Keamanan Penggunaan Media Digital pada Kesehatan Mental Anak

Mental
Mahasiswa KPN 21 Kelompok 1 Bersama pelajar SD Inpres Labat

Dosen beserta mahasiswa Stikes Nusantara Kupang dan juga peran aktif guru serta pelajar SD Inpres Labat pada Jumat (27/01/2023) menggelar sosialisasi atau penyuluhan tentang Keamanan Penggunaan Media Digital pada Kesehatan Mental serta pengaruhnya pada anak yang merupakan individu yang rentan tidak terlindungi dari konten negatif di internet.

Informasi tersebut sebagian besar sampai kepada mereka tanpa sengaja melalui pesan atau link yang menyesatkan yang dapat mempengaruhi bukan hanya kesehatan fisik saja tapi juga kesehatan mental mereka.

Kegiatan berjudul “Digital Citizenship Safety Among Children’s Mental Health” (Keamanan Penggunaan Media Digital pada kesehatan Mental Anak) ini menyediakan informasi penting tentang cara menggunakan media sosial dan teknologi digital, juga potensi risiko yang mereka hadapi dalam dunia digital.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: KDRT dalam Pandangan Islam dan Dampaknya pada Kesehatan Mental Anak

Sejak awal masa pandemi Covid-19, perangkat media dan akses internet meningkat pesat. Hingga saat ini pengguna media sosial tidak hanya orang dewasa saja, melainkan juga para pelajar yang masih dalam kategori anak-anak.

Walaupun memang pada beberapa media sosial, untuk mendaftarkan akun diberikan batasan usia remaja, tidak bisa dipungkiri masih banyak anak-anak yang sudah bisa mengaksesnya dan mengarungi dunia konten media sosial bahkan bisa memiliki lebih dari satu media sosial.

Selama lockdown, penggunaan internet difokuskan untuk berkomunikasi dengan teman sebaya dan kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Semakin tingginya kebutuhan akan media sosial, seolah membuat banyak orang terbuai dan tidak menyadari dampak negatif yang sebenarnya muncul bersamaan dengan dampak positifnya.

Selain itu, banyak dari kita yang sering lupa bahwa penggunaan media ini memiliki konsekuensi yang merugikan pada kesehatan fisik maupun mental terutama pada orang yang paling rentan, seperti anak dengan klasifikasi kelompok umur 5-11 tahun dan remaja usia 12-25 tahun berdasarkan data terbaru WHO.

Tanda media sosial mempengaruhi kesehatan mental anak adalah ketika menghabiskan lebih banyak waktu online daripada bersosialisasi atau berkurangnya aktivitas tatap muka dengan teman sebaya dan orang lain.

Hal umum yang sering terjadi bagi anak juga ketika lebih tertarik memeriksa media sosial dibandingkan belajar, merasa lelah, lesu, atau rewel saat diminta menghentikan aktivitas bermain ponsel.

Baca Juga: Ironi Kecanduan Gadget Terhadap Kesehatan Mental Anak

Anak-anak juga sangat rawan mengakses konten berbahaya atau tidak pantas dan terpapar perilaku intimidasi atau bully yang menurunkan harga diri, kepercayaan diri, dan kebahagiaan, serta berpotensi mengunggah konten yang tidak pantas, seperti foto atau video yang memalukan atau provokatif tentang diri sendiri atau orang lain, berbagi informasi pribadi dengan orang asing misalnya, gambar, tanggal lahir, lokasi atau alamat serta terkena terlalu banyak iklan dan pemasaran yang tidak sesuai.

Berdasarkan data BPS mencatat data bahwa presentase pengguna Internet di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 2022 naik cukup tinggi jika dibandingkan tahun sebelumnya. Meningkatnya penggunaan smartphone akan meningkatkan risiko kecanduan yang berdampak pada status kesehatan fisik dan mental bukan hanya pada orang dewasa tetapi juga pada anak.

Mayoritas dari anak dan remaja mengatakan bahwa mereka menghabiskan tiga jam atau lebih dalam sehari menggunakan media sosial, betapa daya pikat media sosial memang tak terbantahkan, terutama untuk anak-anak.

Violin Irene Ninef selaku Dosen di Stikes Nusantara Kupang Program Studi Keperawatan Nusa Tenggara Timur yang memiliki konsen pada kesehatan mental anak dan remaja, merasa penting agar edukasi terkait Keamanan Penggunaan Media Digital terus digaungkan terutama pada anak usia sekolah yang aktif dalam penggunaan media sosial terkhususnya di Nusa Tenggara Timur.

Baca Juga: Mahasiswa PMM UMM Kelompok 96 Gelombang 10 Bantu Tingkatkan Hidup Sehat melalui Sosialisasi Penerapan Pola Hidup Sehat dan Pembinaan Kesehatan Mental pada Pondok Anak Yatim Abdul Kadir Kurnia

Menurutnya meskipun internet telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, tetap diperlukan upaya masif untuk meningkatkan kesadaran kaitannya dengan keamanan berinternet.

Selain itu perlu kesadaran dari pihak orang tua dan guru dalam mencermati tanda-tanda anak mengalami kerusakan kognitif dari media sosial serta mengawasi anak dalam aktivitas digitalnya tanpa melanggar privasinya. 

Pemerintah juga sangat diperlukan untuk meningkatkan keamanan konten atau proteksi sehingga dapat menjadikan dunia maya sebagai ruang yang aman dan positif bagi anak-anak hingga remaja sehingga bisa hidup serta tumbuh dengan keadaan mental juga jiwa yang baik dan sehat.

Penulis: Violin Irene Ninef S.Kep., Ns., M.Kep. dan mahasiswa KPN 21 Kelompok 1
Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Nusantara Kupang

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.