Dilema Kode Etik Guru di Dunia Pendidikan

guru

Guru, digugu dan ditiru seringkali kita dengar semasa di sekolah dulu, bahkan hingga saat ini masih terngiang di telinga kita. Kita semua tahu bahwa profesi guru adalah profesi mulia. Mereka tergabung dalam sebuah organisasi yaitu Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Tujuan seorang guru sebagaimana yang tertuang dalam tujuan PGRI adalah berperan aktif mencapai tujuan nasional dalam mencerdaskan bangsa dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Bukan hanya menjadi pengajar, namun juga pendidik.

Mengajar menurut Arifin (1978) adalah suatu rangkaian kegiatan menyampaikan bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Sedangkan Mendidik menurut UU No.14 tahun 2005 tentang mendidik. Mendidik adalah kegiatan seseorang dalam mendidik secara profesional yang membimbing, mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi peserta didik pada Pendidikan anak usia dini dengan jalur yang formal yang dasar dan menengah. Jadi mendidik itu bukan hanya tentang menyampaikan materi kepada pendidik tapi juga mengubah tingkah laku siswa dari kurang baik menjadi baik.

Kelakuan siswa yang buruk harus diubah dengan Pendidikan moral, dan Pendidikan moral sendiri penting untuk dilakukan karena pengetahuan yang dimiliki siswa mungkin saja tinggi, namun jika tidak dibarengi dengan sikap yang baik, maka siswa tersebut tidak memiliki nilai di mata orang lain.

Bacaan Lainnya

Di era Milenium ini mulai timbul masalah-masalah yang erat kaitannya dengan sikap siswa. Kenakalan remaja yang dilakukan oleh siswa pada umur remaja dan perkembangan informasi yang semakin cepat membuat siswa semakin berani kepada gurunya dan sikapnya kurang baik. Siswa melawan guru bukan lagi hal yang tak jarang terjadi belakangan ini. Ambil contoh beberapa kasus seperti “Pak Budi”, Ahmad Budi Cahyono seorang guru kesenian di SMAN 1 Torju, kabupaten Sampang tewas setelah dipukul oleh muridnya. Beliau meninggal karena dipukuli oleh siswanya yang tidak terima karena pipi siswa tersebut dicoret oleh beliau karena tertidur di kelas.

Kasus “Bu Rahayu” seorang guru yang dipukul dengan sebuah kursi kayu dan tangan sebalah kanan ke arah kening oleh siswanya sendiri karena siswa tersebut tidak terima kalau ia tidak naik kelas.

Tidak hanya itu ada pula kisah kepala sekolah SMP 4 Lolak, Astri Tampi yang dianiaya oleh orang tua siswa. Orang tua siswa tersebut diminta oleh kepala sekolah untuk datang menemuinya dikarenakan siswa tersebut memiliki masalah dan kepala sekolah tersebut meminta orang tua dan siswa untuk membuat surat pernyataan, namun kepala sekolah tersebut dipukuli oleh orang tua siswa tersebut dengan meja dan kayu. Dari beberapa contoh tersebut terlihat bahwa guru menjadi korban dari siswanya sendiri, jika guru melawan ini bertentangan dengan Kode Etik guru. Namun jika guru diam saja dan tak melawan guru akan ditindas. Kerap kali orang tua siswa yang menyerang guru bila sang anak melakukan kesalahan.

Memang sulit untuk menjadi guru, hanya orang-orang berjiwa pengajar dan bermental baja yang bias menjadi guru yang baik. Karena seorang guru harus menaati kode etik guru agar menjadi seorang guru yang profesional. Kesabaran adalah kuncinya, seorang guru tidak boleh memarahi muridnya tanpa alasan, guru haruslah orang yang tegas, bukan pemarah. Membimbing siswa agar tidak melakukan hal buruk lagi. Guru harus menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orangtua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan peserta didik, karena setelah jam pulang sekolah, sang anak kembali kepada orangtuanya lagi. Maka guru harus merangkul orang tua siswa untuk membimbing siswa tersebut untuk belajar di rumah, tidak hanya di sekolah saja.

Koordinasi yang baik dengan orang tua siswa tersebut juga dapat membantu guru untuk lebih memahami karakter siswa, memahami psikologi siswa tersebut sehingga jika seorang siswa mengalami penurunan hasil belajar, sang guru dapat mengetahui permasalahannya, apakah cara mengajarnya yang salah ataukah mungkin siswa tersebut memiliki masalah di rumah.

Inilah pentingnya lingkungan belajar untuk siswa, kondisi dimana belajar bukan hanya di Sekolah, namun di rumah dan dimana saja. Meskipun kerap kali pahit yang dialami guru, namun menaati Kode Etik Guru membuat seorang guru tetap pada jalurnya menjadi seorang pendidik, murni untuk mendidik anak bangsa. Kendati terdapat beberapa kasus dimana guru melakukan tindakan buruk kepada siswa, para guru yang tidak menaati Kode Etiknya, namun masih banyak guru baik yang menaati Kode Etiknya dan berharap ia akan digugu dan ditiru oleh siswanya, meskipun terkadang itu sulit.

Alif Maulana Arifin
Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Sumber:
Febrianti, V. (2018). Guru Kesenian Dipukul Muridnya Di Kelas. Tribun News Bogor. [Online: http://bogor.tribunnews.com/2018/02/02/guru-kesenian-dipukul-muridnya-di-kelas-sempat-lakukan-ini-sebelum-koma-dan-meninggal-dunia] diakses 16 Oktober 2018

Irawan, Y. K. (2017). Tak Naik Kelas, Siswa Ini Nekat Pukul Gurunya Pakai Kursi Kayu. Kompas Regional Pontianak.

[Online: https://regional.kompas.com/read/2017/06/20/09594541/tak.naik.kelas.siswa.ini.nekat.pukul.gurunya.pakai.kursi.kayu] diakses 16 Oktober 2018.

Pontororing, M. (2018) Kepala SMP 4 Lolak Dianiaya Orang Tua Siswa. Metro TV News.

[Online : http://news.metrotvnews.com/daerah/VNx3RdqK-kepala-smp-4-lolak-dianiaya-orang-tua-siswa] diakses 16 Oktober 2018.

Baca juga:
Rawat Kebhinekaan dengan Dialog Lintas Perhimpunan Internal Kampus
Kafe Baca Pertama di Kota Palopo Diresmikan
Pendidikan Karakter Pada Era Digital

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI