Alternatif Pendidikan Bagi Generasi ‘Alpha’ Ditinjau dari Perspektif Humanistik

Generasi alpha merupakan sebutan bagi anak-anak yang lahir pada tahun 2010-2025. Generasi ini dianggap paling ‘melek’ terhadap teknologi jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya seperti generasi y dan z karena mereka tumbuh bersama teknologi itu sendiri. Karakteristik utama dari generasi alpha yakni menjadi generasi terbesar dan terpintar, serta sangat dekat dengan teknologi sehingga sangat cepat dalam menyerap teknologi terkini.

Karena tumbuh dengan teknologi, maka tentu saja hal ini membawa dampak bagi anak-anak, baik itu dampak positif ataupun negatif. Dampak positifnya segala kegiatan menjadi mudah karena dikerjakan oleh teknologi. Sedangkan dampak negatifnya menjadikan anak kurang bersosialisasi, terbawa arus pada budaya-budaya yang menyimpang dari norma masyarakat.

Untuk mengantisipasi dampak-dampak yang akan terjadi, sebagai pendidik/orangtua wajib memberikan alternatif pendidikan yang tidak hanya mengajarkan anak tentang ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), melainkan harus diimbangi dengan pendidikan karakter yang baik. Dengan pendidikan karakter, maka anak-anak tidak hanya mampu menguasai teknologi melainkan memiliki karakter yang baik pula.

Pendidikan Karakter
Seperti yang kita tahu generasi alpha merupakan generasi yang bahkan tidak membutuhkan pendidikan tentang teknologi, mereka bahkan jauh lebih cerdas jika dibandingkan dengan guru-gurunya di sekolah. Hal yang justru menjadi fokus perhatian pada generasi alpha yakni pada pembentukan karakter dari anak-anak alpha.

Dilansir dari TribunJambi.com, ciri-ciri anak generasi alpha yaitu : (1) Mereka bossy, dominan, dan sangat suka mengatur; (2) Mereka tak suka berbagi; (3) Mereka tidak mau mengikuti aturan; dan (4) Teknologi menjadi bagian hidup mereka.

Ciri-ciri yang ditunjukkan oleh generasi alpha ini lebih cenderung pada sikap egois dan individualis. Hal ini disebabkan karena generasi alpha lahir dari orangtua bergenerasi Z, yang mana pola hidupnya sudah dipengaruhi oleh kemajuan teknologi yang pesat. Pengasuhan dibantu oleh asisten rumah tangga. Dampaknya, terbentuklah karakter anak yang kerap kali harus minta dibantu, dan hampir tidak pernah mendapat latihan tanggung jawab. Sehingga karakter-karakter yang dimiliki oleh anak generasi alpha menjadi anak yang manja, kurang memiliki daya juang serta mudah menyerah.

Perlu kita pahami bahwa pembentukan karakter anak memang tidak sepenuhnya kesalahan dari orangtua, melainkan terdapat hal-hal lain seperti lingkungan sekolah, masyarakat serta berkembanganya ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat. Namun keluarga/orangtua memiliki peran yang sangat besar dalam pembentukan anak. Seperti yang dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan yang pertama dimulai dari keluarga. Sehingga keluarga menjadi faktor pertama dan utama dalam membentuk karakter anak.

Anak-anak itu ibarat sebuah benih. Dalam pertumbuhannya, setiap anak pasti membawa potensi perilaku baik dan buruk dalam dirinya. Namun dalam tumbuh dan kembangnya benih tersebut, tergantung pada kualitas tanah dan lingkungan sekitarnya. Artinya karakter anak terbentuk dari cara orangtua mendidiknya dan lingkungan sekolah ataupun masyarakat dimana anak tinggal.

Hal yang menjadi hambatan dalam pembentukan karakter anak ialah kurangnya ‘model’ atau teladan dalam lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat. Jika anak sering melihat orangtuanya menolong orang lain, menabung, menghargai pendapat orang lain, taat beragama, bertanggung jawab, disiplin – maka secara tidak langsung anak-anak akan mencontoh perilaku tersebut sehingga menjadi pribadi yang baik.

Dalam pembentukan karakter anak generasi alpha ini maka perlu didukung oleh lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiganya harus saling membantu dalam memotivasi dan mendorong anak untuk selalu melakukan hal-hal yang terpuji. Anak-anak harus mempraktikkan langsung pengalaman tersebut, karena perbuatan dan pengalaman langsung akan lebih bermaknsa dan berdampak baik daripada memberikkan seribu kata ataupun nasihat kepada anak-anak

Endah Hari Utari
Mahasiswa Universitas Negeri Semarang

 

 

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI