sudah siap dipasarkan atau didengarkan oleh orang-orang di media sosial.
Apakah menurut kalian AI hanya bisa melakukannya sampai titik itu? Tentu tidak. Sekarang banyak juga video yang beredar di aplikasi TikTok terkait orang-orang yang meng-cover lagu lain tetapi memakai suara dari artis atau musisi besar dengan menggunakan AI.
Hal ini menuai banyak pendapat yang kontra karena sudah melakukan penyalahgunaan. Entah apa yang dipikirkan oleh mereka yang melakukan hal tersebut. Padahal sudah banyak musisi atau bahkan artis yang secara terang-terangan menolak hal tersebut.
Namun, masih ada oknum-oknum yang tetap melakukan hal itu demi mendapatkan sebuah konten dengan merugikan pihak lain. Jadi, apakah AI benar-benar dapat menggantikan manusia sebagai maestro sejati dalam industri musik?
Lawan atau Kawan?
Munculnya Artificial Intelligence ini juga memunculkan pro dan kontra. Ada yang menyebutkan bahkan AI akan menjadi ancaman bagi musisi atau bahkan dapat menggantikan musisi dalam menulis serta mengomposisi lagu-lagu.
Ada pula yang menyampaikan bahwa dengan AI ini, musisi bisa dengan mudah membuat kualitas lagu mereka menjadi bagus dan laris di pasaran.
Beberapa orang pro terhadap hal ini karena AI bisa memberikan kemudahan dalam proses mixing dan mastering dalam proses produksi lagu. Hal ini dapat membuat kualitas suara dan menghasilkan produk akhir yang lebih baik.
Selain itu, karena AI dapat membuat berbagai macam jenis musik hanya dengan perintah, maka beberapa orang merasakan keuntungan ini untuk bereksperimen dengan berbagai macam melodi serta ritme yang dipadukan dengan berbagai macam alat musik tanpa harus memilikinya. Hal ini yang membuat beberapa orang merasa jika AI bisa memberikan mereka kemudahan dalam membuat musik.
Baca Juga:Â Dampak AI dan Otomatisasi terhadap Dunia Kerja
Tak sedikit juga yang menolak keras penggunaan AI dalam industri kreatif, salah satunya dalam industri musik. Beberapa musisi besar menolak hal ini dengan menandatangani surat terbuka yang dikeluarkan oleh Artists Rights Alliance (ARA) yang menyuarakan pelanggaran AI yang menggantikan atau melemahkan manusia sebagai penulis lagu, seperti Billie Eilish, Katy Perry, Nicki Minaj, Zayn Malik, dan masih banyak musisi lain yang ikut serta dalam bersuara di petisi untuk menolak AI dalam industri musik yang mematikan kreativitas.
Selain itu, ada beberapa artis atau idol K-pop yang juga kontra terhadap hal ini, salah satunya adalah Woozi dari SEVENTEEN yang mengatakan dengan terbuka dalam postingan status Instagram-nya, bahwa Ia dan semua musik serta lagu dari grup SEVENTEEN dibuat dan dikomposisi oleh manusia.
SEVENTEEN dan Pesannya lewat Maestro
Salah satu bentuk ketidaksetujuan boyband Korea, yaitu SEVENTEEN, terhadap penyalahgunaan AI atau tudingan bahwa mereka memproduksi lagu atau musik menggunakan AI, mereka mengeluarkan lagu yang berjudul Maestro dan mengunggah video musik (MV) Maestro di kanal YouTube mereka.
Lagu Maestro merupakan lagu utama dalam album 17 Is Right Here. Lagu Maestro sendiri mengisahkan tentang master dalam bidang seni musik. Lirik lagu ini bercerita tentang para musisi yang mengikuti alur naluri sang maestro dalam bermusik dan menciptakan lagu.
Dalam MV-nya sendiri, SEVENTEEN mengangkat tema distopia. Dalam MV tersebut, para member terbagi dalam dua kubu: biru dan merah. Masing-masing dari mereka mewakili AI dan musik asli.Â
Dalam MV ini juga terlihat jelas bahwa manusialah yang menjadi maestro itu sendiri dan AI ataupun robotlah yang mengikuti manusia, karena dalam beberapa adegan, MV SEVENTEEN menampilkan manusia sebagai pusat atau center yang mengendalikan robot-robot.
Baca Juga:Â Perkembangan Alat Musik Perekaman dari Masa ke Masa
Selain itu, dalam teaser MV mereka, digambarkan perang melawan AI dalam seni musik. Pada awal teaser MV, mereka juga menyatakan disclaimer bahwa sebagian footage dalam teaser itu adalah buatan AI dan sebagian lagi adalah footage asli dari member SEVENTEEN, untuk memberitahu dunia bahwa buatan AI tidak dapat disandingkan dengan hasil dari jerih payah buatan manusia.
Musisi Tetap Maestro Sejati
Kecerdasan buatan bisa saja meniru produk seni, musik, atau hal buatan manusia, tapi musik dan seni yang sesungguhnya bukan soal seberapa sempurna, seberapa bagus karya itu, tapi tentang pengalaman, emosi, serta proses kreatif selama membuat karya tersebut.
Banyaknya pro dan kontra dari adanya AI ini membuat saya sadar bahwa teknologi tidak akan pernah berhenti berkembang.
Manusia membuat dan mengembangkan teknologi, tapi jangan sampai malah teknologi yang akan mengontrol manusia. Sesempurna dan secanggih apapun teknologi, mereka tetap buatan dan hasil dari pemikiran manusia itu sendiri.
Musik ataupun lagu yang dibuat oleh AI tetap tidak akan pernah mengalahkan hasil dari buatan para musisi yang sudah mengabdikan hidup mereka pada musik. Para fans yang asli akan tetap mendukung idola mereka dengan musik apapun yang dihasilkan oleh idolanya.
AI dengan mudahnya membuat lagu dan musik yang sempurna, namun musik yang dihasilkan para musisi lebih indah.
Ini bukan sekadar kesempurnaan melodi, ritme, atau apa pun itu, tapi tentang emosi dan pengalaman yang ada dalam lagu atau musik itu sendiri yang membuatnya disebut sebagai karya seni yang tak lekang oleh waktu. Musisi adalah maestro itu sendiri.
Penulis: Fitriya Nurul Husna
Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Makassar
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News