Al-Qusyairi, Tokoh yang Berpengaruh Besar Terhadap Ilmu Tasawuf

al qusyairi

Pendahuluan

Ilmu tasawuf membedakan tiga aliran yaitu tasawuf akhlaqi, tasawuf amali, tasawuf falsafi. Nama lain dari tasawuf adalah “Mistisisme dalam Islam” sedangkan dikalangan barat dikenal dengan sebutan “Sufisme”. Tasawuf merupakan ilmu yang diketahui, dalam hal kebaikan dan keburukan dan cara penyuciannya dengan mengisi dengan hal-hal yang terpuji, menjalankan semua apa yang diperintah oleh Allah SWT dan menjauhi segala larangannya.

Tokoh yang termashur dalam tasawuf akhlaqi adalah Hasan Al-Bashri (21-110 H/ 632-728 M), al-Qusyairi (w. 465 H), al-Ghazali (450-505 H/ 1058-1111) dan al-Harits bin Asad al-Muhasibi (w. 243 H). Dari tokoh-tokoh tersebut, penulis akan membahas tentang salah satu tokoh sufi yaitu: Al-Qusyairi, karena kitab karangan beliau banyak dijadikan sumber bagi ulama’ dilingkup tasawuf.

Pembahasan

Tokoh sufi yang termasyhur pada abad kelima Hijriah adalah Al-Qusyairi. Beliau mempunyai nama lengkap ‘Abdul Karim bin Hawazin. Beliau lahir di daerah Istiwa pada tahun 376 H, kawasan Naishabur. Berikut sebutan nama lain dari Al-Qusyairi yaitu: Pertama, An-Naisaburi,adalahnama panggilan yang diteguhkan terletak di kota Naisabur, provinsi Khurasan. Kedua,Al-Qusyairi, beliau adalah putra Ibnu Ka’ab bin Rabi’ah bin Amir bin Sha’ sha’ah bin Mu’awiyah bin Bakar bin Hawazin bin Manshur bin Ikrimah bin Qais bin Ailan dalam kitab Mu’jamu Qobailil Arab.Ketiga,Al-Istiwai,merupakan sebuah negara besar di daerah pesisiran Naisabur.Keempat, Asy-Syafi’i, diteguhkan dari nama Mazhab Syafi’i yang didirikan pada tahun 150 H/767 M oleh Al-Imam Muhammad bin Idris bin Syafi’i. Kelima, Al-Qusyairimemiliki beberapa sebutan yang terhormat, seperti: Al-Imam, Al-Ustad, dan Asy-Syaikh,  Al Jami’ baina syari’ati wa al-haqiqah. Beliau mendapatkan gelar tersebut karena posisinya yang luhur dan agung dalam bidang tasawuf.

Bacaan Lainnya
DONASI

Abu ‘Ali Ad-Daqqaq adalah salah satu guru Al-Qusyairi, beliau adalah seorang sufi terkenal. Dari ilmu yang beliau peroleh itu, Al-Qusyairi menempuh jalan tasawuf dan ahli berprinsip Ahlus Sunnah wal Jamaah. Al-Qusyairi merupakan penentang dalam ajaran Mu’tazilah, Karamiyyah, Mujassamah, dan Syi’ah. Bukan hanya dibidang tasawuf, beliau juga menguasai ilmu fiqh, ilmu ushuluddin dan ahli dalam meriwayatkan hadist. Salah satu muridnya adalah Ahmad bin Ali bin Tsabit, beliau seorang pembicara di Baghdad.

Al-Qusyairi adalah seorang ulama terkenal yang menguasai berbagai bidang ilmu, namun jiwa kesufiannya itu lebih menonjol dan sangat dominan. Abu Hasan al-Bakhariji pernah menulis biografi dalam bukunya Damyah al-Qashr wa ‘Usrah Ahl al-Ashr.  Karyanya banyak mengupas masalah tasawuf dan ilmu-ilmu Islam. Berikut adalah karya-karya dari Al-Qusyairi yaitu Ahkamus Syar’i, Adabus Shufiyah, Al-Arba’un fil-Hadits (Dalam kitab ini Asy-Syaikh memaparkan 40 hadist Rasulullah SAW yang beliau dengar dari gurunya, Abu Ali Ad-Daqaq dengan sanad yang muttashil, yakni bersambung-sambung hingga ke Nabi SAW), Istifadhah al-Muradat, Balaghatul Maqashid fit-Tasawwuf, At-Tahbir fit-Tadzkir, Tartibus Suluk fi Thariqillahi Ta’ala, At-Tauhid An-Nabawi, At-Taisir fi Ilmit Tafsir, merupakan kitab pertama yang disusun Al-Qusyairi pada tahun 410 H./1019 M. Tiga ulama besar: Ibnu Khalkan, Tajuddin As-Subki, dan Jalaluddin As-Suyuthi mengatakan, “Kitab tafsir susunan Asy-Syaikh merupakan sebuah kitab tafsir yang paling bagus dan jelas.” dan masih banyak karya-karya karangan beliau.

Al-Qusyairi wafat di Naisabur, pada hari ahad pagi tanggal 16 Rabiul Akhir tahun 465 H./1073 M. Saat itu, beliau berusia 87 tahun. Jenazah beliau dimakamkan disebelah makam gurunya berdekatan dengan Asy Syaikh Abu Ali Ad-Daqaq. Selama beliau wafat sekitar 60 tahun, tidak ada yang berani memasuki ruangnya karena itu merupakan bentuk pemuliaannya. Al-Qusyairi adalah tokoh yang berpengaruh besar terhadap ilmu tasawuf. Al-Qusyairi mengkritik keras para sufi pada waktu itu, karena kebiasaan mereka yang memggunakan pakaian orang-orang miskin, sementara tindakan mereka pada saat yang sama bertentangan dengan tindakan mereka. Beliau menunjukkan bahwa kesehatan batin dan berpegang teguh pada AL-Qur’an dan Sunnah, itu jauh lebih penting daripada pakaian lahiriah (luar).

Pada abad 5 Hijriyah, Al-Qusyairi menyampaikan suatu kekeliruan. “Kebanyakan para sufi yang menempuh jalan kebenaran dari kelompok tersebut telah tiada. Dalam bekas mereka, tidak ada yang tinggal dari kelompok tersebut, kecuali bekas-bekas mereka.” Generasi muda saat itu sedikit sekali yang mau mengikuti perjalanan dari gurunya. Rasa kerendahan hati dan kesederhanaan hidup mulai punah. Keserakahan semakin menjadi-jadi. Banyak yang tidak berpegang teguh pada Agama. Banyak yang menolak persoalan halal dan haram. Bahkan mereka tidak menghormati orang lain dan merendahkan ibadah wajib dan menjadi pemabuk dan jatuh pada jurang hawa nafsu dan melalukan apa yang dilarang oleh Allah SWT.

Menurut Al-Qusyairi melihat tasawuf mulai melenceng baik dari segi akidah atau segi moral dan tingkah laku. Sudut pandang dari Al-Qusyairi yaitu mengembalikannya tasawuf ke ahlus sunnah wal jamaah dengan cara mengikuti jejak sufi sunni pada abad ketiga dan keempat Hijriyah. Ada beberapa sudut pandang tasawuf menurut Al-Qusyairi, seperti: Pertama, Baqa’ dan Fana’, arti fana’ yaitu gugurnya sifat-sifat tercela, sedangkan baqa’ yaitu menandakan sifat-sifat terpuji. Kedua, Wara’, adalah upaya untuk tidak mengerjakan sesuatu yang bersifat ragukan. Ketiga, Syari’at dan Hakikat, menurut Al-Qusyairi jelas berbeda antara syari’at dengan hakikat. Syari’at adalah ketetapan hukum sebagai kewajiban kita kepada Allah SWT. Sedangkan hakikat adalah penyaksian manusia tentang rahasia-rahasia ke-Tuhanan melalui hatinya. Keempat, Tobat dilihat dari segi bahasa yaitu “kembali”, maksudnya kembali dari sesuatu yang buruk, yang tidak sesuai dengan syari’at Islam dengan menuju sesuatu yang baik. Kelima, Khalwah dan uzlah, khalwah adalah ahli sifat sufi, sedangkan uzlah termasuk tanda bahwa orang tersebut menjalin dengan sang Pencipta.

Penutup

Al-Qusyairi adalah salah satu tokoh sufi utama dari abad kelima Hijriah. Al-Qusyairi pernah belajar kepada banyak guru. Beliau bertemu dengan gurunya, Abu ‘Ali Ad-Daqqaq, seorang sufi terkenal. Al-Qusyairi selalu menghadiri majelis gurunya, dari gurunya itu, Al-Qusyairi menempuh jalan tasawuf. Dari situlah, Al-Qusyairi berhasil menguasai doktrin Ahlus Sunnah wal Jamaah yang dikembangkan Al Asy’ari dan muridnya. 

Al-Qusyairi merupakan pembela paling tangguh aliran tersebut dalam menentang doktrin aliran-aliran Mu’tazilah, Karamiyyah, Mujassamah, dan Syi’ah. Sekarang ini, manusia harus pandai menjaga dirinya dari sesuatu hal yang menjerumuskan ke hal-hal negatif. Kita harus taat kepada semua perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangannya. Dengan begitu kita semakin dekat dengan dengan Sang Pencipta.

Penulis: Jumrotul Bawon
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Daftar Pustaka

Anwar, Rosihon. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV. Pustaka Setia.

An-Naisaburi, Abdul Qosim Abdul Karim Hawazin Al-Qusyairi. 2007. Risalah Qusyairiyah Sumber Kajian Ilmu Tasawuf. Jakarta: Pustaka Amani.

As, Asmaran. 2002. Pengantar Studi Tasawuf. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Listiana, Anisa. (2013). Menimbang Teologi Kaum Sufi Menurut Al-Qusyairi Dalam Kitab Al-Risālah Al-Qusyairiyah. dalam Kalam: Jurnal Studi  Agama dan Pemikiran Islam, 7(1), 202-203.                    

Muhibidin, Irwan. 2018. Tafsir Ayat-Ayat Sufistik. Jakarta: UAI Press.

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI