Homeschooling, Sebuah Gerakan Pendidikan Alternatif

Kesulitan mencari sekolah ideal bagi anak menjadi isu yang sering diperbincangkan belakangan ini di kalangan orang tua yang memiliki anak usia sekolah. Tak dapat dipungkiri bahwa standar sekolah ideal yang diinginkan para orang tua maupun pemerhati pendidikan menjadi semakin sulit untuk ditemukan.

Banyak anak yang secara potensial dapat berpikir mendalam, kreatif, dan memiliki sikap sopan santun, kemudian berubah drastis setelah masuk sekolah. Anak-anak dipaksa belajar apa saja dalam tempo yang telah ditetapkan dan diikat dengan belenggu kurikulum yang ketat hanya untuk mengejar skor tertentu yang ditetapkan sebagai batas kelulusan dalam Ujian Nasional (UN). Keadaaan demikian membuat anak akan merasa dan mengalami tekanan ketika potensi itu tidak tersalurkan di tempat yang benar.

Dari hal tersebut muncullah berbagai alternatif pendidikan. Sebagai solusi untuk mencari format pendidikan yang benar-benar baik untuk anak-anak. Salah satu yang sedang marak di perbincangkan adalah homeschooling. Sebenarnya istilah homeschooling ini bukanlah hal yang baru lagi. Jika ditelusuri biografi para tokoh yang berpengaruh di masa lalu, sesungguhnya merekapun ditempa dengan pendidikan “di rumah”, meskipun formatnya berbeda dengan yang sekarang, seperti Ki Hajar Dewantara dan Buya Hamka. Model pendidikan homeschooling ini tanggung jawabnya secara penuh berada di tangan orang tua, tidak diserahkan kepada pihak lain sebagaimana sekolah formal.

Bacaan Lainnya
DONASI

Homeschooling merupakan bahasa Inggris yang terdiri dari kata home dan school. Menurut kamus bahasa Inggris homeschooling merupakan bentuk kata kerja, homeschooling is to instruct (a pupil, for example) in an educational program outside of established schools, especially in the home. Homeschooling berarti membimbing (misalnya: seorang murid) dalam program pendidikan di luar sekolah umum, khususnya dilaksanakan di rumah.

Perkembangan homeschooling di Indonesia juga dipengaruhi oleh akses terhadap informasi yang semakin terbuka dan membuat para orang tua punya banyak pilihan untuk pendidikan anak-anaknya. Diperkuat dengan aspek legalitas 5 Istilah homeschooling ini sudah cukup populer belakangan ini. Sayangnya, upaya pemasyarakatan homeschooling tidak cukup diikuti dengan informasi yang berkenaan dengan persyaratan yang seharusnya dimiliki dalam menerapkannya. Akibatnya, praktek homeschooling di negara kita menjadi berbeda, alias salah kaprah. Pemasyarakatan homeschooling tidak dengan dasar pikiran yang tepat dan kuat. Masyarakat –seperti biasanya– sangat cepat memberikan respon positif; bila yang berbicara adalah orang-orang yang dianggap ahli. Sebagain kalangan mengatakan bahwa homeschooling di Indonesia tak ubahnya semacam private school yang eksklusif. Orang tua yang memiliki anak-anak yang bermasalah dengan lingkungan sosialnya malah dipindahkan ke sekolah jenis ini.

Di sisi lain, menunjukkan bahwa sangat sedikit siswa homeschooling yang mengalami masalah dalam berhubungan sosial. Menurutnya, berbagai kritik yang dilontarkan mengenai homeschooling berkenaan dengan kemampuan sosialisasi anak justru menghasilkan hal yang sebaliknya. Konsep diri yang positif yang diperoleh anak-anak dari pendidikan homeschooling ternyata mampu mendorong kemampuan sosialisasi yang baik.

DWI NUR AMALIA
Mahasiswa Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Semarang

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI