Komunitas Penerima Beasiswa LPDP Gelar Pelatihan Teknik Fotografi

Beasiswa LPDP

Sejak awal 2020 lalu, pandemi Covid-19 berdampak pada berbagai sektor ekonomi termasuk sentra penjualan batik. Salah satu sentra batik tulis khas keraton terbesar di Yogyakarta, yakni di Kampung Batik Giriloyo, Kabupaten Bantul, juga ikut merasakan imbas penurunan drastis omset akibat kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Padahal, selama ini masyarakat di kampung Giriloyo selain berjualan batik, juga mendapatkan penghasilan dari kunjungan pelancong ke berbagai destinasi wisata lokal, seperti pelatihan pembuatan batik, wisata wayang, alam, wisata religi, serta situs sejarah dan budaya.

Melihat kondisi di atas, Komunitas Penerima Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Angkatan 168, Nala Bumintara, tergerak untuk melakukan social project bertemakan “Pemulihan Ekonomi Nasional”. Project tersebut diharapkan mampu mengatasi masalah ekonomi dan memaksimalkan potensi lokal pada saat pandemi, salah satunya di Kampung Batik Giriloyo. Pada hari Sabtu, tanggal 27 Februari 2021 program rangkaian social project di Kampung Batik Giriloyo diselenggarakan dan dihadiri secara daring. Selain melalui daring, 50 pesertamenghadiri acara secara luring dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.

Penyelenggaraan acara ini merupakan lanjutan dari launching skala nasional social project yang dilaksanakan pada akhir Januari 2021 lalu dan di Kota Makassar pada 6 Februari 2021. Perwakilan Angkatan PK 168 LPDP, Richi Yuliavian mengatakan bahwa kegiatan ini adalah wujud pengabdian LPDP kepada masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan nilai-nilai yang dianut LPDP yaitu integritas, profesionalisme, sinergi, pelayanan, dan kesempurnaan. “Social project ini untuk memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat pembatik di Yogyakarta, khususnya di Kampung Batik Giriloyo”, lanjutnya.

Bacaan Lainnya
DONASI
Peluncuran social project di Kampung Batik Giriloyo, Bantul dan pelatihan teknik fotografi di Pendopo Desa

Isnaini Muhtarom, selaku Ketua Paguyuban Batik Giriloyo mengatakan bahwa memang selama ini, 90 persen total transaksi batik dilakukan dengan sistem offline. Dalam rangka menyiasati pembatasan sosial, warganya sudah memiliki kesadaran terhadap pentingnya pemasaran digital dalam mempromosikan produknya. Isnaini paham bahwa perpindahan transaksi ekonomi ke model online sudah menjadi tuntutan agar anggota paguyubannya terus mampu bertahan di kala pandemi. “Akan tetapi, keterbatasan pengetahuan, keterampilan, dan sumber daya manusia, yang seharusnya bisa memanfaatkan kesempatan dengan media digital, misalnya website dan media sosial paguyuban ini masih belum digunakan secara maksimal dan seyogyanya bisa dikembangkan,” tambah Isna.

Baca Juga: Kampung Jawi , Kampung Tematik Yang Melestarikan Kebudayaan Jawa

Sambutan terakhir disampaikan oleh Agus Basuki, Pamong Kelurahan Desa Wukirsari selaku perwakilan kelurahan. Agus menekankan bahwa ilmu yang dipelajari melalui social project ini merupakan ilmu yang baik untuk dipelajari dan harapannya produknya semakin mendatangkan calon pelanggan. “1000 pengrajin batik tulis di Kelurahan Desa Wukirsari, lalu juga 800 pengrajin wayang, dan 400 pengrajin bambu menunjukkan potensi yang besar bagi Kelurahan Desa Wukirsari,” tuturnya. Agus berharap agar pelatihan ini bisa bermanfaat dan direplikasi di desa dan dusun lain di Kelurahan Desa Wukirsari.

Beberapa peserta menunggu sesi pelatihan teknik fotografi untuk dimulai

Pesona yang ditawarkan Kampung Batik Giriloyo sendiri begitu besar dan sangatlah potensial untuk dikelola dengan baik. Hal tersebut mengingat muatan sejarah kerajinan batik sudah menjadi legasi turun-temurun dari abad ke-17 Masehi ketika makam Raja-Raja Imogiri dibangun. Berubahnya interaksi masyarakat dengan hadirnya keraton pada masa tersebut mengawali perjalanan pengrajin batik di Kampung Giriloyo. Hasil kerajinan batik Kampung Giriloyo merupakan bentuk pelestarian warisan budaya yang dapat dikembangkan seiring berkembangnya tren dari masa ke masa. Acara dilanjutkan sekaligus diakhiri dengan pelatihan fotografi untuk pemasaran online yang dipandu oleh narasumber, seorang praktisi fotografer profesional, Muhammad Rizal Subkhan.

Bentuk pelatihan yang dilakukan mencakup tiga program. Program pertama adalah Community Service, yakni proses dokumentasi dan penulisan sejarah, filosofi dan cara pembuatan pola- pola batik Giriloyo yang unik. Hasil dari kegiatan ini nantinya dapat digunakan sebagai bahan pembuatan konten promosi secara daring. Dengan terdokumentasikan pola-pola ini ke dalam sebuah e-catalog secara apik dapat dijadikan media pembelajaran tentang sejarah batik bagi berbagai generasi yang juga memiliki potensi sebagai pelanggan.

Baca Juga: Meningkatkan Eksistensi dan Toleransi Budaya Melalui Media Sosial

Program kedua adalah Community Development, yaitu pemberian pelatihan teknik fotografi dan copywriting. Kedua jenis pelatihan ini diberikan untuk mendukung kemampuan pengrajin batik dalam memasarkan produk mereka secara online. Semakin menarik sebuah visual dan semakin persuasif pula pesan yang dibawa pada konten berarti kesempatan lebih besar untuk mendatangkan pembeli. Pengrajin batik yang dilatih akan diajarkan memaksimalkan alat di sekitar mereka guna menghasilkan foto yang cantik dan estetis. Selain itu, mereka juga dilatih membuat copywriting atau teknik penulisan konten untuk melengkapi foto yang sudah diambil. Peserta akan didampingi oleh tim Nala Bumintara dan pelatih profesional hingga sampai mereka cukup mahir membuat konten sendiri dan mampu mempromosikan produknya secara menarik.

Program ketiga sekaligus program terakhir adalah Community Relation, yakni program untuk menghubungkan Kampung Batik Giriloyo ke komunitas-komunitas batik secara nasional, seperti Yayasan Batik Indonesia. Tujuan utama dari program ketiga ini tidak lain adalah membuka ruang kerjasama dengan berbagai macam pihak. Dengan tercapainya target ketiga rangkaian program, Community Service, dan Community Development, maka diharapkan batik dari Kampung Batik Giriloyo bisa lebih dikenal oleh masyarakat luas dan memiliki daya tarik yang langgeng di banyak generasi ke depan.

Peserta latih sedang berlatih mengambil foto batik dengan estetis

Tentang Komunitas Penerima Beasiswa LPDP RI Angkatan 168 – Nala Bumintara

Nala Bumintara merupakan komunitas yang terdiri dari penerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Republik Indonesia Angkatan 168. Memiliki total 136 anggota, Nala Bumintara terdiri dari 61 mahasiswa dan 75 mahasiswa yang di antaranya menempuh pendidikan dokter spesialis, magister, dan doktoral. Berasal dari 25 provinsi di seluruh Indonesia, anggota Nala Bumintara tersebar ke-9 negara tujuan studi, seperti Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Australia, Perancis, Jerman, Jepang, United Kingdom, dan Indonesia.

Baca Juga: Dana Desa untuk Meningkatkan Infrastruktur dan Perokonomian melalui BUMDes

Dengan berpegang teguh kepada nilai-nilai integritas, profesionalisme, sinergi, pelayanan, dan kesempurnaan, Nala Bumintara memiliki visi Pijar Bakti Pertiwi yang sangat relevan dengan misi yang diemban para anggotanya, yakni untuk berkontribusi dalam mengatasi permasalahan dan memberikan solusi dari masalah yang terdapat di masyarakat. Informasi lebih lanjut mengenai Komunitas Penerima Beasiswa LPDP RI Angkatan 168 – Nala Bumintara dapat ditemukan di media sosial Instagram kami: @pk168lpdp

Hanadia Pasca Yurista
Ketua Divisi Humas & Kemitraan Social Project Nala Bumintara
+6282 211 725 713
Yuristahanadia@gmail.com

Editor : Sitti Fathimah Herdarina Darsim

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI