Korean Wave dan Remaja Papua Antara Gaya Hidup Global dan Kearifan Lokal

Fenomena globalisasi membawa berbagai dampak besar dalam kehidupan remaja di Indonesia, tak terkecuali di Papua. Salah satu bentuk globalisasi budaya yang paling menonjol dalam dua dekade terakhir adalah Korean Wave atau Hallyu, yang mencakup musik K-pop, drama Korea, fashion, hingga kosmetik.

Budaya pop Korea telah menjadi konsumsi sehari-hari di berbagai daerah, bahkan di wilayah-wilayah yang sebelumnya minim paparan budaya luar seperti pedalaman Papua.

Kini, tidak sulit menemukan remaja Papua yang menyukai BTS, meniru gaya berpakaian ala artis Korea, bahkan tertarik mempelajari bahasa Korea.

Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah menjadi bagian dari komunitas global yang terhubung melalui media sosial dan teknologi digital.

Bacaan Lainnya

Namun, di balik keterbukaan budaya ini, ada tantangan serius yang harus dipertimbangkan: Bagaimana menjaga dan merawat kearifan lokal di tengah dominasi budaya asing?

Baca juga: Korean Wave sebagai Inspirasi: Membangun Citra Positif Papua melalui Diploma Budaya

Papua memiliki kekayaan budaya yang sangat tinggi: Bahasa daerah, tarian, musik tradisional, nilai-nilai adat, hingga filosofi hidup yang berakar kuat pada alam dan spiritualitas lokal.

Sayangnya, nilai-nilai tersebut mulai tersisih dalam kehidupan sehari-hari generasi muda yang lebih tertarik pada budaya modern dan global.

Jika tidak diimbangi dengan edukasi dan penguatan identitas budaya lokal, pengaruh budaya Korea bisa menggeser kebanggaan terhadap budaya sendiri.

Remaja yang tidak memiliki akar identitas yang kuat berisiko mengalami krisis identitas, menjadi konsumen budaya asing tanpa memiliki kemampuan untuk menafsirkan, mengkritisi, apalagi mempertahankan nilai-nilai budayanya sendiri.

Namun, Korean Wave tidak harus diposisikan sebagai ancaman. Justru, ini adalah kesempatan untuk melakukan “cultural hybridization”—menggabungkan yang global dengan yang lokal.

Baca juga: Melindungi Hutan Nimbokrang: Simbol Kehidupan dan Harapan Papua

Remaja Papua bisa menciptakan karya yang memadukan semangat K-pop dengan unsur budaya Papua, misalnya menciptakan tarian K-pop dengan irama musik tradisional atau membuat konten YouTube berbahasa daerah

Yang terpenting adalah menanamkan bahwa mencintai budaya asing tidak berarti meninggalkan budaya sendiri.

Kearifan lokal Papua harus dijadikan fondasi, bukan sebagai barang masa lalu, tetapi sebagai bagian hidup yang relevan dengan zaman.

Baca juga: Kearifan Budaya, Instrumen Penyangga Keberlanjutan Sumberdaya Alam di Tanah Papua

 

 

Penulis:  Luis Pinehas Makuker

Mahasiswa Jurusan Ilmu Politik, Universitas Cenderawasih 

Referensi

1. Amini, R. (2022). Korean Wave: Fenomena Budaya Pop Korea pada Remaja Milenial di Indonesia.
https://ojs.uma.ac.id/index.php/diversita/article/view/6989
→ Artikel ini membahas bagaimana K-pop menjadi bagian dari gaya hidup remaja dan dampaknya terhadap identitas budaya lokal.

2. Rizki, P. & Jannah, S. (2023). Dampak Korean Wave Terhadap Pola Perilaku Remaja di Kota Samarinda.
https://journal.uinsi.ac.id/index.php/Nubuwwah/article/view/8096
→ Studi ini menunjukkan pengaruh signifikan K-pop terhadap pola konsumsi, fashion, dan bahasa di kalangan remaja.

3. Wulandari, D. (2021). Hegemoni Budaya Korean Wave dan Implikasinya terhadap Cinta Tanah Air.
https://repository.upi.edu/25410
→ Penelitian ini mengkaji dampak budaya Korea terhadap semangat nasionalisme remaja.

4. Kompasiana (2023). Korean Wave Sebagai Pengaruh Gaya Hidup Anak Muda di Indonesia.
https://www.kompasiana.com/putrimarshada1179/6457243a08a8b517213ed052
→ Opini populer yang mengulas bagaimana budaya Korea mengubah pola gaya hidup remaja Indonesia.

5. UNESCO (2019). Safeguarding Indigenous Cultures in the Era of Globalization.
→ Menjelaskan pentingnya pelestarian budaya lokal di tengah serbuan budaya asing, termasuk pada masyarakat adat seperti Papua.

Editor: Anita Said
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses