Keberagaman Budaya Indonesia

Sumber Ilustrasi: https://pixabay.com/

Perkembangan budaya manusia dari zaman kuno sepanjang sejarah zaman prasejarah selalu dihiasi dengan peristiwa-peristiwa yang “hilang,” apakah suku-suku di Afrika, Eropa, Amerika, Timur-Tengah, dan Asia telah diusir atau dilecehkan (Tabrani, 1995).

Salah satu dari dua sorotan adalah pembantaian Nazi terhadap orang-orang Yahudi. Kejadian tersebut berkelanjutan hingga abad XV di mana manusia Eropa merasa telah menemukan benua baru Amerika dan Australia.

Pembantaian dan pembunuhan Astec dan May penduduk asli Amerika Australia, Aborigin, serta Tasmania di Australia hingga abad ini di Kamboja (Darmoko, 2018).

Baca Juga: NCT Dream Jalan-Jalan ke Indonesia, Memberikan Nilai Budaya bagi Para Penggemar Lokal

Bacaan Lainnya

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di Asia Tenggara di mana garis khatulistiwa berpotongan, dengan 17.504 pulau besar dan kecil, yang sebanyak 6.000 pulau di antaranya tidak berpenghuni. Pulau-pulau tersebut menyebar di sekitar khatulistiwa dan menciptakan cuaca tropis.

Nama lain yang umumnya digunakan adalah Nusantara. Wilayah Indonesia, dari Sabang yang berada di paling barat Indonesia hingga Merauke yang berada di paling timur Indonesia dan mulai dari Miangas yang berada di utara Indonesia hingga Rote yang berada di selatan Indonesia, yang terdiri dari berbagai suku, bahasa, dan agama.

Berdasarkan famili (ras), Indonesia terdiri dari masyarakat adat, yaitu Mongoloid Selayan atau disebut juga Austronesia dan Malenesia, dengan Austronesia sebagai yang terbesar.

Bangsa Austranesia sendiri lebih banyak mendiami Indonesia bagian barat. Lebih khusus lagi, suku Jawa merupakan suku terbesar dengan jumlah penduduk sebanyak 41,7% jiwa dari seluruh penduduk Indonesia.

Indonesia juga memiliki semboyan nasional yaitu “Bhineka Tunggal Ika,” yang artinya “Berbeda-beda namun tetap satu,” hal tersebut dapat diartikan secara spesifik sebagai keberagaman suku bangsa, bahasa, agama, dan adat istiadat yang membentuk negara Indonesia.

Baca Juga: Budaya yang Selalu Tertanam di Dalam Hati: Budaya Kalimantan Barat

Tidak hanya memiliki jumlah penduduk yang padat serta wilayah yang luas saja, tetapi juga memeliki wilayah alam yang menunjukan keanekaragaman hayati yang menjadi salah satu yang terbesar di dunia (Antara & Yogantari, 2018).

Indonesia adalah negara dengan budaya yang memiliki banyak keragaman, di antaranya adalah budaya Jawa yang dikenal banyak orang karena kesopanannya, dan kelemah lembutannya, serta masih banyak lagi budaya yang lain yang tersebar di seluruh Indonesia. Lalu apakah yang dimaksud dengan budaya? Jika diartikan dalam bahasa Sansekerta, budaya berasal dari kata buddhayah, yang artinya segala sesuatu yang berhubungan dengan akal dan pikiran manusia.

Budaya di sisi lain, yaitu secara harfiah adalah cara hidup sekelompok orang yang diturunkan dari generasi ke generasi (Antara & Yogantari, 2018).

Cikal bakal nenek moyang bangsa indonesia yaitu sebagai keturunan ras campuran Mongolia, Kaukasoid dan Negrito, dengan tradisi kontinental yang kemudian beralih ke tradisi pulau setelah zaman es jauh sebelum masehi prasejarah.

Lambat laun selama ratusan ribu tahun, orang-orang di benus itu dikirim oleh lingkungan datar Sunda dan Sahul menjadi negara kepulauan, meliputi wilayah yang disebut Sumatera dari awal sampai Papua, dan membentuk individualitas dan tradisi laut dengan semangat laut dan teknologi laut yang terus berkembang (Darmoko, 2018).

Baca Juga: Sistem Kulturalisme Kebudayaan Nusa Tenggara Timur (Larantuka)

Harus diketahui dan diakui bahwa sejarah geologi nusantara telah mempengaruhi flora dan fauna, termasuk makhluk mirip manusia yang pernah mendiami wilayah tersebut, seperti terlihat di Situs San Gil Solo.

Bagian dari daratan Nusantara adalah pantai selatan Jawa dan dasar laut Nusa Tenggara. Berbagai fosil hewan laut telah ditemukan di kawasan ini. Kawasan ini dikenal sebagai kawasan karst yang tersusun dari endapan batu gamping terumbu karang purba, dan endapan batu bara di wilayah Sumatera dan Kalimantan menunjukkan adanya hutan purba (Darmoko, 2018).

Berdasarkan etimolog kata “kebudayaan,” berdasar dari kata budaya yang merupakan bahasa sansekerta. Dari dasar kata buddhi-tunggal, jamaknya yaitu buddhayah yang didefinisikan sebagai budi atau akal atau juga dapat diartikan sebagai akal budi atau pikiran.

Kemudian ditambahkan awalan “ke” dan akhiran “an” yang menjadi satu kata yaitu kebudayaan yang artinya hal awal tentang alam pikiran manusia (Sahar, 2015).

Istilah kultur dalam bahasa Inggris yang memiliki arti yang sama yaitu kebudayaan, yang mana kata kultur tersebut merupakan kata yang berasal dari kata latin yaitu  colore yang berarti pemrosesan atau pelajaran, yaitu tanah atau pertanian. Dari asal-usul penting ini, kekuatan dan aktivitas manusia untuk diproses dan diubah (Soekanto, 2012).

Baca Juga: Implementasi Bhinneka Tunggal Ika pada Anak Sekolah Dasar

Kebudayaan tidak diwariskan secara biologis, tetapi hanya dapat diperoleh dengan belajar, dan kebudayaan diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Hampir semua perilaku manusia bersifat budaya.

Luasnya suatu budaya memberikan wawasan tentang apa isi budaya tersebut. Para ahli budaya memiliki pandangan yang berbeda, namun sama-sama memahami bahwa budaya merupakan satu kesatuan yang utuh.

Elemen budaya dapat ditemukan dalam semua budaya orang, di manapun mereka berada. Selain itu, Koentjaranngrat telah menyusun tujuh elemen budaya universal berdasarkan pendapat para antropolog (Mahdayeni, Alhaddad, & Saleh, 2019)

Tujuh elemen kebudayaan yang dimaksud tersebut yaitu (Wahyuni, 2013), bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem perangkat kehidupan dan teknologi, sistem pencarian langsung, sistem keagamaan, dan sistem seni.

Negara Indonesia itu sendiri merupakan salah satu negara dengan multikultural terbesar di dunia, yang mana dapat terlihat dari situasi sosiokultural ataupun geografisnya yang sangat rumit, beragam dan luas.

Baca Juga: Pergeseran Kedudukan Adat Istiadat dan Kebudayaan Nasional di Tengah Kemajuan Teknologi Globalisasi

Negara Indonesia juga merupakan negara yang plural (jamak) dan heterogen, maka dari itu Indonesia mempunyai potensi kekayaan akan beragam agama, budaya, dan etnisnya yang seluruhnya itu adalah potensi untuk dapat menciptakan negara multikultural yang besar (Mahdayeni, Alhaddad, & Saleh, 2019).

Keberagaman masyarakat multikultural sebagai kekayaan bangsa sangat rawan konflik dan perpecahan. Seperti yang ditunjukkan Nashikun, masyarakat Indonesia yang majemuk dapat dikenali setidaknya melalui dua karakteristik unik mereka.

Pertama memiliki unit sosial berdasarkan horizontal, etnis, agama, adat istiadat, perbedaan daerah. kedua, perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah sangat tajam dan ditandai secara vertikal (Nasikun, 2007).

Zaman sekarang ini di mana arus globalisasi semakin kencang diiringi dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat, menyebabkan tidak sedikit masyarakat terutama generasi z yang menjadi candu dan haus terhadap kemajuan teknologi.

Akses internet yang semakin mudah yang mana dapat memudahkan para gen z untuk mengeksplor informasi tentang negara-negara lain di dunia, dan tren-tren yang sedang terjadi di dunia. Yang mana hal ini dapat dengan mudahnya kebudayaan asing masuk ke Indonesia dan mempengaruhi kebudayaan Indonesia itu sendiri.

Baca Juga: Kampung Jawi , Kampung Tematik Yang Melestarikan Kebudayaan Jawa

Zaman yang semakin modern dengan pakaian-pakaian dan peralatan-peralatan, serta tempat-tempat yang dianggap keren menyebabkan semakin berkurangnya tingkat keiingintahuan gen z terhadap budaya Indonesa yang mana tidak sedikit dari mereka yang menganggap bahwa budaya Indonesia seperti menggunakan kain batik, kebaya dianggap sudah kuno atau ketinggalan zaman.

Mengantisipasi hal tersebut semakin membesar, banyak pekerja seni yang mulai memutar otak untuk mengenalkan budaya Indonesia secara menarik dan kreatif serta membuat pakai-pakaian khas Indonesia terlihat lebih modern tanpa mengurangi kekhasan budaya Indonesia itu sendiri.

Penulis: Satrio Adi Triwibowo
Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)

Editor: Ika Ayuni Lestari
Redaktur Bahasa: Rahmat Al Kafi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses