Fenomena Bunuh Diri pada Mahasiswa: Peran Kesehatan Mental dan Dukungan Sosial

Fenomena Bunuh Diri pada Mahasiswa
Peran Kesehatan Mental dan Dukungan Sosial (Sumber: Penulis)

Bunuh diri atau biasa dikenal dengan istilah Bundir adalah sebuah tindakan sengaja yang menyebabkan kematian pada diri sendiri. Banyak penyebab dan alasan seseorang melakukan bunuh diri.

Belakangan ini, banyak kita jumpai kasus-kasus bunuh diri yang dilakukan oleh remaja, terutama di kalangan mahasiswa. Bahkan, menurut World Health Organization, bunuh diri merupakan penyebab kematian terbesar keempat pada kelompok usia 15-29 tahun.

Banyak kasus bunuh diri berawal dari depresi yang tidak menemukan jalan keluar, baik karena masalah percintaan, keluarga, pertemanan, atau bahkan karena tuntutan pendidikan.

Fenomena bunuh diri pada mahasiswa merupakan permasalahan serius yang membutuhkan perhatian mendalam dari berbagai pihak.

Bacaan Lainnya

Berdasarkan databoks, hingga 18 Oktober 2023, jumlah kasus bunuh diri di Indonesia sendiri sudah mencapai 971 kasus. Melihat kasus-kasus ini, menunjukkan tekanan mendalam yang dialami oleh mahasiswa Indonesia, hal ini menyiratkan sebuah tantangan dan tekanan yang dihadapi oleh generasi muda dalam mengejar pendidikan tinggi.

Gaya hidup pada mahasiswa itu sendiri juga dapat mempengarui tingkat risiko atas berbagai persoalan mental. Remaja usia 18-25 tahun memiliki kerentanan yang lebih tinggi untuk melakukan suatu hal yang mencelakai dirinya sendiri, hal ini dikaitkan dengan adanya perubahan hormon dan emosional dari remaja yang beranjak dewasa.

Adanya perubahan dalam berbagai aspek, misalnya pada fisik, emosional, mental, tanggung jawab, dan juga hubungan sosial akan menyebabkan sebuah tekanan yang besar pada sebagian orang.

Semua aspek perubahan ini membuat kebanyakan dari mereka mengalami berbagai masalah kesehatan mental, yang dimana pada puncaknya akan terjadi sebuah pikiran untuk mengakhiri hidupnya.

Seseorang yang memutuskan bunuh diri bisa melakukan segala cara untuk mencelakai dirinya sendiri, mulai dari menggantung diri, meminum cairan beracun, atau yang sedang marak adalah dengan loncat dari atas gedung yang tinggi.

Seolah-olah pada saat itu, seseorang yang memiliki keinginan untuk bunuh diri tidak bisa berifikir secara jernih karena banyaknya pikiran dan masalah yang ia hadapi tanpa adanya jalan keluar atau solusi serta dukungan dari orang-orang di sekitar.

Masalah kesehatan mental dan juga tidak adanya dorongan sosial oleh orang-orang di sekitar juga menjadi faktor pendukung seseorang bisa melakukan hal ini. Misalnya depresi, merasa tidak berguna, tidak ada seseorang yang peduli, dan selalu merasa sendiri.

Kesehatan jiwa menjadi tantangan besar dalam skala global untuk meminimalisir angka bunuh diri. Perlu adanya edukasi dan kesadaran yang tinggi bagi masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan mental dan juga menciptakan sebuah jaringan sosial yang baik, untuk mencegah sesuatu hal yang tidak diinginkan.

Kesehatan mental pada mahasiswa dipicu oleh berbagai hal, salah satu faktor yang yang menjadi suatu pemicu utama dari fenomena bunuh diri pada kalangan mahasiswa adalah tekanan akademis.

Sering kali mahasiswa merasa dirinya tidak mampu untuk memenuhi tuntutan akademis, persaingan yang ketat, dan tingginya segala ekspektasi yang ada, dimana hal-hal ini dapat menjadi suatu beban psikologis pada diri seorang mahasiswa.

Peran kesehatan mental pada setiap individu memiliki pengaruh yang cukup besar. Banyak orang yang menganggap remeh mengenai kesehatan mental itu sendiri, padahal kesehatan mental ini sama pentingnya dengan kesehatan fisik seseorang.

Pentingnya menjaga kesehatan mental ini seharusnya mendapatkan sebuah perhatian khusus, misalnya dengan dilakukannya kampanye penyuluhan kesehatan mental di seluruh kalangan masyarakat.

Pada sebagian mahasiswa baru, perubahan lingkungan merupakan suatu masalah baru yang menjadi suatu tantangan di dalam dirinya, bagi seseorang yang memiliki sifat yang cendurung pendiam serta tertutup pasti akan mengalami sebuah kesulitan apabila seorang tersebut tidak terbiasa untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, teman, dan suasana yang baru.

Pergantian dari lingkungan sekolah menengah ke dalam lingkungan kampus bisa jadi pemicu seseorang mengalami stress. Adaptasi dengan lingkungan baru serta tuntutan akademik yang baru, perasaan homesick, dan seluruh tekanan sosial bisa berdampak pada kesehatan mental mahasiswa.

Melihat maraknya fenomena bunuh diri pada mahasiswa, hal ini membutuhkan suatu perhatian khusus. Perlu adanya sebuah edukasi yang ditanamkan kepada masing-masing individu untuk meningkatkan kesadaran mengenai kesehatan mental.

Melalui sarana ini, diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk mengidentifikasi serta mengenali gejala, memahami pentingnya mencari bantuan kepada seseorang yang ia percaya, dan lebih pandai lagi untuk menjaga kesehatan mental pada diri sendiri, karena pada dasarnya orang yang paling memahamimu adalah diri kamu sendiri.

Kesehatan mental merupakan suatu tantangan yang besar bagi sebagian besar orang, perlu adanya kesadaran untuk meningkatkan kesehatan mental kita. Gangguan kesehatan mental jelas akan berpengaruh pada suatu kualitas sumber daya manusia.

Kondisi mental yang baik membuat mahasiswa fokus untuk melakukan seluruh aktivitasnya. Selain itu, mahasiswa akan mempunyai daya tahan yang baik ketika menghadapi tantangan dan lebih mudah beradaptasi terhadap lingkungan baru.

Selain kesehatan mental, aspek sosial juga merupakan peran yang penting dalam kehidupan mahasiswa, butuhnya dukungan sosial dari orang-orang di sekeliling kita juga merupakan suatu hal yang tidak dapat kita pungkiri.

Manusia pada dasarnya merupakan makhluk sosial, dimana hubungan sosial ini penting untuk kelangsungan hidup kita. Hubungan sosial dengan keluarga, teman, maupun dengan orang-orang terdekat akan berdampak besar pada kesehatan mental kita.

Membangun sebuah hubungan yang positif dengan orang-orang di sekitar akan membantu untuk menjaga kestabilan mental kita, karena pengaruh dukungan sosial ini sangat berdampak besar pada kehidupan seseorang.

Dukungan sosial merupakan faktor pendukung untuk mencegah bunuh diri pada mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki hubungan dan jaringan sosial yang kurang baik akan lebih berpotensi depresi, sehingga tidak jarang dari mereka yang memiliki pikiran untuk menyelesaikan hidupnya.

Penting sekali bagi setiap perguruan tinggi dan juga masyarakat sekeliling untuk menciptakan sebuah lingkungan yang mendukung bagi mahasiswa.

Kesehatan mental dan dukungan sosial menjadi peran penting dalam pencegahan bunuh diri pada mahasiswa. Kesehatan mental dan dukungan sosial yang baik dapat menjadi benteng pertahanan bagi seseorang.

Kehidupan di dunia kampus yang sering kali menantang bagi setiap mahasiswa, menjadikan mahasiswa tersebut memiliki sebuah upaya proaktif dalam meningkatkan kesadaran akan kesehatan mental.

Selain itu, memiliki dukungan sosial dari orang-orang di sekitar tentunya juga akan mendukung kesejahteraan dan kesehatan mental kita.

Dengan demikian, sebuah upaya mengenai peran kesehatan mental dan peningkatan dukungan sosial di lingkungan pendidikan tinggi atau di dunia kampus sangat berpengaruh besar dalam mengatasi tantangan bunuh diri pada mahasiswa. Sehingga dengan upaya tersebut diharapkan dapat menurunkan angka bunuh diri pada mahasiswa di Indonesia.

 

Penulis: Gladis Tarissa Liandra Arviona
Mahasiswa Hukum, Universitas Muhammadiyah Malang

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses