Amerika Serikat baru saja melaksanakan pemilihan presiden pada 5 November 2024 yang lalu. Dalam sistem politik Amerika Serikat terdapat dua partai yang mendominasi yaitu partai Demokrat dan partai Republik. Kedua partai tersebut memiliki agenda politiknya masing-masing.
Partai Demokrat agenda politiknya adalah perjuangan memenuhi hak-hak sipil, jaring pengaman sosial yang luas, serta Langkah-langkah untuk mengatasi perubahan iklim. Sedangkan, Partai Republik memiliki agenda politiknya yaitu memperjuangkan pajak yang lebih rendah, mengecilkan ukuran pemerintah, memperjuangkan hak senjata, serta pengetatan imigrasi dan aborsi.
Pada pemilihan presiden kali ini, Partai Demokrat mengusung Kamala Haris menjadi Calon Presiden Amerika Serikat menggantikan Presiden Joe Biden yang mengundurkan diri dari persaingan pemilihan presiden Amerika Serikat. Sedangkan Partai Republik mengusung mantan Presdien Amerika Serikat Donald Trump.
Hasil dari pemilihan Presiden Amerika Serikat kali ini, Donald Trump terpilih Kembali menjadi Presiden Amerika Serikat ke-47 setelah meraup 294 suara elektoral sedangkan lawannya Kamala Haris hanya meraup 233 suara electoral. Perlu diketahui batas electoral vote di Amerika Serikat sendiri adalah 270 suara.
Dengan terpilihnya Trump Kembali menjadi Presiden Amerika Serikat akan membawa dampak perekonomian terhadap semua negara termasuk Indonesia. Dampak terpilihnya Trump Kembali menjadi Presiden, Trump akan menegenakan pajak jumbo untuk barang yang akan masuk ke Amerika Serikat.
Hal inilah yang dikhawatirkan berpengaruh terhadap ekspor Indonesia. Trump rencananya akan melakukan penambahan tarif sebesar 10%-20% terhadap semua barang yang masuk ke Amerika Serikat.
Berkaca pada kepemimpinan yang lalu, Trump membuat kebijakan menurunkan tarif pajak Perusahaan di Amerika Serikat secara drastis. Dampak dari kebijakan tersebut membuat Tingkat inflasi Amerika meningkat yang pada akhirnya The Fed harus menaikan suku bunga dengan harapan dapat menanggulangi inflasi yang meningkat.
Dampak dari kenaikan suku bunga The Fed ini membuat aliran uang yang masuk ke Amerika Serikat cukup besar dan membuat rupiah tertekan. Karena rupiah tertekan, Bank Indonesia harus menaikkan suku bunga acuannya untuk dapat menjaga nilai tukarnya. Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia akan membuat harga saham dalam negeri bisa melemah karena adanya sentiment negatif tersebut.
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi akibat dari terpilihnya Trump kembali perlu adanya koordinasi kebijakan antara kebijakan moneter yang dimana wewenang Bank Indonesia dengan kebijakan fiskal wewenang dari pemerintah. Dari segi kebijakan moneter, Bank Indonesia harus memastikan Cadangan Devisa Indonesia yang tercukupi sebagai antisipasi terhadap permasalahan eksternal.
Dari segi pemerintah, perlu adanya diversifikasi barang ekspor agar mengurangi resiko atas hambatan dagang baru. Selain itu perlu adanya penguatan kerja sama antar negara dan regional untuk dapat menjadi penyeimbang dan Indonesia memiliki jangkauan pasar yang lebih luas selain Amerika Serikat.
Penulis: Alpen Mario Albertus Sitorus
Mahasiswa Iilmu Ekonomi Pembangunan, Universitas Sultan Ageng TirtayasaÂ
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News