Kesetaraan Gender dalam Komunikasi Pembangunan: Studi Kasus Komunitas Grab Queen di Kota Malang

Grab Queen
Sumber: freepik.com

Isu kesetaraan gender telah menjadi topik penting dalam studi komunikasi pembangunan karena menyangkut keadilan sosial, pemberdayaan, dan partisipasi kelompok rentan dalam proses pembangunan.

Salah satu bentuk ketimpangan gender yang masih kerap terjadi adalah diskriminasi terhadap perempuan dalam dunia kerja, termasuk dalam sektor transportasi berbasis digital.

Studi kasus komunitas Grab Queen di Kota Malang menjadi contoh nyata bagaimana perempuan pengemudi ojek online menghadapi ketidaksetaraan gender, serta bagaimana mereka membentuk ruang komunikasi untuk memperjuangkan hak-haknya.

Dalam dunia kerja yang didominasi laki-laki, pengemudi perempuan kerap menghadapi stigma dan stereotip gender yang menghambat partisipasi mereka secara setara.

Bacaan Lainnya

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap komunitas Grab Queen, pengemudi perempuan menghadapi tantangan mulai dari pelecehan verbal oleh penumpang laki-laki, tekanan dari keluarga karena dianggap tidak layak bagi perempuan untuk bekerja di ruang publik, hingga sistem kerja yang tidak berpihak kepada kebutuhan perempuan, seperti tidak adanya perlindungan atau fasilitas keselamatan khusus bagi pengemudi perempuan.

Namun, di tengah tekanan tersebut, komunitas Grab Queen membuktikan bahwa komunikasi memiliki peran penting dalam memberdayakan perempuan.

Baca Juga: Militerisme dan Ketimpangan Gender: Ancaman Struktural terhadap Perempuan

Komunitas ini menjadi ruang kolektif di mana para pengemudi perempuan bisa saling berbagi pengalaman, memberikan dukungan psikologis, serta membentuk identitas kolektif yang kuat sebagai perempuan pekerja yang berdaya.

Melalui media sosial dan pertemuan rutin, mereka membangun solidaritas, mengembangkan strategi menghadapi diskriminasi, bahkan menjadi agen perubahan dalam mendorong kesadaran gender di lingkungan kerja mereka.

Pendekatan komunikasi pembangunan dalam konteks ini tidak hanya menyasar penyebaran informasi atau kampanye, tetapi juga menekankan partisipasi aktif masyarakat, terutama kelompok perempuan, dalam menyuarakan aspirasi mereka.

Komunikasi partisipatif menjadi kunci untuk membuka ruang dialog antara pengemudi perempuan, perusahaan, dan masyarakat luas.

Dalam hal ini, komunitas Grab Queen bukan hanya sekadar jaringan sosial, tetapi juga bentuk nyata komunikasi transformatif yang mendorong perubahan sosial berbasis kesetaraan gender.

Lebih jauh, peran komunitas ini juga mencerminkan pentingnya grassroots communication dalam memperjuangkan hak-hak kelompok marginal.

Baca Juga: Analisis Ketidakadilan Gender dalam Mengkaji Politik: Realitas, Hambatan, dan Upaya Mencapai Kesetaraan di Indonesia

Komunikasi yang tumbuh dari bawah memiliki daya ungkit kuat karena bersandar pada pengalaman langsung dan kepedulian kolektif.

Ketika suara perempuan dari komunitas seperti Grab Queen mulai mendapatkan perhatian publik dan media, hal ini berpotensi menekan platform digital untuk mereformasi kebijakan internalnya agar lebih responsif terhadap kebutuhan pengemudi perempuan, seperti menyediakan fitur keamanan tambahan, pelatihan berbasis gender, serta sistem aduan yang lebih ramah perempuan.

Selain itu, keterlibatan perempuan dalam sektor informal seperti transportasi daring juga membuka peluang ekonomi yang signifikan, terutama bagi ibu rumah tangga atau perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga.

Oleh karena itu, pemberdayaan mereka bukan hanya soal keadilan sosial, tetapi juga terkait langsung dengan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Dalam konteks kebijakan publik, negara memiliki peran strategis untuk mendukung kesetaraan ini, antara lain dengan merancang regulasi ketenagakerjaan yang inklusif terhadap pekerja informal, serta menyediakan program literasi digital dan pelatihan gender bagi perempuan.

Baca Juga: Ketidakadilan Gender dalam Politik: Hambatan bagi Partisipasi Perempuan

Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan komunitas seperti Grab Queen harus diperkuat agar tercipta sistem yang adil dan berkelanjutan.

Dengan demikian, komunikasi pembangunan tidak bisa dilepaskan dari upaya mendorong kesetaraan gender.

Studi kasus komunitas Grab Queen memberikan pelajaran berharga bahwa ketika perempuan diberikan ruang untuk bersuara, mereka tidak hanya mampu melindungi diri mereka sendiri, tetapi juga membawa perubahan bagi komunitas yang lebih luas.

 

Penulis: Hilwa Abida Al Virnia
Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Negeri Malang

Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses