Permasalahan ekonomi di Indonesia seperti tidak ada selesainya. Indonesia dengan populasi penduduk yang tidak sedikit menjadi salah satu penyebab terjadinya permasalahan ekonomi. Masih banyak keluarga yang menderita kelaparan karena masalah ekonomi.
Hal ini biasanya terjadi karena kebutuhan melebihi penghasilan yang di dapat setiap harinya. Rata-rata penghasilan masyarakat Indonesia masih tergolong rendah dan tidak merata, yang menyebabkan adanyaĀ kesenjangan sosial di masyarakat.Ā
Hal tersebut terjadi karena pendapatan antar warga negara Indonesia yang tidak merata bahkan berbeda cukup jauh, bisa dicontohkan penghasilan antara DPR dengan buruh tani, berbeda cukup jauh bukan? Banyak faktor yang mempengaruhi adanya peristiwa tersebut, salah satunya yaitu maraknya pengangguran di Indonesia.
Indonesia adalah negara dengan tingkat pengangguran yang cukup tinggi, bahkan Indonesia menjadi negara yang memiliki persentase pengangguran tertinggi di wilayah Asean. Menurut dana moneter internasional, tingkat pengangguran di indonesia pada April 2024 mencapai 5,2%, dimana sekitar 7,2 juta orang di indonesia masih belum mendapatkan pekerjaan.
Pengangguran di Indonesia didominasi oleh kalangan pemuda yang menempuh pendidikan sampai SMA atau SMK. Hal ini terjadi karena ketidaksesuaian antara kompetensi siswa dan kompetensi yang dibutuhkan oleh perusahaan atau industri. Selain itu, terdapat banyak faktor yang menyebabkan tingginya pengangguran di Indonesia jika dilihat dengan teori ekonomi.
Pengangguran menjadi permasalahan yang cukup serius di indonesia dengan berbagai macam penyebab. Berdasarkan teori ekonomi, banyak penyebab terjadinya pengangguran antara lain pertumbuhan penduduk yang cepat, pertumbuhan ekonomi yang tidak seimbang, terbatasnya lapangan pekerjaan, dan lain-lain.
Selain faktor tersebut, penyebab lain dari adanya pengangguran yaitu karena pendidikan yang tidak memadai dan tidak merata, kurangnya pelatihan keterampilan, dan ketidaksesuaian antara kompetensi pencari kerja dengan kompetensi yang dibutuhkan perusahaan.
Masih banyak faktor yang menyebabkan terjadinya pengangguran. Contohnya permasalahan yang sedang dikeluhkan generasi Z akhir-akhir ini, yaitu adanya kualifikasi perusahaan atau industri yang terlalu tinggi bahkan sampai disebut aneh.
Baca Juga:Ā Analisis Pengangguran dan Solusi Efektif untuk Mengatasinya
Persyaratan atau kualifikasi kerja adalah sesuatu yang pasti ada pada lowongan pekerjaan. Pasalnya hal tersebut menjadi kriteria atau patokan perusahaan untuk mencari pekerja yang sesuai dengan kebutuhan posisi yang dilamar, dengan begitu perusahaan bisa mengukur kompetensi calon pekerja.
Namun tidak jarang juga ada persyaratan kerja yang tidak sesuai keadaan, yang bahkan bisa menyebabkan semakin banyak pengangguran.Ā Persyaratan kerja yang tidak efektif dan tidak realistis membuat pencari kerja menjadi bingung.
Beberapa persyaratan kerja yang tidak begitu efektif contohnya yaitu pembatasan usia yang terlalu muda, harus dari lulusan kampus ternama, dan yang banyak diperdebatkan biasanya yaitu minimal pengalaman untuk fresh graduate.
Dari persyaratan tersebut mungkin terdapat maksud lain atau arti yang tersirat di dalamnya, tetapi jika dilihat dari kalimatnya memang sedikit aneh. Tidak semua dari persyaratan itu bisa menyebabkan pengangguran, tetapi ada salah satu yang bisa menyebabkan terjadinya pengangguran yaitu diskriminasi usia.
Diskriminasi usiaĀ adalah perlakuan yang tidak adil kepada seseorang berdasarkan usianya. Diskriminasi usia ini banyak terjadi dalam konteks pekerjaan, seperti recruitment pekerja dan kenaikan jabatan. Dalam persyaratan kerja biasanya bertuliskan batasan usia yang terlalu muda, contohnya maksimal umur 30 tahun.
Sehingga banyak orang yang tidak memenuhi syarat usia tersebut tidak bisa melamar pekerjaan yang ujung-ujungnya menjadi pekerja serabutan atau pengangguran. Sebenarnya tidak semua bentuk diskriminasi usia kerja berdampak negatif, apalagi untuk perusahaan.
Perusahaan pasti menentukan batasan tersebut karena adanya alasan tertentu, misalnya membutuhkan pekerja yang lebih kuat secara fisik. Tetapi pembatasan usia yang terlalu muda menyebabkan orang yang usianya sudah tidak muda lagi akan susah mencari pekerjaan, walaupun mungkin pengalaman dan kompetensi mereka lebih baik dari pada para pekerja muda.
Baca Juga:Ā Setara, Namun Tak Sama: Perjuangan Panjang Menuju Keadilan di Dunia Kerja
Persyaratan yang terdengar tidak lazim lagi yaitu berkaitan dengan pengalaman. Ada saja persyaratan yang membutuhkan lulusan baru atau fresh graduate tetapi menyertakan minimal pengalaman kerja 1 tahun atau bahkan lebih.
Persyaratan tersebut tidak begitu realistis karena jarang bagi lulusan baru memiliki pengalaman sampai satu tahun. Biasanya selama sekolah ada kegiatan yang memang bisa menjadi pengalaman untuk para siswa atau mahasiswa yaitu kegiatan PKL atau magang. Tetapi kegiatan magang tersebut tidak berlangsung lama, biasanya hanya 6 bulan. Sedangkan pada persyaratan kerja dibutuhkan pekerja yang sudah berpengalaman 1 tahun di bidang yang selaras dengan pekerjaan yang akan dilamar.
Akhirnya para fresh graduate tersebut memilih untuk mencari pekerjaan yang bukan menjadi tujuannya atau bahkan ada yang sampai menganggur terlebih dahulu. Persyaratan kerja yang kurang inklusif sering diperdebatkan oleh anak muda, contoh lainnya yaitu adanya pembatasan latar belakang kampus.
Persyaratan lulusan kampus ternama memang tidak dicantumkan secara tertulis pada persyaratan kerja. Tetapi seringkali mahasiswa lulusan kampus ternama akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk diterima di suatu perusahaan.
Hal tersebut kurang efektif dalam mengukur kelayakan seseorang untuk diterima di suatu pekerjaan. Pasalnya belum tentu seseorang dari lulusan kampus ternama lebih kompeten untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Bisa jadi seseorang dari lulusan kampus yang biasa-biasa saja lebih kompeten dalam melakukan suatu pekerjaan.
Persyaratan kerja yang tersirat ini menyebabkan seseorang dari lulusan kampus yang tidak ternama akan merasa minder. Dari persyaratan kerja yang terbilang cukup aneh itu sebenarnya tidak sebanding dengan gaji yang ditawarkan suatu perusahaan.
Rata-rata gaji di indonesia belum bisa mensejahterakan, apalagi inflasi yang terus-menerus terjadi. Seseorang yang berkuliah pasti memiliki harapan yang lebih besar terkait gaji. Namun seringkali lulusan sarjana masih mendapatkan gaji dibawah UMR, yang tentunya tidak sebanding dengan biaya kuliah. Gaji seseorang memang ditentukan oleh tempat bekerja dan jabatan pekerjaan.
Bagi fresh graduate yang belum terlalu banyak pengalaman tidak mungkin mendapatkan jabatan yang langsung tinggi. Tetapi perusahaan tetap harus memberikan gaji untuk lulusan sarjana sesuai dengan kebijakan upah yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Hal tersebut dapat diatasi dengan cara menambah skill sebelum memasuki dunia kerja.
Seseorang pasti lebih dihargai jika memiliki kompetensi yang lebih baik, dan pekerja akan lebih percaya diri dalam melamar pekerjaan walaupun persyaratan kerja yang ada kurang realistis. Beberapa persyaratan kerja yang sudah dibahas sebelumnya dapat diatasi dengan berbagai cara.
Baca Juga:Ā Tingkat Penggangguran Meningkat, āDiskriminasi Usiaā Menjadi Momok Menyeramkan Para Pencari Kerja
Persyaratan kerja yang sudah dibahas sebelumnya ternyata tidak sepenuhnya memiliki kesan yang negatif. Perusahaan pastinya sudah merancang sedemikian rupa untuk mencantumkan suatu persyaratan kerja. Persyaratan kerja yang dibutuhkan suatu perusahaan sudah pasti sebanding dengan pekerjaan dan gaji yang akan diberikan perusahaan kepada karyawannya.
Kemampuan dan kompetensi seseorang sangat berpengaruh kepada perspektif tentang persyaratan kerja. Jika memang seseorang tersebut memiliki kemampuan yang sebanding dengan pekerjaan yang dibutuhkan maka perusahaan pasti akan mempertimbangkannya. Apalagi terkait gaji, terdapat pepatah yang bunyinya, āada rupa ada hargaā yang bisa dikaitkan dengan permasalahan gaji.
Maksudnya yaitu gaji seseorang akan sebanding dengan keterampilan yang dimilikinya. Seseorang akan mendapatkan gaji yang lebih besar jika kemampuannya melebihi standar yang dibutuhkan perusahaan. Perusahaan biasanya mencari seseorang yang masih kuat secara fisik, oleh karena itu perusahaan membuat persyaratan pembatasan usia kerja.
Diskriminasi usia pekerja pada persyaratan kerja memang menimbulkan kesan negatif karena menjadi salah satu penyebab terjadinya pengangguran. Tetapi diskriminasi usia kerja ini tidak hanya memiliki sisi negatif, perusahaan biasanya membatasi usia kerja karena membutuhkan pekerja yang kuat secara fisik.
Jika perusahaan tetap menerima pekerja yang lanjut usia atau terlalu muda, maka belum tentu pekerja tersebut mampu mengerjakan tugasnya dengan baik. Bagi para pelamar kerja yang usianya sudah tidak masuk lagi dalam persyaratan kerja, bisa mencoba menekuni pekerjaan yang tidak menerapkan persyaratan usia.
Contohnya yaitu dengan berwirausaha, seseorang bisa meningkatkan skill berwirausaha untuk mengantisipasi terjadinya diskriminasi usia pekerjaan. Tetapi bukan tidak mungkin jika pengalaman dan kemampuan seseorang tersebut melebihi standar perusahaan, bisa saja perusahaan akan mempertimbangkan kelayakan untuk menerima seseorang tersebut walaupun usianya melebihi batas persyaratan. Begitu pun dengan persyaratan minimal pengalaman bagi fresh graduate.
Baca Juga:Ā Membangun Kompetensi Sarjana Muda di Tengah Transformasi Teknologi
Persyaratan kerja yang satu ini sering diperdebatkan khususnya oleh para fresh graduate. Kebanyakan para fresh graduate belum memiliki pengalaman dalam waktu yang lama. Ada berbagai cara yang bisa dilakukan oleh mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman kerja. Namun sebelum itu, mahasiswa perlu meningkatkan skill untuk memulai karir.
Di jaman sekarang ini, kesempatan bekerja remote atau freelance bisa didapatkan dengan mudah, asalkan memiliki skill yang relevan. Pengalaman pekerjaan remote tersebut juga bisa dicantumkan dalam CV. Dan semakin banyak pekerjaan remote yang dicoba, maka semakin banyak dan semakin lama pengalaman kerja yang sudah dijalani selain magang.
Sehingga para lulusan baru tidak kebingungan lagi dan sudah mempersiapkan diri untuk persyaratan minimal pengalaman kerja. Tidak hanya tentang pengalaman kerja, para lulusan sarjana juga dikhawatirkan dengan perusahaan yang menerima pekerja dilihat dari latar belakang kampusnya.
Salah satu alasan siswa SMA atau SMK memilih Universitas yang ternama yaitu karena mereka percaya bahwa lulusan dari Universitas tersebut lebih mudah mendapatkan pekerjaan. Hal itu memang sering terjadi di suatu perusahaan.
Walaupun persyaratannya tidak tertulis, biasanya memang lulusan Universitas ternama memiliki peluang yang lebih besar untuk diterima kerja. Tetapi tidak perlu khawatir tentang itu karena skill lebih penting daripada latar belakang Universitas.
Para lulusan sarjana harus mempunyai skill yang relevan dengan pekerjaan yang akan dilamar. Jika skill tersebut sudah dikuasai dan sesuai dengan standar perusahaan, maka kesempatan untuk diterima kerja lebih banyak.
Jadi bisa disimpulkan bahwa ada beberapa persyaratan kerja yang bisa menyebabkan adanya pengangguran, tetapi semua itu bisa diatasi dengan persiapan skill yang matang. Kemampuan seseorang dalam beradaptasi dengan pekerjaan dan perkembangan zaman sangat diperlukan di era sekarang ini.
Persiapan kompetensi sebelum melamar kerja perlu lebih diperhatikan lagi. Persyaratan kerja yang tidak efisien sebenarnya bisa diatasi dengan kreativitas dan kemampuan yang memadai dari setiap individu.
Justru dengan adanya persyaratan kerja seperti yang sudah dijelaskan diatas, dapat mendorong kita untuk lebih semangat lagi dalam mengembangkan skill dan berpikir kreatif, serta mau mengambil resiko. Oleh karena itu sebelum melamar kerja, pastikan kemampuan yang dimiliki selaras dengan pekerjaan yang diminati.
Penulis: Windi Nur Aini
Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan, Universitas Tidar
Editor: I. Khairunnisa
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News