Abstrak
Desa Karangnongko terletak di Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali ini yang terdiri dari 36 RT, 08 RW, 13 dukuh serta berada di daerah pegunungan dengan ketinggian 0 sampai 500 meter di atas permukaan laut.
Dengan jumlah penduduk sekitar 3.850 jiwa, desa ini memiliki potensi besar dalam pengembangan perekonomian berbasis susu.
Sekitar 30% dari jumlah penduduk memiliki sapi perah, yang memproduksi susu harian antara 10-15 liter per sapi, dengan harga susu per liter mencapai Rp6.000 ribu rupiah.
Inovasi dalam pengolahan susu perah menjadi Tahu Susu Bandung Sri Rahayu, bertujuan untuk meningkatkan perekonomian lokal.
Proses pembuatan tahu dilakukan berdasarkan pesanan, dimulai dengan merendam kedelai dalam air selama 3 jam.
Setelah direndam, kedelai digiling, kemudian dicampurkan dengan air mendidih dan disaring untuk memisahkan sari pati tahu menggunakan bunga tahu.
Baca Juga:Â Pengembangan UMKM Susu Sapi dengan Rasa Kurma pada Desa Plaosan
Proses ini dilanjutkan dengan pencetakan dan penguningan, di mana setiap 15 kg kedelai memerlukan 1 liter susu perah.
Melalui penerapan inovasi ini, diharapkan perekonomian Desa Karangnongko dapat meningkatkan dan memberikan manfaat bagi masyarakat.
Serta menjadikan tahu susu bandung sebagai produk unggulan yang mampu bersaing di pasar lokal.
Penelitian ini bertujuan untuk menggali potensi perekonomian berbasis susu perah dan dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat desa.
Kata kunci: Tahu Susu Bandung, Susu Perah, Perekonomian Desa, Inovasi Produk, Karangnongko
Abstract
Karangnongko Village is located in Mojosongo District, Boyolali Regency, which consists of 36 RT, 08 RW, 13 hamlets and is located in a mountainous area with an altitude of 0 to 500 meters above sea level.
With a population of around 3,850 people, this village has great potential in developing a milk-based economy.
Around 30% of the population has dairy cows, which produce daily milk between 10-15 liters per cow, with the price of milk per liter reaching IDR 6,000 thousand rupiah.
Innovation in processing dairy milk into Sri Rahayu Bandung Milk Tofu aims to improve the local economy.
The tofu making process is carried out based on orders, starting with soaking soybeans in water for 3 hours.
After soaking, the soybeans are ground, then mixed with boiling water and filtered to separate the tofu starch using tofu flowers.
This process is continued with printing and yellowing, where every 15 kg of soybeans requires 1 liter of dairy milk.
Through the implementation of this innovation, it is expected that the economy of Karangnongko Village can improve, provide benefits to the community.
Baca Juga:Â Water Supply System: Inovasi Sukses Meningkatkan Akses Air Bersih di Desa Saliki
And make Bandung milk tofu a superior product that can compete in the local market.
This study aims to explore the economic potential based on dairy milk and its impact on the welfare of the village community.
Keywords: Bandung Milk Tofu, Dairy Milk, Village Economy, Product Innovation, Karangnongko
Pendahuluan
Desa Karangnongko, yang terletak di Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali, memiliki keunikan geografis dan sosial yang menjadikannya sebagai lokasi yang strategis untuk pengembangan ekonomi berbasis pertanian dan peternakan.
Desa ini terdiri dari 36 Rukun Tetangga (RT), 08 Rukun Warga (RW), dan 13 dukuh, dengan total populasi sekitar 3.850 jiwa. Dari jumlah tersebut, 1.920 adalah perempuan dan 1.913 adalah laki-laki.
Desa Karangnongko berada di ketinggian antara 0 hingga 500 meter di atas permukaan laut, yang memungkinkan pengembangan tanaman dan peternakan yang beragam.
Salah satu potensi utama desa ini adalah keberadaan sapi perah. Sekitar 30% dari total penduduk memiliki sapi perah, di mana setiap sapi dapat memproduksi susu sebanyak 10 hingga 15 liter per hari.
Harga jual susu per liter saat ini berkisar Rp 6.000, yang memberikan penghasilan yang signifikan bagi peternak sapi perah.
Dengan potensi produksi susu yang melimpah, Desa Karangnongko memiliki peluang besar untuk mengembangkan industri pengolahan susu, khususnya dalam pembuatan tahu Bandung.
Produk unggulan yang dihasilkan dari inovasi ini adalah Tahu Bandung Sri Rahayu. Proses pembuatan tahu susu ini dilakukan berdasarkan pesanan, yang menjamin kesegaran dan kualitas produk.
Langkah-langkah dalam pembuatan tahu susu antara lain adalah merendam kedelai dalam air selama tiga atau 4 jam, kemudian digiling dan dicampur dengan air mendidih.
Setelah itu, campuran disaring untuk memisahkan sari pati, dan proses pengendapan dilakukan dengan menggunakan bunga tahu.
Tahu yang dihasilkan kemudian dicetak dan dipotong setelah dingin, serta mengalami proses penguningan dengan tambahan susu perah, di mana setiap 15 kg kedelai memerlukan 1 liter susu perah.
Tahu Bandung Sri Rahayu telah beroperasi selama kurang lebih empat tahun. Kisah pendirian usaha ini bermula dari pengalaman Ibu Sri, yang mempelajari teknik pembuatan tahu di Bandung.
Setelah mendapatkan pengetahuan dan keterampilan, beliau mengembangkan usaha ini di Desa Karangnongko, di mana pasokan susu perah yang memadai mendukung keberhasilan produk ini.
Dengan memanfaatkan bahan baku lokal yang melimpah, inovasi ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
Melalui penelitian ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai potensi ekonomi berbasis susu perah di Desa Karangnongko, proses pembuatan Tahu Bandung, serta dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat.
Dengan demikian, diharapkan inovasi ini tidak hanya memberikan keuntungan ekonomi, tetapi juga berkontribusi terhadap pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kualitas hidup masyarakat Desa Karangnongko secara keseluruhan.
Metode
1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Karangnongko, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali. Desa ini dipilih karena memiliki potensi besar dalam produksi susu perah serta pengalaman masyarakat dalam pembuatan tahu.
Kegiatan dimulai dari bulan Januari hingga Februari, dengan fokus pada pengembangan inovasi olahan Tahu Bandung.
2. Populasi dan Sampel
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh peternak sapi perah dan pengolah tahu di Desa Karangnongko.
Dari total penduduk sekitar 3.850 jiwa, estimasi 30% merupakan peternak sapi perah. Sampel diambil secara purposive dari 10 peternak sapi perah yang juga terlibat dalam pengolahan tahu, serta 2 pengolah tahu yang telah berpengalaman.
3. Alat dan Bahan
Bahan Utama:
- Kedelai (15 kg per batch)
- Susu perah (1 liter per batch)
- Bunga tahu (koagulan)
Alat dan Perlengkapan:
- Wadah untuk merendam kedelai
- Blender atau penggiling kedelai
- Panci untuk merebus
- Saringan atau kain saringan
- Cetakan tahu
- Kompor
Baca Juga:Â Limbah Cair Olahan Pindang Ikan dapat Bernilai Tambah
4. Prosedur Pembuatan Tahu Susu Bandung
Persiapan Kedelai
- Merendam Kedelai: Kedelai direndam dalam air bersih selama 3 jam atau 4 jam untuk meningkatkan kelembutan dan mempermudah proses penggilingan.
Pengolahan Kedelai
- Menggiling Kedelai: Setelah direndam, kedelai digiling menggunakan blender hingga halus. Air dapat ditambahkan sedikit untuk mempermudah proses penggilingan.
- Merebus Campuran: Campuran kedelai yang sudah digiling dicampurkan dengan 2 liter air dan direbus hingga mendidih.
- Penyaringan: Setelah mendidih, campuran disaring menggunakan kain saringan untuk memisahkan sari kedelai (susu kedelai) dari ampasnya.
Proses Pembuatan Tahu
- Koagulasi: Susu kedelai yang sudah disaring dimasukkan ke dalam wadah dan ditambahkan koagulan (bunga tahu) sesuai takaran, kemudian diaduk hingga merata.
- Pengendapan: Campuran dibiarkan selama 10-15 menit agar terjadi pengendapan.
- Pencetakan: Setelah mengendap, tahu dipindahkan ke cetakan dan ditekan untuk mengeluarkan sisa air.
- Pendinginan dan Penguningan: Tahu yang sudah dicetak dibiarkan dingin, kemudian dipotong sesuai ukuran yang diinginkan.
Baca Juga:Â Pelatihan Pembuatan Abon Jantung Pisang Guna Mengoptimalkan Sumber Daya Alam Lokal
5. Analisis Data
Data yang dikumpulkan dari survei dan wawancara akan dianalisis menggunakan metode deskriptif. Indikator yang akan dianalisis meliputi:
- Peningkatan pendapatan peternak setelah menerapkan inovasi tahu susu.
- Respons masyarakat terhadap produk tahu Bandung.
- Efektivitas proses pembuatan dalam menghasilkan produk yang berkualitas.
6. Evaluasi dan Pelaporan
Hasil dari kegiatan ini akan dievaluasi berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.
Laporan akhir akan disusun dalam bentuk artikel yang memuat analisis mendalam mengenai dampak inovasi terhadap perekonomian Desa Karangnongko, serta rekomendasi untuk pengembangan lebih lanjut.
Dengan metode yang terencana dan sistematis ini, diharapkan inovasi olahan tahu susu Bandung dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan perekonomian berbasis susu perah di Desa Karangnongko.
Baca Juga:Â Susu Pasteurisasi Non-Thermal Menggunakan Pulse Electric Field (PEF)
Hasil dan Pembahasan
1. Profil Desa Karangnongko
Desa Karangnongko, yang terletak di Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali, memiliki karakteristik demografis yang menarik.
Terdapat 36 Rukun Tetangga (RT), 08 Rukun Warga (RW), dan 13 dukuh, dengan total penduduk sekitar 3.850 jiwa. Komposisi penduduk terdiri dari 1.920 perempuan dan 1.913 laki-laki.
Desa ini berada di ketinggian antara 0 hingga 500 meter di atas permukaan laut, menjadikannya cocok untuk kegiatan pertanian dan peternakan.
2. Potensi Sumber Daya Susu Perah
Sekitar 30% dari penduduk desa memiliki sapi perah, yang setiap harinya dapat memproduksi susu antara 10 hingga 15 liter per sapi.
Dengan harga jual susu mencapai Rp6.000 per liter, potensi pendapatan dari susu perah sangat signifikan.
Baca Juga:Â Tinta Cumi-cumi: Pigmen Alami dengan Segudang Potensi
Hal ini memberikan dasar yang kuat untuk pengembangan industri pengolahan susu, khususnya dalam pembuatan produk tahu susu Bandung.
3. Proses Pembuatan Tahu Bandung
Metode Pembuatan
Pembuatan Tahu Bandung Sri Rahayu dilakukan berdasarkan pesanan, sehingga kualitas dan kesegaran produk terjaga. Prosesnya meliputi beberapa tahapan:
- Merendam Kedelai: Kedelai direndam dalam air selama 3 dan 4 jam untuk meningkatkan kelembutan.
- Menggiling Kedelai: Kedelai yang telah direndam kemudian digiling sampai halus.
- Merebus Campuran: Campuran kedelai yang telah digiling direbus dengan air hingga mendidih.
- Penyaringan: Setelah mendidih, campuran disaring untuk memisahkan sari kedelai dari ampas.
- Koagulasi: Susu kedelai yang dihasilkan dicampur dengan koagulan (bunga tahu) dan dibiarkan mengendap.
- Pencetakan dan Penguningan: Tahu yang dihasilkan dicetak, dipotong, dan mengalami proses pendinginan dengan tambahan susu perah.
Baca Juga:Â Pengolahan Buah Naga Merah Menjadi Selai Buah dengan Pemanis Rendah Kalori Gula Stevia
Perbandingan dengan Metode Tradisional
Dibandingkan dengan metode tradisional, penggunaan susu perah dalam pembuatan tahu ini memberikan nilai tambah yang signifikan.
Produk Tahu Bandung mengandung protein dan kalsium yang lebih tinggi, sehingga lebih bernutrisi dan menarik bagi konsumen.
Selain itu, inovasi ini juga menciptakan diferensiasi produk yang dapat bersaing di pasar.
Baca Juga:Â Telur Asin Khas Brebes: Keunikan Rasa dan Proses Pembuatannya
4. Dampak Ekonomi
Peningkatan Pendapatan
Setelah penerapan inovasi ini, pendapatan peternak dan pengolah tahu mengalami peningkatan yang signifikan.
Rata-rata pendapatan peternak dari penjualan susu perah meningkat sekitar 20% setelah mereka mulai berkolaborasi dalam produksi Tahu Bandung.
Dengan harga jual tahu yang kompetitif, pengolah tahu juga merasakan peningkatan permintaan produk, yang berdampak positif pada pendapatan mereka.
Penciptaan Lapangan Kerja
Inovasi ini juga berdampak pada penciptaan lapangan kerja baru. Dengan meningkatnya produksi tahu bandung, dibutuhkan tenaga kerja tambahan untuk membantu dalam proses pembuatan dan distribusi.
Hal ini memberikan kesempatan kerja bagi anggota masyarakat, khususnya kaum perempuan, yang sebelumnya sulit mendapatkan pekerjaan.
5. Respons Masyarakat
Masyarakat Desa Karangnongko menunjukkan respons yang positif terhadap produk Tahu Bandung.
Banyak konsumen yang mengapresiasi kualitas dan rasa produk, sehingga terjadi peningkatan permintaan.
Baca Juga:Â Menyelami Cita Rasa Angkringan Nampatdua: Pengalaman Mahasiswa Perantauan
Selain itu, kegiatan promosi dan edukasi yang dilakukan oleh pengolah tahu juga berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat kesehatan dari produk ini.
6. Kesimpulan
Inovasi olahan Tahu Bandung di Desa Karangnongko telah berhasil meningkatkan perekonomian berbasis susu perah.
Dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang melimpah, usaha ini tidak hanya memberikan keuntungan finansial bagi peternak dan pengolah tahu, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.
Penelitian ini merekomendasikan pengembangan lebih lanjut dalam hal pemasaran dan diversifikasi produk untuk mencapai keberlanjutan ekonomi yang lebih baik di masa depan.
Dengan demikian, inovasi ini menjadi contoh yang baik untuk pengembangan ekonomi berbasis masyarakat di daerah pedesaan, yang dapat diadaptasi di wilayah lain dengan potensi serupa.
Simpulan
Inovasi olahan Tahu Bandung di Desa Karangnongko telah menunjukkan dampak yang signifikan dalam meningkatkan perekonomian berbasis susu perah.
Desa Karangnongko, yang terletak di Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali, memiliki 36 Rukun Tetangga (RT), 08 Rukun Warga (RW), dan 13 dukuh, dengan total populasi sekitar 3.850 jiwa.
Komposisi penduduk yang terdiri dari 1.920 perempuan dan 1.913 laki-laki menunjukkan keseimbangan gender yang baik, dan sekitar 30% dari total penduduk memiliki sapi perah.
Potensi Sumber Daya Lokal
Sumber daya alam yang melimpah di desa ini, termasuk susu perah yang dihasilkan dari sapi dengan produksi harian 10 hingga 15 liter per sapi, memberikan peluang besar untuk pengembangan industri pengolahan susu.
Dengan harga jual susu mencapai Rp6.000 per liter, pendapatan yang dihasilkan dari susu perah menjadi sumber penghasilan yang signifikan bagi banyak keluarga.
Baca Juga: Sosialisasi Ibu-Ibu PKK dalam Peningkatan Nilai Jual Buah dan Sayuran
Proses Produksi Tahu Bandung
Proses pembuatan Tahu Bandung Sri Rahayu dilakukan berdasarkan pesanan, yang menjamin kesegaran produk.
Langkah-langkah dalam produksi meliputi perendaman kedelai selama 3 jam, penggilingan, perebusan, penyaringan, dan pengendapan menggunakan koagulan (bunga tahu).
Proses penguningan menggunakan susu perah meningkatkan kualitas nutrisi produk akhir, di mana setiap 15 kg kedelai memerlukan 1 liter susu perah.
Peningkatan Ekonomi
Inovasi ini telah meningkatkan pendapatan peternak dan pengolah tahu secara signifikan.
Rata-rata pendapatan peternak meningkat sekitar 20%, yang tidak hanya meningkatkan kesejahteraan individu tetapi juga memperkuat ekonomi lokal.
Selain itu, produk Tahu Susu Bandung yang berkualitas tinggi telah diterima dengan baik oleh masyarakat, meningkatkan permintaan dan menciptakan peluang pasar yang lebih luas.
Baca Juga:Â Peluang, Tantangan, dan Strategi Ekonomi Digital bagi UMKM
Penciptaan Lapangan Kerja
Dengan meningkatnya produksi Tahu Bandung, tercipta lapangan kerja baru di desa. Banyak anggota masyarakat, terutama perempuan, terlibat dalam proses produksi dan pemasaran, memberikan mereka kesempatan untuk meningkatkan pendapatan dan keterampilan mereka.
Respons Masyarakat dan Keberlanjutan
Masyarakat Desa Karangnongko menunjukkan respons positif terhadap produk Tahu Bandung. Penerimaan yang baik dari konsumen lokal dan luar daerah mendorong pengembangan usaha ini.
Untuk memastikan keberlanjutan, disarankan agar pelatihan dan edukasi dilanjutkan, serta diversifikasi produk untuk menjangkau lebih banyak konsumen.
Inovasi olahan Tahu Susu Bandung di Desa Karangnongko adalah contoh nyata bagaimana pemanfaatan sumber daya lokal dapat meningkatkan perekonomian masyarakat secara berkelanjutan.
Dengan memanfaatkan potensi susu perah dan pengolahan tahu yang efisien, usaha ini tidak hanya mendukung kesejahteraan peternak dan pengolah tahu, tetapi juga memberikan kontribusi positif terhadap kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.
Rekomendasi untuk pengembangan lebih lanjut mencakup peningkatan kapasitas produksi, strategi pemasaran yang lebih baik, dan pengembangan produk baru untuk mencapai keberlanjutan ekonomi yang lebih baik di masa depan.
Daftar Referensi
Aditama, R. (2020). Peningkatan Kualitas Produk Tahu Melalui Inovasi Pengolahan. Jurnal Teknologi Pangan, 15(2), 101-110.
Santosa, T. (2019). Pengaruh Susu Perah terhadap Kualitas Tahu. Jurnal Ilmu Pertanian, 12(1), 45-52.
Sari, D. (2018). Analisis Ekonomi Peternakan Sapi Perah di Boyolali. Buletin Ekonomi Pedesaan, 22(3), 215-230.
Sihombing, J. (2021). Inovasi Olahan Tahu Susu: Peluang dan Tantangan. Prosiding Seminar Nasional Pangan dan Pertanian, 5(1), 89-95.
Sri Rahayu, I. (2022). Sejarah dan Perkembangan Tahu Susu Bandung di Karangnongko. Jurnal Budaya dan Industri, 8(2), 201-210.
Widyastuti, A. (2023). Strategi Pemasaran Produk Tahu Susu di Desa Karangnongko. Jurnal Manajemen Pemasaran, 10(4), 150-160.
Yulianto, B. (2017). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Inovasi Pangan Lokal. Jurnal Pengabdian Masyarakat, 13(2), 78-85.
Penulis:
1. Maria Valentina Galuh Mustika Dewi
2. Berlianti Permata Ayu
3. Restu Readi
4. Diana Kristati Goring
5. Fetriana Niis Riu
6. Anjelina Priyanti Lalo
7. Shela Oktiani
8. Nella Candia Putri Guska
9. Reka Ayu Dewi Silviyani
10. Fadya Puput Windar Rani
11. Bagus Aji Pangestu
Mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News