Bagaimana Lansia Dapat Menikmati Usia Senja dengan Bahagia dan Sehat?

Lansia
Ilustrasi lansia yang sehat dan bahagia (sumber: Media sosial dari freepik.com).

Seiring waktu, manusia terus bertumbuh dan berkembang melalui berbagai tahap kehidupan, mulai dari kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga mencapai masa lansia atau lanjut usia. Pada tahap lanjut usia, perkembangan manusia mengalami penurunan dan terjadi berbagai perubahan signifikan baik secara fisik, kognitif, maupun psikologis.

Menurut Papalia (2009) dalam bukunya Human Development Eleventh Edition, seseorang dikategorikan sebagai lansia ketika mereka mencapai umur 65 tahun ke atas.

Memahami berbagai perubahan alami yang terjadi serta cara menanganinya sangat penting untuk membantu lansia menikmati usia senja dengan kualitas hidup yang baik. Mari kita bahas lebih lanjut tentang apa saja yang terjadi dan bagaimana cara terbaik untuk mengatasinya.

Bacaan Lainnya
DONASI

Perubahan Fisik

Perubahan fisik yang mudah terlihat pada lansia meliputi rambut memutih, postur tubuh mulai membungkuk, otot dan sendi juga menjadi lebih kaku, dan gerakan yang semakin terbatas. Selain itu, penurunan kualitas penglihatan (seperti rabun jauh), pendengaran, serta perubahan pada indera perasa, penciuman, dan peraba juga umum terjadi.

Pada sebagian masyarakat, mungkin banyak yang menyarankan agar lansia tidak banyak untuk beraktivitas dan lebih diminta banyak beristirahat. Akan tetapi, fakta yang ditemukan bahwasanya lansia tetap dianjurkan untuk rutin dan aktif beraktivitas dengan kegiatan-kegiatan fisik yang ringan.

Tujuannya, agar daya tahan fisik dari lansia itu tetap terjaga dengan baik, sehingga dapat menghambat dari penurunan-penurunan yang drastis. Aktivitas seperti berjalan kaki atau senam lansia di rumah, itu dapat membantu menjaga kebugaran dan kelenturan tubuh. Selain itu, menjaga pola makan sehat yang kaya akan vitamin dan mineral dapat mendukung kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Perubahan Kognitif

Lansia juga mengalami perubahan kognitif, seperti kesulitan mengingat, memecahkan masalah, dan mempelajari hal baru. Walaupun demensia sering dikaitkan dengan lansia, tapi tidak semua lansia langsung mengalaminya.

Menurut penelitian Hartati dan Widayanti (2010), demensia dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti lingkungan, genetik, dan gaya hidup. Variasi demensia yang mungkin dialami oleh lansia dapat meliputi demensia tahap awal, demensia ringan, sedang, hingga berat, tergantung pada faktor-faktor tadi.

Untuk mengatasi penurunan kognitif, lansia dapat menerapkan beberapa strategi berikut, seperti rutin melakukan aktivitas yang merangsang otak termasuk menulis, membaca, atau melalui permainan (misalnya puzzle).

Interaksi dengan orang lain juga penting untuk merangsang otak dan menjaga keterampilan sosial. Selain itu, juga bisa menghindari stres, tidur yang cukup, dan menjaga kesehatan fisik yang baik.

Baca Juga: Gaya Hidup Sehat serta Program Olahraga guna Meningkatkan Kesehatan bagi Lansia

Perubahan Psikologis

Perubahan psikologis pada lansia bisa berkaitan dengan perubahan kepribadian. Beberapa lansia ditemukan menjadi lebih bijaksana (wisdom), lebih sabar, atau introspektif. Mereka dapat melihat bagaimana kehidupan yang dijalaninya ini dari sudut pandang yang lebih matang dan dapat memberikan nasihat yang bermakna.

Di sisi lain, ada juga yang mengalami perubahan ke arah yang sedikit negatif seperti kecenderungan untuk memandang segala sesuatu dengan pesimisme dan mudah cemas. Faktor genetik, lingkungan, kondisi kesehatan dan pengalaman hidup sebelumnya (remaja/ dewasa) itu berkontribusi pada perubahan ini.

Penting untuk menyadari bahwa perubahan ini bisa saja terjadi. Dengan penerimaan dan kesadaran yang baik, lansia akan mampu mengarahkan kehidupannya dan dapat menjalaninya secara positif. Dukungan dari keluarga dan teman sangat penting untuk membantu lansia menyesuaikan diri dengan perubahan kepribadian ini.

Menghadapi Tantangan

Masa lansia sering dihadapkan dengan berbagai tantangan seperti perasaan duka, penurunan kesehatan, dan keterbatasan dalam beraktivitas. Tantangan-tantangan ini kadang membuat lansia merasakan perasaan terisolasi ataupun merasa kurang berdaya.

Beberapa strategi yang mungkin dapat dilakukan untuk menghadapi tantangan ini, seperti menetapkan prioritas kegiatan, memilih aktivitas yang mudah serta disukai, yang ketika dilakukan akan memberikan perasaan puas dan bahagia.

Mengembangkan hobi yang masih dapat dilakukan juga bermanfaat, karena tidak hanya mengisi waktu, tetapi juga memberikan rasa pencapaian. Penggunaan alat bantu atau teknologi dapat mengurangi kelelahan saat beraktivitas, seperti alat berkebun khusus untuk lansia.

Selain itu, kegiatan religius dapat membantu lansia mengatasi stres, memberikan ketenangan batin, memperkuat kesehatan mental, dan memberi makna hidup. Kegiatan religius dapat berupa berdoa, mengikuti acara keagamaan, dan memaafkan diri sendiri serta orang lain.

Penelitian Syah dan Pertiwi (2023) menunjukkan bahwa nilai-nilai religius membawa dampak positif bagi lansia, termasuk mengurangi gejala depresi dan kecemasan.

Baca Juga: Manfaat Rebusan Daun Seledri terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi pada Lansia 

Dukungan Sosial

Dukungan sosial dari keluarga, teman, dan masyarakat sekitar sangat penting untuk kesejahteraan lansia. Dengan keluarga yang rutin berinteraksi dan penuh dukungan dapat mencegah penurunan kognitif yang drastis pada lansia.

Lansia akan merasakan tenang dan nyaman ketika mereka menerima dukungan emosional seperti merasa diapresiasi, dibantu, dicintai, ditemani, dan diperhatikan dalam aspek kehidupannya. Keluarga juga dapat menjadi penyemangat dan pendengar yang baik saat lansia menghadapi kesulitan emosional seperti merasakan rasa terkurung, duka cita, penyakit yang mengganggu aktivitas, dan sebagainya.

Penting untuk memperhatikan cara berinteraksi dengan lansia. Mereka adalah orang dewasa yang memasuki fase baru dalam hidup mereka. Meskipun ada anggapan bahwa lansia kembali seperti anak-anak, ini tidak sepenuhnya benar.

Lansia dulu adalah orang dewasa yang aktif, berpengalaman, dan dapat melakukan banyak hal. Mereka memiliki banyak pelajaran moral dan kehidupan yang telah mereka kumpulkan sepanjang hidup. Oleh karena itu, kita harus memperlakukan lansia sebagai orang dewasa yang lebih tua, bukan seperti anak-anak.

Dalam beberapa temuan lain, sering ditemukan bahwa orang dewasa muda cenderung menggurui lansia dalam percakapan, seperti penyederhanaan topik, tidak membahas sesuatu secara mendalam, atau memberikan pesan yang bersifat tidak menyetujui, misalnya, “Nenek jangan melakukan ini, nanti bakal kayak begini, jangan begitu, tetap di sana saja, nenek jangan nakal.” Ini adalah perilaku yang perlu dihindari.

Kebijakan dan Program Pemerintah

Kebijakan sosial dan program pemerintah juga memainkan peran penting dalam kesejahteraan lansia. Pemerintah perlu menyediakan akses yang mudah ke layanan kesehatan mental dan fisik, serta program perlindungan kesejahteraan.

Selain itu, digitalisasi layanan harus disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan lansia agar tidak menyulitkan mereka (apakah melalui aplikasi yang tampilan yang lebih simpel atau lainnya). Jangan sampai layanan yang ditargetkan untuk lansia, malah lebih banyak digunakan oleh anak muda.

Program pendidikan dan pelatihan bagi lansia tentang cara beradaptasi dengan penuaan sangat penting. Dengan dukungan kebijakan dan program yang tepat, lansia dapat menikmati usia senja dengan lebih baik.

Baca Juga: Fisioterapi pada Lansia

Kesimpulan

Dengan memahami dan mendukung lansia melalui berbagai strategi dan kebijakan, kita dapat membantu meningkatkan kualitas hidup mereka dan memastikan kesejahteraan mereka di masa tua. Penting untuk tidak menerapkan strategi-strategi tersebut secara berlebihan.

Misalnya, menerapkan nilai-nilai religius secara kaku, bisa menyebabkan lansia merasa depresi dan cemas berkepanjangan akibat perbuatan mereka di masa lalu yang belum dimaafkan oleh diri mereka sendiri. Oleh karena itu, segala sesuatunya harus dilakukan secara seimbang.

Peran keluarga, masyarakat, dan pemerintah sangat penting dalam mewujudkan kehidupan lansia yang sehat, bahagia, dan bermakna. Mari kita bersama-sama menciptakan lingkungan yang mendukung dan menghargai para lansia, agar mereka dapat menikmati masa tua dengan kebahagiaan dan ketenangan.

Menghargai dan mendukung lansia bukan hanya kewajiban moral, tetapi juga cara untuk membangun lingkungan masyarakat yang penuh kasih dan kesejahteraan.

Penulis: Muhammad Fharell Moefti
Mahasiswa S1 Program Studi Psikologi, Universitas Andalas

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Referensi 

Papalia and Olds. (2009). Human Development Eleventh Edition. New York: McGraw Hill

Hartati, S., & Widayanti, C. G. (2010). Clock drawing: Asesmen untuk demensia (Studi deskriptif pada orang lanjut usia di kota Semarang). Jurnal Psikologi Undip7(1).

Syah, M. E., & Pertiwi, D. S. (2023). Pelatihan Mindfulness dan Coping Religius Dalam Meningkatkan Quality Of Life Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara4(4), 4492-4499.

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI