Dalam sebuah lingkungan sekolah tentu saja terdapat berbagai macam latar budaya, sifat, dan karakter yang berbeda dari setiap individu yang berada di dalamnya. Mulai dari guru-guru, siswa-siswi, hingga orang tua/wali siswa.
Dari berbagai latar belakang inilah sehingga ditemukan banyak kasus seorang siswa/siswi dikeluarkan dari sekolah dengan alasan pembuat onar, sering bolos dan hal-hal yang bertolak belakang dari sifat seorang siswa berpendidikan.
Kenyataan yang menyakitkan adalah para guru tidak ambil pusing dalam menyelesaikan masalah tersebut, justru mereka langsung memberikan hukuman, skorsing atau bahkan dikeluarkannya dari sekolah tanpa tahu sebab dari tindakan para peserta didik yang bersangkutan. Bahkan, bukan hanya guru yang tidak ambil pusing dalam masalah anak-anak mereka.
Orang tua juga kadang langsung bersikap keras dengan cara ikut memarahi atau memberi sangsi bagi sang anak. Selain itu ada pula yang bersikap cuek tidak peduli akan hal tersebut dengan menganggap anak mereka sudah dapat membedakan mana baik dan mana buruk.
Namun tidak hanya itu, dengan acuhnya orang tua dan guru tersebut memberi kesempatan pada masyarakat yang berada dalam lingkungan tempat peserta didik tinggal ikut memberikan opini yang tidak kalah menghancurkan bagi peserta didik yang bersangkutan
Secara fisik dan kondisi itu pada peserta didik yang dikatakan Broken Home sebenarnya tidak ditemukan permasalahan. Yang dimaksud Broken Home di sini adalah latar belakang situasi yang tidak kondusif bahkan mengarah pada permasalahan yang mengakar dan berdampak pada segala aspek kehidupan dalam sebuah keluarga.
Pada hakikatnya Broken Home adalah kurangnya perhatian dari keluarga atau kurangnya kasih sayang dari orang tua sehingga membuat mental seorang anak menjadi frustasi, brutal dan susah diatur.
Adapun Menurut Matinka, “Broken home adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suasana keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalannya kondisi keluarga yang rukun dan sejahtera yang menyebabkan terjadinya konflik dan perpecahan dalam keluarga tersebut”
Permasalahan yang terjadi pada keluarga dapat mempengaruhi psikologis peserta didik itu sendiri dimana akan dirasakan sebuah tekanan dan guncangan yang hebat dalam diri peserta didik yang menimbulkan perpecahan atau perceraian atau kematian salah satu anggota keluarganya. Dengan demikian betapa pentingnya situasi dan kondisi kehidupan dalam keluarga
Dalam kaitannya dengan psikologi pendidikan, Broken Home secara tidak langsung memberikan efek negatif bagi psikologis pada peserta didik ataupun bahkan pada kesulitan belajar yang didasari pada permasalahan keluarga dimana seorang peserta didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya sehingga berdampak pada presentasi, antara lain:
- Tidak memiliki motivasi untuk belajar,
- cenderung lebih memilih diam atau jarang berpendapat,
- Rasa peduli terhadap teman terkadang rendah,
- konsentrasi belajar menjadi terganggu,
- Terdapat perbedaan motivasi belajar pada siswa yang berasal dari keluarga broken home dengan motivasi belajar siswa dari keluarga utuh. motivasi belajar anak yang berasal dari keluarga broken home lebih rendah daripada motivasi belajar siswa dari keluarga yang utuh.
Adapun dampak kesulitan belajar pada anak broken home secara garis besar, antara lain:
- kurangnya konsentrasi mengikuti kegiatan belajar;
- sering berulah/nakal/ribut dalam proses belajar mengajar;
- labilnya kondisi emosional;
- hilangnya mood untuk belajar;
- merasa tidak mampu;
- cepat menyerah;
- jatuhnya presentasi;
- adanya kecenderungan berperilaku menyendiri dan tertutup.
Cara mengatasi permasalahan tersebut tentunya datang dari pengajar/guru, orang tua, masyarakat sekitar, orang terdekat dengan cara mendidik yang benar dan yang paling penting peserta didik itu sendiri dimana semua harus berperan aktif dalam menggapai perubahan kearah yang lebih baik dengan cara nasihat, tindakan, bantuan secara moril maupun materil dan yang lebih penting adalah harus adanya usaha untuk menggapai nya sendiri.
Pesan saya untuk para orang tua yaitu semisal ada permasalah dalam keluarga harus diselesaikan dengan baik jangan sampai anaknya tau dan sebagai orang tua harus mempunyai komitmen untuk keluarganya ataupun mendidik anaknya, agar anaknya tersebut menjadi anak yang baik dan berprestasi.
Muhammad Imam Ma’arif
Mahasiswa IAIN Pekalongan